"Tuan,"
Masih tersenyum, Duchess Anabella merasakan sentuhan cinta Duke Alex dan penyesalannya. Tapi, hatinya masih belum bisa menerimanya. "Aku tidak bisa membahagiakan Tuan. Kejarlah, Floria. Cegah dia pergi.""Aku tidak mau, satu atap dengan mu aku sudah bahagia. Sebaiknya kamu istirahat, nanti malam kita akan mengadakan pertemuan."
Harapan tidak akan pernah pupus dari hati manusia, termasuk dirinya. Biarlah nantinya jika dia di anggap bodoh sekalipun. Dia hanya mencintai istrinya, ini sudah jadi tugasnya membuat Duchess Anabella bahagia dan betah bersamanya.
"Baiklah, sejenak aku istirahat."
Duke Alex mengangguk, ia pun mengantar Duchess ke kamarnya. Setelah ia membaringkan tubuh Duchess Anabella, mencium keningnya dan yang terakhir mencium perut buncitnya.
"Tidurlah dan maaf, aku telah memaksa mu untuk tetap di sisi ku. Meskipun kamu tidak menginginkannya." Ucap Duke Alex.
Duchess Anabella memutar tubuhnya, ia tidak tahu harus mela
"Duchess,"Wanita itu memberikan hormat layaknya putri bangsawan ketika kesadarannya mulai memenuhi otaknya. Melihat Duchess Anabella, selain cantik dan anggun. Wanita di depannya mencerminkan wanita yang penuh kelembutan. Bahkan matanya saja tak bisa ia kedipkan. Pantas saja, Duke Leon sangat menyukai Duchess Anabella."Saya, Violet. Tunangan Duke Leon.""Silahkan," ujarnya Duchess Anabella mempersilahkan Violet duduk di depannya. "Dimana Duke Leon? Aku tidak melihatnya.""Tadi, Duke Alex ingin berbicara berdua dengan Duke Leon.""Kamu sangat cantik Violet,""Terima kasih atas pujian dari Duchess. Tetapi saya tidak secantik Duchess."Kini waktunya akhiri dan juga meminta maaf. Ia tidak ingin terlalu jauh menyakiti wanita di hadapannya. Ia pernah merasakan sakitnya, jadi ia tahu sakitnya. "Aku meminta maaf atas hubungan ku dengan Duke Leon. Sejujurnya aku tidak memiliki niat apapun. Kita hanya teman, masa lalu tetaplah akan menjad
OekOek Suara tangisan bayi itu, membuat Duke Alex langsung mengucek matanya. Ia langsung menyingkapi selimutnya, agar tangisan putranya tidak membangunkan wanita yang tengah tidur pulas itu. "Sayang, kenapa?" Tangannya yang terasa kaku itu, mencoba menggendong Baby Olive. Oliver yang artinya kesayangan. Sebuah nama yang Duke Alex berikan untuk putra pertamanya sekaligus putra tercintanya. Ia berharap, nama indah ini akan menjadikan sosok yang tangguh dan pemberani Saat tangannya menyentuh bokong bayi mungil yang terasa hangat itu. Dia langsung mengerti, putranya tengah ngompol. "Shut, sayang. Jangan menangis ya. Jangan bangunkan ibu mu, ayah akan menggantinya.". Ucap Duke Alex dengan lembut. Selama sebulan ini, ia berusaha menjadi suami yang baik. Menghabiskan waktu untuk istri dan putranya. Membantunya, sebisa mungkin. Agar istrinya, Duchess Anabella tidak terlalu lelah menjaga putranya. Meskipun ada ibu asuh, Duchess Anabella tetap menjaga putra
Suara tangisan itu, membuat Duke Alex melepaskan benda kenyal itu. Dia bergegas turun menghampiri putranya yang sedang menangis. "Sayang, sudah bangun."Duke Alex memeriksa bokong baby Oliver. Dan benar saja dugaannya, baby Oliver mengompol. "Sayang." Duke Alex kembali menaruh baby Oliver di box bayi. Kemudian mengganti popok dan pakaiannya. "Sekarang waktunya baby mengisi perut."Duchess Anabella tersenyum, ia mengulurkan kedua tangannya menyambut putranya itu. "Sini sayang."Duchess Anabella memasukkan benda kenyal berwarna hitam itu ke mulut baby Oliver. Dengan lahapnya, baby Oliver menyedot semua asinya. "Uh, lapar ya sayang." Gemesnya seraya menyentuh pipi gembulnya."Jadi pengen," ujar Duke Alex melihat putranya yang menyusu dengan rakus. Duke Alex mendekati salah satu milik istrinya. Namun kepalanya di hentikan oleh tangan Duchess Anabella."Sudah, sana mandi.""Tapi sayang, aku ma ...""Sayang, sana mandi atau tidak akan menda
Pelayan Zoya yang melihat dari jauh kedatangan Duchess Anabella, beranjak menghampirinya. "Nyonya."Duchess Anabella menghentikan langkahnya, ia memandang Duke Alex yang berceloteh sendiri. Yang tengah asik mencium, menimang-nimang bayi gembulnya."Selama saya berkerja di kediaman ini. Saya tidak pernah melihat Tuan sebahagia itu. Saya yakin, Duke Alex sangat mencintai Duchess.""Apakah Emelin juga bahagia setelah melihat ini?""Saya yakin Emelin bahagia, pasti saat.ini dia sedang tersenyum."Duchess Anabella menatap langit, berusaha air matanya agar tidak tumpah. "Ya, aku sangat merindukannya.""Duchess."Duke Alex melangkah tergesa-gesa menghampiri istrinya. "Lihat, aku tidak kaku lagi menggendongnya."Duchess Anabella menggerakkan tangannya, mengelus pipinya. Tidak ada yang paling membahagiakan baginya, kecuali melihat kebahagian Duke Alex. Laki-laki yang sangat ia cintai. "Aku sangat senang, melihat mu seperti ini."
