Share

Part 3 (Sebuah Rencana)

Adelia membaringkan tubuh lelahnya di ranjang satu-satunya di unit apartemen yang kini menjadi tempat tinggalnya. Setelah menyelesaikan rancangan untuk renovasi ruang CEO yang baru.

Kini, gadis dua puluh enam tahun itu mencoba memejamkan mata untuk terbang ke alam mimpi. Mengistirahatkan tubuhnya dan otaknya sejenak, sebelum menerima pekerjaan di esok hari.

Pagi ini, Adelia menggeliat pelan dari balik selimut yang mengubur seluruh tubuhnya. Ia melirik jam digital yang berada di nakas. Waktu masih menunjukkan pukul enam pagi, membuat gadis itu menarik kedua ujung bibirnya.

Adelia memutuskan untuk bangun. Ia merenggangkan otot-otot tangan dan sekitar lehernya sebelum benar-benar beranjak dari ranjangnya. Seperti kebiasaannya setiap pagi, ia akan bergegas ke kamar mandi untuk membasuh tubuh dan menyelesaikan ritual paginya.

Setelah menyelesaikan ritual paginya, Adelia membalut tubuhnya dengan sehelai handuk yang cukup menutupi area dada hingga pertengahan paha. Ia merapikan tempat tidur sebelum berganti pakaian.

Adelia memakai kemeja panjang berwarna biru di padukan dengan celana dan blazer senada. Ia memoleskan beberapa macam kosmetik  dan memulas bibir tebal yang dengan lipstik berwarna merah. Selesai dengan make up-nya, gadis itu meraih tas kerja beserta I-Pad keluar menuju ruang makan di dekat dapur. Ia memilih meminum susu dan menyeduh semangkuk cereal sebagai sarapannya pagi ini.

Tak butuh lama untuk dirinya menyantap sarapannya. Sebelum berangkat, ia memastikan penampilannya rapi. Lalu ia pun turun ke lantai dasar untuk menunggu taxi pesanannya.

Drrt ... Drrt ... Drrt

Ponsel di dalam tas kerja Adelia bergetar lebih dari dua kali tanpa sepengetahuan pemiliknya. Kini gadis itu telah berada di dalam taxi menuju kantor. Ia menyadarkan tubuhnya untuk bersantai sejenak. Hingga sampai di lobby  kantor.

Adelia yang telah turun dari taxi mendapat sapaan ramah dari penjaga keamanan yang bertugas pagi ini.

“Selamat pagi Ms. Giovanni.” Sapa laki-laki yang berseragam keamanan itu.

“Selamat pagi juga, An.” Balas Adelia sopan.

Gadis itu berjalan dengan penuh kepercayaan diri menuju lift yang biasa di gunakan CEO dan asisten pribadinya. Ya, sejak kedatangan Alexander Felix Johnson kemarin, Adelia di anjurkan memakai lift khusus petinggi perusahaan saat naik menuju meja kerjanya.

Perlakuan yang sangat spesial itu tentu membuat siapapun iri kepada gadis beruntung itu. Adelia termasuk karyawan baru dan ia begitu mendapat perlakuan istimewa.

Tentu saja kemarin Alexander Felix Johnson telah merubah beberapa peraturan untuk semua kebijakan perusahaan. Termasuk beberapa perlakuan spesial bagi sekretaris yang akan membantunya bekerja.

Gosip tak mengenakkan pun menyebar dengan cepat setelah pembaharuan peraturan yang di tetapkan secara tiba-tiba itu. Mereka menganggap Adelia telah merayu sang CEO agar mendapat perlakuan baik dan kenyamanan extra.

Dan seperti biasa, Adelia mengabaikan desas-desus yang di tangkap oleh indera pendengarannya. Toh, bila mereka lelah akan diam sendiri. Begitu pemikiran gadis dua puluh enam tahun itu.

Setelah sampai di mejanya, Adelia mendapati sebuah kunci yang ia yakini  adalah kunci mobil dan surat kendaraan, Ferrari Enzo. Di benaknya kini banyak pertanyaan tanpa jawaban.

Adelia memilih membuka laptopnya sembari menunggu kedatangan William Johnson. Ia menelaah laporan yang berada di mejanya sebelum nanti di serahkan pada pimpinan perusahaan.

