Share

Part 9 (Terjebak dalam Kenyataan)

Suasana tiba-tiba menjadi sedikit riuh setelah Alexander Johnson mengumumkan satu hal yang membuat mereka syok dan terkejut. Bukan hanya para tamu yang terkejut, melainkan Adelia dan wanita bergaun merah yang tak lain adalah sahabat gadis itu. Jessy Allesya Swan.

“Saya akan segera  bertunangan dengan wanita di samping saya ini.”

Setelah mengucapkan hal itu Alexander Johnson mengulurkan tangan ke arah Adelia yang membeku di tempat duduknya.

Memanfaatkan kesempatan itu, Alex dengan sigap berlutut di lantai meraih kedua tangan Adelia yang saling bertaut.

Tentu saja adegan itu membuat para relasi bisnis Alex melongo. Karena memang ini adalah peristiwa yang benar-benar langka.

“Bagaimana menurutmu Sayang?” tanya Alex lembut.

Sial!!!

Ini benar-benar seperti masuk dalam jebakan

Umpat Adelia dalam hati.

“Hm, tentu saja itu bagus.” Adelia melirik ke arah Stella yang membeku. “Aku pikir, setelah kamu mengumumkan pertunangan kita maka tidak akan ada lagi yang terang-terangan mendekatimu. Bukan begitu?” jawab Adelia tenang.

Alex melebarkan senyumannya. “Tentu saja.” Tanpa Adelia duga, Alex melabuhkan kecupan di kedua tangannya. Lalu laki-laki itu berdiri untuk meraih Adelia ke dalam pelukan hangat Alexander Johnson.

Kenapa terasa familiar sekali harum tubuh ini?

Pikir Adelia.

Waktu telah menunjukkan pukul sepuluh tepat. Kini Adelia duduk di samping Alexander Johnson yang sedang fokus dengan jalanan yang dilewatinya. Gadis itu sedang bertarung dengan dirinya sendiri.

Gara-gara wanita itu, Gue harus berhadapan dengan Alexander Johnson!!!

Tapi? Kenapa tiba-tiba Alexander Johnson mengumumkan pertunangan dengan Gue?

Jangan-jangan  ... dia ...???

Adelia membeku. Kilasan pertengkaran dengan Stella di kamar mandi terasa terpampang nyata di matanya.

Flashback On

Adelia berjalan pelan keluar dari ruangan itu menuju ke toilet terdekat. Saat ia mencuci kedua tangannya di sana , tiba-tiba Stella Allison menghampirinya.

“Aku belum pernah melihat Alexander bersamamu sebelumnya?” Stella menelisik penampilan Adelia. Ia mendengus. “Atau kau adalah wanita yang sengaja disewa untuk menemaninya ...” Stella mengikis jarak dengan Adelia. “Di ranjang?”

Emosi tiba-tiba saja menyeruak di hati Adelia. Kedua tangannya terkepal erat. Ingin rasanya melayangkan satu tamparan ke arah wanita yang menghina dirinya sedemikian rupa. Tapi ia tidak boleh gegabah. Adelia harus bermain aman.

“Apakah kau salah satu koleksi Alexander Johnson?” tanya Adelia santai. “Ah, kalau iya seharusnya kau ucapkan selamat tinggal padanya.” Adelia menyeringai.  “Karena asal kau tahu! Sampai saat ini Alexander Johnson bahkan tidak tahu tipe bra dan ukuran celana dalam yang aku pakai.” tambah Adelia.

“Kau!!!” Stella melayangkan satu tamparan yang langsung ditangkap oleh Adelia.

“Jangan sekali-sekali menyentuhku!!! Karena level kita berbeda!!” Ucap Adelia angkuh. Adelia menghempaskan tangan Stella.  “Dan perlu kau tahu satu hal.” Adelia mengikis jarak antara dirinya dan Stella. “Selama kau mempunyai sikap seperti ini, bukan tidak mungkin jika Alexander Johnson tidak akan pernah menjadi milikmu. Dan akan menjadi milikku.” Adelia tersenyum sombong.