Tiga bulan telah berlalu. Hubungan Duchess Anabella dan Duke Alex semakin membaik. Bahkan keduanya sangat harmonis. Dimana ada Duke Alex sudah pasti ada Duchess Anabella. Tak heran, jika keduanya menjadi perbincangan panas di antara para bangsawan. Pernikahan yang awalnya sempat hancur. Kini telah membaik. Duke Alex selalu menempel pada Duchess Anabella. Jika ada sesuatu yang mendesak di istana. Duke Alex selalu meminta Duchess Anabella ikut menemaninya. Kelengketannya, membuat Duchess Anabella semakin jengah. Menurutnya terlalu berlebihan, dan alasannya hanya satu. Tidak bisa berjauhan.Dan seperti saat ini, keduanya turun dari kereta kuda. Duchess Anabella seharian ikut Duke Alex ke istana. Di saat Duke Alex sedang membahas sesuatu dengan Kaisar, barulah Duchess Anabella mengobrol hangat dengan sang Ratu."Aku mencintai mu." Duke Alex terus membujuk Duchess Anabella yang merasa kusut. Ia selalu memaksa istrinya ikut bersamanya. "Sayang, maaf aku tid
Hurt ! Mr Duke. Petir menggelagar, membelah langit dengan awan yang menghitam itu. Angin memasuki jendela kaca membuat gorden berwarna putih dengan motif mawar putih itu melambai-lambai. Seakan membuat suasana ruangan itu semakin dingin. Seperti pemiliknya yang saat ini merasakan sesak di dadanya. Tangannya bergetar saat menerima sebuah surat dimana kebutuhan anaknya akan di tanggung dan surat itu juga mengatakan dia akan bercerai setelah anaknya lahir. Dia kira surat itu tentang sebuah hadiah. Karena besok adalah ulang tahun pertamanya. Namun siapa sangka surat itu malah membuat ulang tahunnya seakan mati dalam sekejap. "Bercerai." Air matanya mengalir deras di sela-sela kedua pipinya. Ia tidak menyangka, pernikahan yang ia impikan, menikah hanya satu kali dalam seumur hidup. Dia kira suaminya yang lembut padanya telah menaruh hati dan menerimanya, tapi ia salah. Suaminya ternyata masih mencintai kekasihnya yang telah meninggalkannya. Suaminya masih mencari kekasihnya secara diam-d
Keesokan harinya.Hembusan angin sejuk itu menyeludup masuk ke ceruk lehernya, surai hitamnya terbawa angin. Matanya panas dan sembab. Semalam dia menangisi semuanya yang terjadi padanya. Ia mengelus perutnya, sesuatu bergerak di perut itu membuatnya tersenyum. Hanya anak itu harapan dan kenang-kenangannya. Dia menyandarkan kedua tangannya ke pagar pembatas itu.Sudut bibirnya tertarik, baru sekarang pemandangan itu sangat indah. Suaminya tengah bersama dengan wanita lain. Menikmati dengan senyuman indahnya."Kamu tampan juga, tapi sayang senyuman itu bukan milik ku."Hah"Nyonya." Sapa Emelin, ia sangat khawatir pada keadaannya majikannya. Tadi malam majikannya tidak ingin di ganggu oleh siapa pun.Mata Emelin mengikuti tatapan Duchess Anabella. "Bukankah pemandangannya sangat indah." Duchess Anabella mendongak agar air matanya tidak terjatuh. "Bunga mawar yang sangat indah.""Nyonya harus kuat demi tuan muda.""Ak
Panasnya matahari mulai terasa, Duchess Anabella hanya berdiam diri dengan mata kosong dan duduk di bawah pohon yang rindang. Ia lelah dan sangat lelah. "Nyonya, sebaiknya masuk ke dalam." Ucap Emelin melihat matahari yang tadinya panas kini mulai tenggelam. Tak terasa majikannya berdiam diri di halaman belakang seharian. Ia yakin, pikirannya pasti memikirkan Duke Alex. "Aku masih ingin di sini Emelin." Lirih Duchess Anabella. Masuk ke dalam membuatnya terasa sesak. "Pikirkan kesehatan Nyonya." Ucap Emelin. Sedari tadi ia sudah mengajak majikannya masuk ke dalam. Namun tidak di jawab sedikit pun. "Baiklah, sepertinya mulai terasa dingin." Duchess Anabella pun berdiri, ia melangkah dengan wajah lesu. Sesampainya di kamarnya ia langsung menyandarkan tubuhnya yang terasa letih. Mengusap pelan perut buncitnya yang bergerak. Kehamilannya akan memasuki usia tujuh bulan. Tinggal dua bu