Ting ...

Suara dentingan lift terbuka membuat Adelia kaget. Pasalnya belum ada pemberitahuan bahwa William akan datang. Ia beranjak dari posisinya. Dan betapa terkejut ternyata yang datang adalah Alexander Johnson dan asistennya Tommy Fernandez.

“Selamat pagi Mr. Felix dan Mr. Fernandez.” Sapa Adelia sopan.

Alex menghentikan langkahnya. Di ikuti oleh Tommy yang juga berhenti.

“Ulangi!” titah Alexander Johnson.

“Hah? Apa yang di ulang?” tanya gadis itu bingung.

“Sapaanmu pagi ini.” Jawab Alex dingin.

Tommy yang berada di belakangnya ingin tertawa, namun ia tahan. Bisa Gawat kalau ketahuan Alex yang songong itu. Bisa-bisa dia di pindahkan ke cabang California lagi.

Gadis dengan raut bingung itu akhirnya paham.

Dasar gila hormat!!

“Ehm, Selamat pagi Mr. Felix dan Mr. Fernandez.” Ulang gadis itu.

Alex menoleh ke arah Adelia. Menatap kedua bola mata bening gadis itu dengan tatapa tajam dari mata birunya yang mampu menaklukkan para wanita.

“Cukup sapa aku, Mr. Felix. Kalau kau mau menyapa Tommy,  lakukan nanti.” Kata Alex tajam.

Tommy semakin menahan tawanya. Rasa-rasanya isi perutnya ingin keluar lagi melihat sifat kekanak-kanakan Alex pagi ini. Laki-laki itu menggeleng geli.

“Ahh ,,, Baiklah Mr. Felix, maafkan saya. Selamat pagi Mr. Felix.” Ucap Adelia ke sekian kali.

“Hmm, masuk ke ruanganku sekarang juga.” Ucap Alexander Johnson sembari berlalu dari hadapan Adelia, di ikuti Tommy di belakangnya.

Adelia bertanya kepada Tommy melalui isyarat mata. Namun laki-laki itu hanya mengedikkan kedua bahunya. Gadis itu menarik nafas dalam-dalam demi menahan ke ingintahuannya. Ia segera masuk ke ruangan CEO sesuai perintah boss barunya.

“Ada yang bisa saya bantu Mr. Felix?” Tanya Adelia yang kini berdiri tak jauh dari meja kerjanya.

“Duduk!” titah Alex tanpa mau di bantah.

Adelia dengan patuh duduk di hadapan boss barunya yang suka seenaknya menurut gadis itu.

“Tommy?” Panggil Alex.

Tommy yang tanggap dengan keinginan boss dan sahabatnya itu segera membuka dokumen yang dibawa ya dari rumah tadi.

“Silahkan Ms. Giovanni.” Tommy memberikan dokumen itu kepada Adelia.

“Apa ini?” tanya Adelia spontan.

“Ini peraturan baru untuk posisi anda. Dan beberapa fasilitas yang akan anda dapatkan selama sepuluh tahun ke depan.” Jelas Tommy.

Adelia membulatkan matanya. “A-apa? Sepuluh tahun? Siapa yang akan bekerja sepuluh tahun di sini?”

“Silahkan anda baca dokumennya dulu. Jika ada yang tidak mengerti, saya akan menjelaskan setiap poinnya.” Jelas Tommy.

Alexander Johnson hanya tersenyum tipis melihat reaksi gadis di hadapannya itu. Ia cukup merasa tertarik dengan reaksi yang di keluarkan gadisnya. Ya, sejak kemarin Alexander sudah mengklaim gadis yang akan menjadi sekretarisnya itu sebagai miliknya.

“A-apa maksud semua ini? Kenapa di sini ada kontrak sepuluh tahun? Aku tidak pernah menandatangani ini sebelumnya. Dan apa maksud dari fasilitas yang tertera di sini?” tanya Adelia bingung. Sungguh, isi setiap lembar di dokumen itu membuatnya terkejut.

“Tommy?” Alex mengisyaratkan agar asisten pribadinya menjelaskan setiap point di lembar dokumen itu pada Adelia.