Setelah mengatakan itu, Adelia berlalu dari sana. Ia keluar dengan langkah santai namun dengan dada yang berdebar karena emosi. Sesekali gerutuan kesal keluar dari bibirnya yang terpoles lipstik merah.

Flashback off

Lima belas menit kemudian Lamborghini Aventador yang dikemudikan Alex masuk ke area apartemen di mana Adelia tinggal.

Setelah mobil berhenti, Adelia dengan cepat melepas seatbelt dan berniat segera turun. Tapi tangan kiri Alex segera menahannya. Adeli menghentikan pergerakannya, menoleh ke arah Alex yang kini menatapnya.

“Ada apa?!” tanya Adelia cepat.

“Aku akan segera mengurus semuanya. Besok aku jemput kamu untuk pindah ke unit yang sudah aku siapkan,” jawab Alex datar.

“Mana bisa begitu?! Perjanjiannya kan lima hari?” ucap Adelia tidak terima.

Alex menarik kedua sudut bibirnya. “Bisa saja,” ucap Alex santai. “Kita akan bertunangan dua hari lagi. Jadi besok pagi, mau tidak mau kamu harus pindah.”

Adelia membelalakkan matanya terkejut. “S-siapa yang mau bertunangan denganmu dua hari lagi? Sembarangan!!!” seru Adelia.

“Lalu ... Bagaimana bisa kamu menghadapi Stella Allison hari Jum’at nanti? Kalau kita tidak bertunangan di hari Kamis?” tanya Alex santai.

“A-apa hubungannya dengan wanita itu?! Ini pasti akal-akalan kamu saja!!” ucap Adelia menggebu. “Kamu sengaja menjebakku!!! Kamu ...”

Tanpa aba-aba Alex menarik tekuk Adelia cepat dan menempelkan bibirnya ke bibir Adelia yang masih berwarna merah. Tubuh Adelia menegang. Sedangkan otaknya berkelana.

Harum nafas ini seperti tak asing bagiku

Atau jangan-jangan  ....

Merasa tidak mendapatkan penolakan, Alex memanfaatkan situasi Adelia yang membeku. Dengan perlahan Alex menggerakkan bibirnya, melumat kedua belah bibir merah itu dengan hati-hati. Rasa manis Vanila membuat laki-laki itu hanyut dalam rasa yang tak bisa ia jelaskan. Rasa yang membuatnya candu sejak pertama kali merasakannya.

Tak mendapat respon membuat Alex semakin menggoda bibir Adelia. Laki-laki itu menginginkan ciuman malam itu terulang lagi.

Karena tak kunjung mendapat balasan Alex mengurai lumatan bibirnya dengan tak rela. Ia mengecup sesaat sebelum mengusap sisa salivanya di bibir Adelia.

“Rasanya manis,” gumam Alex lirih.

Adelia yang masih membeku tidak bisa menggerakkan kedua bibirnya untuk berbicara. Gadis itu benar-benar terpaku layaknya patung  yang tak bernyawa. Otak cerdiknya seakan tak mampu memikirkan apa pun.

Kesiap gadis itu membuat Alex betah memandang wajah ayu dalam polesan kosmetik malam ini.

“Kamu mau ikut aku pulang ke rumah? Atau...” Alex mendekatkan wajahnya di samping telinga Adelia. Membuat hembusan nafas Alex yang beraroma maskulin meremangkan Adelia. “Kamu ingin aku bermalam ... di apartemenmu?” Laki-laki itu dengan sengaja mengecup pelipis Adelia. Membuat gadis itu tersadar dari kebekuan dirinya.

“A-Aku turun!!” Adelia segera membuka pintu mobil Alex dan berjalan cepat menuju lobby apartemennya.

