Share

Alam Lain

Bismillah 

    "SUAMI DARI ALAM LAIN"

#part_6

#by: R.D. Lestari.

  

    "Sebulan? aku hilang sebulan?"

    "Ya, Nak. Ibu, Bapak, Kakek, Paman dan semua keluarga sudah putus asa mencarimu. Bapak mengadakan tahlilan tujuh hari karena Bapak kira kamu sudah tiada," jelas Bapak.

   "Ya Allah, Nduk--Nduk," Ibu tak henti mengusap pipiku dengan tangannya yang kulitnya mulai mengeriput. Terisak tak henti.

   Tak menunggu lama ruangan rumah sudah sesak oleh kerumunan orang. Mereka semua berbondong-bondong menuju rumahku karena tak percaya jika aku sekarang pulang dengan selamat sampai rumah.

   Ada pula yang mengira jika aku ini arwah yang gentayangan. Pantas sewaktu perjalanan pulang ketika aku berjalan, banyak orang yang melihat lari tunggang-langgang. Berarti mereka mengira jika aku ini hantu?

   "Kamu beneran Indri, tah?" seseorang berkulit hitam dengan memakai peci mengintrogasiku, aku kenal jika itu adalah kepala desa kami, Pak Mukmin.

   "Ya, Pak. Saya benar Indri," aku mengangguk guna memastikannya. Ia tampak sedikit ragu. 

   "Iya, Pak. Ini benar anak saya," timpal Ibu.

   "Alhamdulillah, apapun yang terjadi dengan Nak Indri, kita jadikan sebagai pelajaran dan tetap hati-hati di manapun berada,"

   "Sekarang kita bubar, biarkan Nak Indri istirahat ," Pak Mukmin memberi perintah. Tangannya mengibas menyuruh semua orang pulang. Aku sedikit bernapas lega. Sesak dengan kerumunan dan banyaknya pertanyaan.

   "Nak, ayo makan.Ibu masak enak untukmu," Ibu menarik tanganku menuju ruang makan. Aku makan dengan lahap. Ibu tak henti memandangiku, ya, aku tahu Ibu takut kehilanganku kembali. Dan aku bersyukur bisa kembali pulang dengan selamat sampai kepangkuan Ibu.

***

    Bukan cuma di kampungku saja yang heboh dengan kepulanganku, sekampus pun heboh dengan kedatangan kami bertiga. Mereka menganggap kami hantu. Seketika cerita kami menjadi tranding dan viral di semua berita. 

    Jadi selebriti dadakan, istilahnya. Bukannya senang, aku malah teramat risih mendapat banyak pertanyaan. 

    Sri tampak sumringah dengan keadaan kami sekarang, tapi aku melihat gelagat aneh pada diri Rena. Entah kenapa Rena seperti dalam keadaan tertekan dan ketakutan.

   "Ren ... kamu kenapa?" aku berusaha menyelidiki sikap Rena yang berubah menjadi pendiam dan matanya selalu menyorot ketakutan. 

    "In ... tolong aku, In...," ia menjawab dengan bibir gemetar.

    "Kamu kenapa?" aku bertambah khawatir ketika Rena menatap ke arah seberang kampus dengan tajam. Tubuhnya mendadak dingin. Ia meremas tanganku kuat.

    "Sri! sini!" aku memanggil Sri yang masih sibuk menjawab pertanyaan beberapa wartawan di halaman kampus. Diantara kami memang Sri yang pandai berkomunikasi dengan orang banyak.

     Sri menatapku heran. Namun, seketika ia menghentikan wawancaranya dan berlari ke arahku dengan tatapan panik. 

    "Rena kenapa, in?" Sri menatap kami dengan panik. 

      Aku hanya bisa menangis melihat Rena yang tak merespon ucapan kami. Tatapannya kosong. Dan ...

      Tiba-tiba Rena kejang. Tubuhnya bergetar hebat. Mata nya melotot ke atas hingga putih semua. Mulutnya menganga. 

     Aku panik, begitu juga Sri. Semua orang panik hingga berbondong-bondong membawa Rena ke klinik kampus. 

    "Ini sepertinya bukan penyakit biasa," seseorang nyeletuk. Ku pandangi seseorang itu, seorang lelaki bertubuh tinggi. Ia kak Firman, Kakak tingkat kami. Ia berjalan mendekati kami.

    "Maksud Kak Firman , apa?" sahutku.

    "Dia kemungkinan di ganggu makhluk halus,"  pemuda itu mengerutkan dahinya dan menatap  Rena sekilas. 

    "Lebih baik kalian segera panggil orang tua dan keluarganya jika tak mau berakibat fatal pada dirinya," tukasnya.

    "Sri! cepat telpon keluarga Rena, biar aku urus Rena!" seruku. 

     Sri dengan berderai airmata menjauh dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Ia mencari ruang yang lebih lapang agar bisa bercerita dengan keluarga Rena dan segera membawa Rena pulang.

     Tubuh Rena menjadi kaku dan panas. Aku semakin panik ketika mata Rena tiba-tiba terpejam. Sebenarnya apa yang terjadi pada Rena?

***

    Tak berselang lama , keluarga Rena datang dengan raut muka cemas. Ibunya tak henti meraung memeluk Rena. Rena di gendong dan segera di bawa pulang. Tubuhnya masih kaku dan juga panas.

   Aku dan Sri tak di bolehkan untuk ikut. Kami melangkah mundur ketika sorot mata tajam keluarganya tertuju pada kami. Seolah kamilah biang penyakit yang diderita Rena.

 ***

     "Sri, kabari jika terjadi hal yang penting soal keadaan Rena. Aku harus segera pulang, tubuhku amat lelah," ujarku.

     "Iya, In. Aku juga mau pulang. Nanti aku kabari,ya," ia menjawab dengan menganggukkan kepalanya .

    "Oia, Sri. Ini apa ada hubungannya dengan kepergian kita ke gedung di hutan itu? kenapa aku tak merasa ada yang aneh? aku biasa saja ," kupandangi wajah Sri.

     "Aku juga, In, biasa saja," tegasnya.

    "Apa kita masuk ke alam lain, ya?  kok bisa kita hilang selama sebulan?" ungkapku bingung.

     "Ah, entahlah In, aku tak mau memikirkannya . Yang penting kita sekarang selamat," Sri melambaikan tangannya dan berlalu pergi.

    Aku tersenyum getir. Sri bisa setenang itu? padahal keadaan kami tidaklah baik-baik saja. Keadaan Rena pasti ada kaitannya dengan kejadian saat kami hilang. Aku yakin itu.

***

     Aku menjatuhkan tubuhku keras di atas kasur. Lelah yang tak terhingga menjalari tubuhku. Mataku amat mengantuk dan tak lama kurasakan lelah itu menggerogoti tubuh dan membuat mataku menjadi amat berat. Tak lama aku pun tertidur.

***

    "Dimana aku?" lidahku berdecak kagum melihat hamparan rumput hijau dengan taburan bunga beraneka warna. Wangi bunga semerbak memanjakan indra penciuman. Di atas, langit berwarna jingga seolah menambah keindahan alam. Benar-benar indah . Apakah sekarang aku berada di surga?

     "In ... Indri ," aku menoleh ketika seseorang memanggil namaku. Seseorang itu ternyata ...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
kakmiya 2021
menarik asik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status