“Ehm, begini Ms. Giovanni.  Peraturan yang anda baca baru saja di ubah kemarin dan untuk fasilitas seperti unit apartemen baru dan mobil, ini murni dari Mr. Alexander Johnson. Anda hanya perlu bekerja empat puluh jam dalam seminggu. Itu artinya hari Sabtu dan Minggu adalah hari libur. Untuk public holiday dan cuti tahunan tetap akan anda dapatkan seperti yang telah tertulis di sana. Anda mengerti?” terang Tommy panjang lebar.

Raut gadis itu semakin tak terbaca. Ia seperti terhempas ke dunia lain. Rasa-rasanya ini seperti mimpi. Hingga suara berat dari Alexander Johnson menyadarkan dirinya.

“Adelia?” panggil Alexander datar.

“Ya? Ah ,,, Maaf saya melamun Mr, tapi peraturan dan fasilitas ini benar-benar membingungkan bagi saya.” Jawab Adelia jujur.

Alex menarik kedua ujung bibirnya membentuk senyumnya tipis. “Apa yang membuatmu bingung?”

“Ehm, semua ini terlalu berlebihan. Saya pikir tidak perlu seperti ini Mr. Felix. Ini akan menimbulkan gosip yang tidak mengenakkan di kantor.” Jelas Adelia.

“Aku tidak pernah peduli perkataan orang lain. Begitu juga denganmu. Ini pantas kamu dapatkan dan aku tidak menerima penolakan.” Ucap Alex dengan tegas.

“S-saya ...”

“Bagaimana dengan perencanaan renovasi ruangan ini? Apakah semua sudah kamu selesaikan?” tanya Alex datar.

Tommy mengerutkan dahinya heran. Alexander yang jarang berbicara dengan perempuan,  kini tampak begitu santai dengan gadis yang kini duduk di hadapannya. Meski nada bicara yang terkesan datar, ia tahu bahwa sahabatnya sedang ada perasaan lain kepada Adelia.

“Ehm, semua sudah selesai saya kerjakan. Saya sudah mencarikan pekerja yang bisa di andalkan. Dan seperti yang sudah saya katakan satu minggu semuanya akan selesai.” Jawab Adelia yakin.

Alexander menyeringai,  “Apa kompensasi untukku bila dalam seminggu ruangan ini belum beres?”

Adelia menatap kedua bola mata biru boss-nya dengan tatapan penuh keyakinan. Gadis itu tersenyum tipis dan berkata, “Saya belum pernah gagal memprediksi perencanaan seperti ini. Kecuali bila ada tangan kotor yang ikut campur.”

Menarik!! Pikir Alex

“Kamu tidak usah khawatir, aku akan memastikan tidak ada tangan kotor yang mengganggu pekerjaanmu.” Cetus Alex datar.

“Bolehkah saya menolak fasilitas yang anda berikan?” tanya Adelia.

“Tommy?”

Lagi-lagi Alex meminta asisten pribadinya menjelaskan kepada gadis keras kepala di hadapannya itu.

“Tidak bisa Ms. Giovanni. Nikmati saja semuanya, dan bekerjalah dengan baik. Mungkin itu bisa jadi tanda terima kasih anda kepada Mr. Johnson.” Jelas Tommy.

“Baiklah. Sepertinya percuma saya menolak kalau Mr. Felix sudah menyiapkan semuanya. Saya akan bekerja dengan sebaik-baiknya. Kalau begitu saya permisi Mr. Felix, dan terima kasih.” Gadis itu beranjak dari posisinya. Membungkukkan tubuh sebagai tanda hormat dan keluar dari ruangan Alex.

Setelah Adelia keluar, Tommy mendelik ke arah sahabat dan boss-nya itu.

“Lo naksir sama sekretaris itu?” tebak Tommy.

Alex menarik kedua ujung bibirnya. Dan itu membuat Tommy terkejut.

“Jangan bilang Lo mau menjerat gadis itu!!” Ucap Tommy horror.

“Apa yang salah? Kita sama-sama tak punya kekasih.” Jawab Alex santai.

“S-sejak kapan?” tanya Tommy

Alex menyeringai. “Sejak saat itu ...” Jawabnya ambigu.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Junai Unai
abcdefghijklmnop
goodnovel comment avatar
Edison Panjaitan STh
ambigu dalam keserempet
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status