Bab 10
Santai Saja
Arza bangun dari tidurnya ketika matahari hampir terbenam di ufuk barat. Aku masih sibuk menemani anak-anak membereskan mainan-mainan mereka yang berserakan di depan televisi.
setelah agak lama duduk di sofa, tanpa sedikitpun berbicara kepada kami. Anak-anak pun seperti luput dari perhatiannya. Arza bangkit lalu berjalan gontai menuju dapur. Tidak lama kemudian dia datang lagi dengan wajah penuh kemarahan. Ada apa dengannya?
"Nadine kamu nggak pake masak? Lihat tudung nasi sampai kosong begitu. Apa kerajaanmu dari tadi? I cuma nyantai doang? Istri pemalas. Tidak kau pikir apakah suami sedang lapar? Suami capek-capek membiayai hidup kalian, pulang kerumah makanan tidak di sediakan....!"
Untuk sejenak, sengaja kudiamkan Arza yang sedang marah tersebut meluapka
Bab 11Kedatangan Ibu Mertua Sejak pergi sehari yang lalu, Arza belum juga kembali pulang. Mungkin saja dia sungguh-sungguh mengajak Zorah kerumah mertuaku. Pertama aku harus menyiasati bagaimana caranya bisa memiliki rumah ini seutuhnya. Bukan jahat, tapi untuk memberi pelajaran untuk pengkhianat itu. Terlebih dahulu aku mesti berpikir bagaimana cara untuk mengalih namakan rumah ini atas namaku. Dalam masalah ini aku membutuhkan seorang pengacara yang handal. "Ma, apaan melamun terus yuk main bareng kita" Suara Davin membuyarkan lamunan. "Eh iya... Mari!" Kuikuti langkah kaki kedua si kembar.
Bab 12 Berkas Penting Aku menuju sebuah berkas yang sengaja kami gunakan buat menyimpan berkas-berkas penting. Ku pencet tombol-tombol angka. Sial brankas itu tidak bisa terbuka. Apa aku salah mengingat? Tidak mungkin. Ku coba lagi menekan kode angka numerik yang seingatku di pakai buat membuka brankas ini, tidak berhasil. Ini pasti ulah Arza. Aku berinisiatif melakukan sesuatu, agar bisa membuka brankas itu. Arza telah berlaku curang, menggantikan kode numerik brankas ini tanpa seizinku. "Nadine, ibu mau kepasar sebentar, tolong jangan suruh anak-anak bermain lalu membuat berantakan." Aku menoleh ke arah pintu. Terlihat kepala ibu mertua nongol di sana.
Bab 13 Mertua Cerewet "Halo..." Aku angkat telepon dari bik Jum. Aku heran mengapa dia menelepon di jam kerja, padahal sebelumnya dia tidak pernah seperti ini. "Halo nduuk, mungkin saya tidak bekerja lagi di rumahmu nduuk." Suara bik Jum terdengar sedih. Ada apa dengannya? Kok mengatakan tidak bekerja di rumahku lagi? "Kenapa mbok? Kok ngomongnya begitu?" "Bu Meri sudah memecat saya tadi. Dia mengusirku pulang Terpaksa aku menurutinya." aku terkejut mengapa ibu memberhentikan bik Jum tanpa konfirmasi dulu padaku. Padahal dia sudah bekerja dengan ku sejak lama. Beberapa hari yang lalu dia juga mengusir Bik Yah. Yang ku mintai pertolongan untuk mencabut rumput rumput yang tumbuh didalam pot bunga di halaman yang jumlahnya tidak bisa dikatakan
