Bismillah
"SUAMI DARI ALAM LAIN"
#part_10
# by: R.D. Lestari.
Dug-dag-dig-dug!
Irama detak jantungku bak musik yang tak beraturan nadanya. Wajah yang bersemu merah saat kami bertemu pandang. Bima, mengapa wajahmu bisa setampan ini?
Lagi-lagi pikiranku mengucap kata tampan itu entah untuk yang keberapa kali. Mungkinkah ia mendengar bisikan-bisikan itu?
"Indri, kamu jangan ngeliatin aku terus dong, inget tujuanmu datang kemari. Nyawa temanmu dalam bahaya," kata-kata Bima membuatku terperanjat. Benar katanya, aku harus sesegera mungkin mengembalikan barang ini.
"Oh--oh, maaf Kak Bima," aku mulai menundukkan pandangan dan berbalik untuk membuka pintu lemari. Malu sekali rasanya.
"Sini, biar aku yang buka," tangan kekarnya menelusup di antara lengan dan pinggangku, membuatku sema
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_11# by: R.D.Lestari. Deru mobil terdengar amat pelan, ya, mobil memang melaju lambat. Seolah lelaki disampingku ini ingin berlama-lama denganku. "Geer? harus dong, kalau enggak kenapa Bima ga ngebut aja? lambat begini apa yang dicari sebetulnya," aku tersenyum sendiri mendengar omongan di otakku. "Kek ada gila-gilanya kurasa," aku terkekeh tanpa sebab. "Ehemm," deheman Bima membuatku tersentak dan menatapnya tajam. "Apa?" tanyaku. "Sudah dengan pikiran anehmu, itu?" ia balik bertanya dengan senyum yang terulas amat manis. "Pikiran apa?" Aku memalingkan wajahku ke jalan. Berpura-pura jutek, padahal dalam hati aku menertawai diriku sendiri. Jika Bima bisa membaca pikiranku tadi, alangkah malunya aku. Dia tak menjawab. Tangannya masih asik ber
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_12#by: R.D.Lestari. "Eh, iya, Kak. Bukan gitu, Kak. Orang-orang di sekitarku ngomong begitu," pungkasku. "Kamu itu In, jangan dikit-dikit percaya gosip. Mereka ga tau aja kalau ada kota seindah Uwentira. Kamu juga belum masuk ke pusat kota aja udah begitu takjubnya, 'kan?" Bima menoleh ke arahku. Kali ini tanpa ekspresi dan tanpa senyum sedikitpun. Glek! Aku menelan ludah. Merasa salah tingkah. Ga enak dengan pikiran yang sejak tadi berkecamuk di pikiranku. Pandanganku sekarang tertuju pada gerbang besar berlapis emas dan kristal. Uwentira. Kota gaib yang selama ini di gadang-gadang orang di sekitarku. Apa ini yang mereka maksud? Baru saja memasuki gerbang mataku bak di suguhkan pemandangan yang menakjubkan. Di samping kiri dan kanan jalan berjejer rumah mewah dengan
Assalamualaikum, jangan lupa like, subscribe dan komennya ya, semoga suka dengan cerita receh sayaBismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_13#by: R.D.Lestari. Duk! "Awww!" Tak sengaja kaki kananku di injak Kak Bima. Ia melotot ke arahku karena aku sejak tadi hanya melamun. "Ada apa, In?" Ibu menatapku serius, seolah tau ada yang tak beres denganku. "Ta--tak apa, Bu," sahutku pelan. Aku langsung merunduk dan berusaha mengambil makanan yang ada di hadapanku. "Bima! kamu apain calon mantu Ibu!" seolah tau apa yang di lakukan Kak Bima, wajah Ibu berubah ketus dan menatap tajam ke arah nya. "Uhuk... uhuk!" aku seketika terbatuk mendengar ucapan Ibu. Mantu? aku calon mantu? "Maaf, Bu. Abis Indri sedari tadi cuma ngelamun aja, pasti di otaknya yang k
Assalamualaikum, jangan lupa like, subscribe dan komennya ya, semoga suka dengan cerita receh sayaBismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_13#by: R.D.Lestari. Duk! "Awww!" Tak sengaja kaki kananku di injak Kak Bima. Ia melotot ke arahku karena aku sejak tadi hanya melamun. "Ada apa, In?" Ibu menatapku serius, seolah tau ada yang tak beres denganku. "Ta--tak apa, Bu," sahutku pelan. Aku langsung merunduk dan berusaha mengambil makanan yang ada di hadapanku. "Bima! kamu apain calon mantu Ibu!" seolah tau apa yang di lakukan Kak Bima, wajah Ibu berubah ketus dan menatap tajam ke arah nya. "Uhuk... uhuk!" aku seketika terbatuk mendengar ucapan Ibu. Mantu? aku calon mantu? "Maaf, Bu. Abis Indri sedari tadi cuma ngelamun aja, pasti di otaknya yang k
