“Rapat akan dimulai dua puluh menit lagi, Sir.”
Gabriel tak bergeming di kursi kebesarannya. Ia masih menatap layar ponselnya yang masih gelap. Tak ada tanda-tanda bahwa akan ada pesan atau panggilan yang masuk dalam waktu dekat.
“Sir?”
Gabriel mendengkus. “Kita pergi sekarang.”
Lelaki dua puluh sembilan itu memasukkan ponselnya ke saku jas, tanpa mengubah pemberitahuan menjadi senyap.
Sementara itu, dua orang perempuan digiring masuk ke dalam rumah tua, dengan tangan terikat di belakang.
*
Lucia mengernyit heran saat panggilannya tak bisa tersambung. Padahal, Becca menghubunginya dengan nomor yang sama.
‘Kenapa perasaanku tidak enak?’
Wanita paruh baya itu segera menelepon suaminya. Dan lagi-lagi ia harus menelan kekesalan saat mendengar nada dering ponsel sang suami berada di ruangan ini.
“Kenapa kebetulan sekali dia tak membawa ponselnya?” gumam Lucia
Gabriel meremas ponsel di tangannya. Seolah-olah itu adalah penelepon yang telah lancang menculik sang istri tercinta.Tak membuang waktu untuk meratapi, laki-laki dengan emosi di hatinya itu menghubungi pengawal kepercayaannya—Peter. Langsung bertanya tanpa basa-basi.“Kau di mana?”“Di markas, Tuan. Saya sedang mengawasi pergerakan Albert Dominic,” jawab Peter tenang. Ia tahu jika sang tuan kini sedang panik dan pasti akan mengamuk.“Kau tau apa kesalahanmu, hah!” seru Gabriel tajam. Laki-laki itu tak bisa lagi mengontrol emosinya. Apalagi berhubungan dengan sang istri.“Sebaiknya Tuan datang kemari. Ada yang ingin saya tunjukkan pada Anda tentang Nona Celine Addison.”“Celine? Ada apa lagi dengan jalang itu?”“Datanglah, Tuan. Anda harus tahu sesuatu.”Alih-alih menjawab, Gabriel langsung memastikan sambungan ponselnya, dan bergegas meninggalkan ar
Halo readers Terjerat Cinta Sang CEO di mana pun kalian berada. Author membawa satu kabar bahwa akan ada GA pada 1 January 2023. Bersamaan dengan itu, buku ini akan mulai update lagi setidaknya 1 bab per hari.Syarat dan ketentuan akan Author bagikan di akun F@cebook AR Merry dan Inst@gram ar_merry92. Jangan lupa untuk memasang jadwalnya dan jangan sampai ketinggalan.Hadiah mulai dari pulsa hingga saldo Dana, OVO, Shopee, dan Gopay. Ikuti terus kisah di buku ini hingga tamat. Kontributor gems terbanyak akan saya beri hadiah saat buku ini berganti status tamat.Terima kasih masih membaca kisah Alexander dan Adelia, berikut kisah Gabriel dan Rebecca.
Celine harus menahan malu karena ternyata Gabriel tidak menciumnya, melainkan hanya membisikkan kata-kata godaan penggugah gairah. Beberapa kata yang dirangkai menjadi satu kalimat itu sukses membuatnya nyaris lupa diri dan menyerang Gabriel jika saja pria itu tidak menghindar. Ia menggeleng kencang saat jari-jari lentik dengan kuku panjang berwarna merah itu bergerak mengaduk secangkir kopi. Mengenyahkan bayangan liar yang menguasai, ia lantas beranjak seraya membawa minuman itu.“Silakan Gabriel.” Ia pun duduk di sofa lainnya dan menyilangkan kaki. Mengabaikan ujung lingerie tipis yang memperlihatkan kulit mulusnya.“Harumnya kopi ini mengingatkanku pada satu tempat,” ucap Gabriel setelah mengambil cangkir itu dan bersiap menyesap isinya. Namun, belum sampai menempel ke bibir, ia menjauhkan kembali.“Cafe yang dekat dengan kampus kita,” balas Celine kemudian. “Aku ingat kau selalu memesan kopi ini hampir setiap pagi.”Menarik sudut bibirnya tipis, Gabriel mengangguk. “Kau benar.” K
“Gabriel.”Seringai liar itu semakin mengembang. “Kau harus tahu, berkencan dalam kamusku bukan sekadar jalan berdua ataupun makan malam bersama.”Deg!Jantung Celine nyaris jatuh ke dasar perut. Sekejap ia tersipu hingga bias merah muda memenuhi kedua pipinya.“Kau tahu maksudku bukan?” tanya Gabriel dengan mata berkedip sekali.Wanita itu terhipnotis. Seumur hidupnya belum pernah ia duduk berdua dengan Gabriel dan berbicara santai, sehingga hari ini merupakan hari yang sangat bersejarah.“Celine,” panggil Gabriel dengan suara sedikit mendesah. Sengaja ia lakukan guna memancing reaksi Celine kemudian.Ajaib. Celine yang sudah memiliki jam terbang tinggi dengan para pria di atas ranjang tentu sangat paham.“Tentu saja.” Bibir Celine melengkung ke atas. Membentuk senyuman manja layaknya wanita penggoda. “Bagus.” Gabriel membalas senyuman itu. “Aku akan mengatur jadwal kita berkencan nanti. Setidaknya, setelah memastikan pekerjaanku selesai.”“Kenapa tidak malam ini?” tanya Celine tanp