Bab 14 Menemui Pengacara Hampir setengah jam, baru mobil memasuki kawasan kompleks perumahan elit milik Aleena. Memang jarak rumahnya dari rumahku lumayan agak jauh. Tiin... Tiin... Kubunyikan klakson. Tidak perlu lama menunggu, dari dalam rumah seorang wanita muda, seumuran denganku keluar menghampiri. Dia memberi isyarat kepada satpamnya untuk segera membukakan gerbang untukku. "Hai Nadine. Kamu udah sampai rupanya. Yuk masuk dulu. Nih di rumah saya sendiri anak-anak di rumah neneknya." Sambut Aleena. Aleena adalah teman akrabku sejak masa sekolah hingga sekarang. Bersama kami sering berbagi cerita. "Jadi kamu ingin menemui Pak Richardo pengacara langgan
Bab 15 Rumah Tangga Tak Lagi Bermakna "Ya pak." Jawab ku terbata karena merasa takut. "Ini ya klien yang ingin menemuimu Ricardo?" Pak George menoleh kearah Pak Ricardo. Tapi Pak Ricardo malah melirik ke Aleena, mungkin meminta jawaban dari Aleena. Karena aku minta tolong padanya melalui temanku itu. "Ya benar Pak dia yang ingin meminta bantuan bapak untuk menyelesaikan masalahnya." Aleena memberi penjelasan. Kedua pria itu mengangguk. "Wanita ini tidak asing. Dia adalah Nadine manajer di perusahaan ku." Suara pak George malah melemah dan terdengar ra
Bab 16 Datangnya Pembantu Baru Ku lihat Arza sedang terlelap, rupanya jebakanku berhasil. Pengaruh obat tidur itu ampuh juga. Sementara Arza sedang terlelap, aku mengambil ponselnya. Dengan cepat kutempelkan jari tengahnya untuk membuka kunci layar ponsel tersebut. Setelah itu aku mengakses m-banking nya. Mengirimkan sejumlah uang yang lumayan banyak ke rekeningku, lalu menghapus histori transfernya. Beres. Dengan tersenyum puas, kuletakkan kembali ponsel itu ke tematnya semula. "Kamu tidak mau memberiku uang Arza. Jadi terpaksa uangmu kurampas. Hehee" aku membatin Seorang pria yang berlaku curang, harus ku balas dengan cara licik pula.
Bab 17 Senangnya di Kelilingi Dua Babu Pagi hari ini, Aku sengaja bangun tidak secepat biasanya, tuh Aku kan sudah punya pembantu baru. Setelah bangun aku segera mandi dan berdandan cantik. Setelah semua beres aku keluar dari kamar, ingin menuju ke kamar Davin dan Divan. tidak lupa sebelumnya aku membuang semua air yang sudah ku bubuhi obat tidur di kamar tadi. "Enak bener hidupmu ini Nadine, bangun kesiangan. Habis itu tidak membantu kami di dapur sedikitpun. Keluar keluar dari kamar udah dandan habis." Ibu mertua menghadangku di ruang keluarga. "Maaf Bu Nadine kecapean sekali, tidak sengaja deh bangun kesiangan. Lagi pula kan ada mbak Zorah yang membantu ibu." Jawab ku santai.  
Bab 18 Pura-pura Bisa Di Bodohi Pagi menjelang, kulihat mbak Zorah sedang sibuk mencuci sepatu. Langsung saja ku ambil sepatu kotorku beberapa pasang di rak. Lalu menyerahkannya ke mbak Zorah. Tidak terlalu kotor sebenarnya, tapi aku ingin melihat wanita penggoda suami ku itu menyikat-nyikat sepatuku. "Nih mbak, tolong cucikan juga ya...." "Mbak sudah capek Nadine. Kamu cuci ajah sendiri." "Nadine lagi sibuk banget nih mbak. Tolong mbak aja deh yang cuciin. Barusan Arza bilang mbak adalah wanita yang sangat tangguh sekaligus masih tetap cantik. Aku ajah kalah cantik sama mbak Zorah. Hehee makanya aku akan selalu minta bantuan mbak Zorahku yang cantik ini." Aku menjawab sambil terkekeh. Tak apalah dia ku puji-puji. Lumayan untuk membuat dia bersedia mencuci sepatuku.