Cerita berikut adalah fiksi belaka. Di ambil dari cerita nyata seseorang. Mohon untuk tidak membandingkan dengan kejadian nyata karena ini hanya olah pikiran saya saja. Terimakasih, dam semoga suka. Jangan lupa like,,subscribe dan komen biar tambah semangat nulisnya.Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#Part_14#by: R.D. Lestari. Dugh! Tubuhku setengah terpental ke atas, hampir saja menyentuh atap mobil saking kerasnya hentakan. Beruntung ada sabuk pengaman yang melindungi tubuh ku agar tidak terpental hebat. "Buka matamu, In," suara Bima membuatku tersadar dan perlahan membuka mata. Sinar berwarna-warni bak pelangi mengelilingi mobil kami. Dan bukan hanya kami, banyak juga kendaraan yang berlalu-lalang beserta kami. "Kita di mana, Kak?" aku menatap heran sekitar. "Kita masih berada di dalam portal antara duniam
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_15#by: R.D. Lestari. "Nek, motor itu kenapa bisa sampai rumah?" akhirnya kata itu terucap di bibirku. Nenek melirik benda yang aku tunjuk itu. "Oh, itu. Kemarin ada beberapa tentara datang ke rumah membawa Motor itu pulang. Mereka bilang kamu ada urusan dengan komandannya untuk menyelamatkan jiwa Rena. Makanya kami menunggumu pulang dalam keadaan khawatir," papar Nenek. Aku mengangguk pelan. Mereka pasti prajurit bawahan Bima. Aku tersenyum simpul. So sweet juga Bima, bisa-bisanya ia berpura-pura tak tahu siapa yang mengambil motorku. Ku hempaskan tubuhku keras di atas kasur kapukku. Kamar ini, betapa kangen tidur di sini. Walau berasa hanya sehari meninggalkan rumah ini, entah mengapa rasanya kangen sekali. Matapun terpejam karena ngantuk yang tak terhingga, tak menunggu
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_16#by: R.D.Lestari. Mataku terbelalak ketika sebuah motor mahal berwarna merah telah terparkir di teras rumah beserta salesnya. "Kamu pesen motor, In?" tanya Ibu. Mata nya melotot melihatku. "Siapa yang mau bayar?untuk uang kuliahmu saja Ibu sudah susah!" hardik Ibu. "Ng--nggak, kok, Bu," aku terbata karena memang aku tak pernah memesan barang apa pun, apalagi motor. Aku cukup tau diri siapa aku dan keluargaku. Kami hanya keluarga sederhana yang untuk makan sehari-hari kadang susah. "Selamat siang, Bu. Kami dari dealer Panca Motor Sakti datang membawa pesanan motor matic warna merah untuk Ibu Indri, motornya sudah di bayar lunas dan nama pembelinya di rahasiakan, silahkan di terima Bu," sales berpakaian hitam itu menyerahkan kunci motor padaku. Aku terkesiap, begitu juga Ibu. Ku terima kunci motor
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_18#by: R.D.Lestari. Nenek menatapku lekat. Ia menyentuh tanganku dan menutup matanya lekat. Keningnya mengkerut seperti sedang berpikir keras. "Hmmmh," ia melenguh panjang. "Nak?" neneknya Sri membuka mata dan menatapku sendu. "Seseorang itu jatuh cinta padamu, dan kurasa kamu pun mencintai nya. Namun, cinta kalian sulit untuk bersatu karena dimensi yang berbeda antara kamu dan dia," ucapnya lembut. "Dimensi? apa itu maksudnya, Bima?" hatiku langsung tertuju padanya. "Kamu harus segera menjauhinya atau kamu akan masuk ke dunianya, seperti ...," "Seperti apa, Nek?" aku dan Sri serentak bertanya. "Seperti Nenek dulu yang hampir saja terjebak di sana. Kota Uwentira. Nenek sempat hampir di nikahi penduduk sana, pemuda tampan dan san