“Ide bagus. Lakukan apa yang kau mau.” Seringai liar dan mesum itu tersungging di bibir pemilik nama Albert Dominic.“Terima kasih, Sir. Saya akan ....”“Siapkan kamar yang bagus untukku,” perintah Albert dengan rahang mengeras. Ini adalah kesempatan yang telah lama ia nantikan. Tanpa mengalihkan tatapan liarnya dari Becca, ia lanjut berkata, “Aku ingin menikmati sekaligus memberi pelajaran pada jalang itu. Biar dia tahu, berhadapan dengan siapa dia saat ini.”“Baik, Sir. Akan segera saya lakukan,” jawab Derick dengan penuh semangat. Jika sang majikan bermain dengan tawanan itu, ini berarti dirinya juga akan mendapat kesenangan yang sama. Mengingat dia tertantang dengan wanita yang kini mengintai setiap gerakannya itu. Mengalihkan sejenak dengan kesenangan yang akan ia dapatkan, Derick lanjut bertanya, “Lalu, apakah ada permintaan lain seperti menyiapkan wanita ini tanpa pakaian, dengan keadaan terikat, atau ....”“Tidak perlu,” pungkas Albert cepat. Secepat kilat imajinasi liarnya b
Deg!Aliran darah dalam tubuh Becca seolah berhenti. Mengingat pertemuan mereka yang dimulai dengan penawaran pernikahan dan berakhir di atas ranjang kala ia menyerahkan diri begitu saja. Semua berbalik menjadi busur panah yang menusuk tepat di jantungnya.“Tidak mungkin Gabriel mengkhianati pernikahan kami. Dia sangat mencintaiku dan ... dia selalu mengatakan jika hanya aku yang bisa membuatnya menginginkan hal itu,” batin Becca memberontak. Ia berharap apa yang didengar baru saja hanya sebuah bualan. “Tapi kau tidak perlu khawatir, asal kau mau menjadi penurut, aku bersedia menampungmu.” Dengan sengaja Albert mendekatkan bibirnya ke telinga Becca. Seringai liar di bibirnya lantas terbit. “Tentu kau tahu maksudku, hm?”Tak ada jawaban atau reaksi yang Becca berikan. Namun, saat Albert hendak mengecup telinganya, ia seketika memalingkan kepala, sehingga bibir pria itu menyentuh rambutnya yang tergerai.Alih-alih emosi karena merasa dipermalukan di depan asistennya, Albert tertawa ken
Bugh!Bugh!Bugh!Gabriel berulang kali menghajar Peter yang tak sedikit pun memberikan perlawanan. Sementara Sherly dan beberapa pengawal yang menyaksikan kemarahan sang majikan tak bisa berbuat banyak.“SUDAH KUKATAKAN JANGAN MENEMPATKAN ISTRIKU PADA BAHAYA, TAPI KAU MALAH MENGGUNAKAN DIA SEBAGAI UMPAN TANPA SEPENGETAHUANKU!” teriak Gabriel dengan nada tinggi dan terus melayangkan pukulan tangannya ke wajah Peter berulang kali. Pria yang kini bersimbah darah itu pun menahan nyeri saat serangan Gabriel melayang pada wajahnya secara bertubi-tubi. Tidak melawan dan tetap pasrah hingga sang tuan muda melampiaskan amarahnya.Gabriel terengah-engah. Pukulan yang sejak tadi membabi buta kini melemah. Bukan melepaskan, ia lantas menarik kerah kemeja Peter dan membuat pria mengenaskan itu mendongak.“Kalau terjadi sesuatu pada istriku ....” Gabriel memaku tatapan tajam dan mengerikan yang selama ini belum pernah dilihat oleh siapa pun. Termasuk keluarga besar Johnson. “Aku akan mematahkan l
Gabriel menghela napas dalam-dalam seraya menatap nanar pada sang istri yang terbaring lemah di atas ranjang. Berkali-kali ia bertanya dalam hati mengapa wanita itu tak menginginkan keberadaannya.“Apa yang terjadi padamu, Baby?”Kedua manik kebiruan itu mengerjap. Ia tertarik untuk membenarkan selimut dan memberikan kecupan.“Beristirahatlah. Aku keluar sebentar.”Dengan tak rela Gabriel keluar. Tujuan utamanya adalah mencari Sherly.“Ke mana dia?” Pria dengan wajah kusut itu merogoh ponselnya. Namun, belum sampai mencari nomor kontak Sherly, suara pintu utama terbuka. Di sana, orang yang ia cari membungkukkan badan padanya.Beralih ke ruang kerja, Gabriel duduk di kursi kebesaran sementara Sherly berdiri di seberang meja.Hening. Baik Gabriel maupun Sherly belum mengatakan apa pun.Sampai pada akhirnya, setelah beberapa menit terdiam, Gabriel berdehem kencang.“Ada yang ingin aku tanyakan, Sherly,” ucap Gabriel dengan pandangan menghunjam lurus pada sang pengawal.“Silakan, Tuan Mu