Dari dalam mobil, Alex hanya bisa tertawa geli melihat tingkah Adelia yang menggemaskan baginya.

“Aku akan mengurus semuanya dan aku pastikan kamu akan jadi milik Alexander Johnson seorang.” Monolog Alex.

Setelah berdiam lebih dari sepuluh menit, Alex mengemudikan Lamborghini Aventador miliknya  membelah jalanan Kota New York yang tampak sepi.

*

Dengan langkah terburu-buru Adelia keluar dari lift menuju unit apartemennya. Ia menekan beberapa kode password untuk membuka pintu unitnya.

Pintu terbuka, ia pun segera masuk ke dalam. Setelah menutup pintu, Adelia menyandarkan tubuhnya di pintu dengan dada yang naik turun dan nafas yang tak beraturan.

Ceklek ...

Dalam sekejap lampu yang berada di apartemen itu menyala dengan terang. Di depan kamar Adelia berdiri seorang gadis bergaun merah yang tak lain adalah Jessy.

Gadis itu melihat kedua tangannya di depan dada dan menatap Adelia dengan tatapan menyelidik. Merasa mendapat tatapan aneh, gadis itu menjadi salah tingkah.

“L-Lo udah pulang?” tanya Adelia gugup. Sial!!! Gara-gara Alexander Johnson yang seenaknya mengumumkan pertunangan tak masuk akal membuat dirinya dalam masalah.

“Lo mau menghindar? Serius Del?!!” seru Jessy kecewa.

“I-ini bukan seperti yang L-Lo lihat. G-Gue ... Gue nggak ada hubungan apa pun sama Alexander Johnson,” ucap Adelia gugup.

Jessy mendengus. Ia bukannya tak percaya pada sahabatnya. Tapi situasi tadi benar-benar mengejutkan dirinya.

“Kurang jelas apalagi? Bahkan tadi Alexander Johnson mengumumkan pertunangannya dengan Lo ya?” ucap Jessy sanksi. “Jujur sama Gue! Kalau Lo masih anggep Gue sebagai sahabat sekaligus saudara.” Tambahnya.

Adelia menghela nafas pasrah. “Kejadian ini benar-benar di luar akal Gue. Gue sendiri bingung harus mulai dari mana. Semua terjadi begitu tiba-tiba dan sulit diterima. Sampai saat ini pun Gue masih berharap ini semua hanya mimpi.” Adelia berjalan gontai menuju sofa kecil yang berada di ruang menonton. Ia menyandarkan tubuhnya di sana.

Melihat keadaan sahabatnya yang tampak kacau, Jessy menghampiri Adelia. Tiba-tiba ia duduk dan memeluk Adelia dengan erat.

“Lo punya Gue Del! Lo bisa cerita apapun sama gue. Jangan Lo pendem sendiri! Ngerti!!” ucap Jessy galak.

Adelia menganggukkan kepalanya berkali-kali sambil terisak. “Makasih Jess, Lo selalu ada buat Gue.”

“Kita kan saudara. Jadi sudah sewajarnya itu Gue lakukan. Ingat!! Apa pun yang membebani diri Lo, kasih tahu ke Gue. OK!!”

“I-iya. Akan selalu Gue inget,” janji Adelia.

Setelah puas menangis, Adelia beranjak ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya, membersihkan sisa-sisa make up dan mencuci wajah sembabnya.

Belum sampai menuju ke atas kasur, gadis itu mendapati beberapa notifikasi di akun media sosial miliknya. Tak hanya itu. Beberapa majalah elektronik juga mulai memberitakan pertunangan antara dirinya dan Alexander Johnson.

Bahkan banyak akun-akun baru memfollow akun Inst@gram-nya hanya untuk memberikan komentar buruk dan kalimat-kalimat hujatan.

“Baru rencana pertunangan saja sudah kayak gini. Apalagi kalau menikah?” monolog Adelia.

Bersambung ...

AR_Merry

Update daily

| 1

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status