Share

BAB 4

Pov Author

Keesokan harinya

Pagi ini adalah hari pemakaman almarhumah istri Dokter Ardian. Setelah beberapa orang pelayat meninggalkan pemakaman, Dokter Ardian masih berjongkok di samping makam mendiang istrinya.

“Ayo kita pulang, Yan!” ajak Pak Aryo, Papanya Dokter Ardian.

“Papa pulang dulu saja. Ardian masih ingin di sini,” sahut Dokter Ardian tanpa menoleh pada Pak Aryo yang berdiri di sampingnya.

“Baiklah kalau begitu,” tukas Pak Aryo lalu pergi meninggalkan Dokter Ardian. Ia tahu bagaimana perasaan Dokter Ardian saat ini.

“Tenanglah di sana, Sayang. Aku akan menjaga anak kita,” ucap Dokter Ardian seraya membelai batu nisan yang ada di depannya.

Setelah beberapa saat, Dokter Ardian bangkit dan menoleh ke makam mendiang istrinya sebelum pergi. Usai itu ia masuk ke dalam mobil dan melajukannya ke rumah sakit untuk menjemput anaknya.

***

Kos Citra

Citra sedang mengecek barang-barangnya dan memastikan tidak ada yang tertinggal. Tidak lama kemudian ponselnya berdering. Ia pun meraih ponselnya yang berada di atas tempat tidur.

“Siapa yang telepon?” gumam Citra dengan mengernyitkan keningnya saat melihat nomor tak dikenal pada layar ponselnya. Namun, ia tetap menggeser tombol hijau pada layar benda pipih itu untuk mengetahui siapa yang meneleponnya.

“Hallo ...,” sapa Citra dengan pelan.

“Di mana kamu?” tanya seseorang di seberang telepon dengan tegas.

Citra pun membelalakkan matanya lantaran terkejut saat mendengar suara Dokter Ardian. Saking terkejutnya, ponselnya sampai terjatuh ke lantai.

“Di kos, Dok!” jawab Citra dengan gugup setelah mengambil ponselnya kembali.

“Cepat ke rumah sakit!” seru Dokter Ardian lalu memutuskan sambungan teleponnya tanpa mendengar jawaban dari Citra terlebih dahulu.

Citra pun mendengus pelan ketika melihat sambungan teleponnya sudah mati. Dengan segera ia membawa tas berisi barang-barangnya menuju rumah sakit. Untungnya tadi pagi ia sudah berpamitan pada pemilik kos. Sehingga ia tidak perlu berpamitan lagi.

Sesampainya Citra di rumah sakit, Dokter Ardian sudah menunggunya di depan ruang Perinatologi.

“Ayo masuk!” ajak Dokter Ardian tanpa menunggu Citra bernapas sebentar karena berjalan cepat menuju rumah sakit dengan membawa tas besar.

Mau tidak mau Citra pun mengekor di belakang Dokter Ardian. Tidak lama kemudian mereka keluar dengan bayi di gendongan Dokter Ardian.

Di dalam mobil, Citra duduk di samping Dokter Ardian dengan memangku anak Dokter Ardian. Selama perjalanan menuju rumah Dokter Ardian, tidak ada percakapan di antara mereka. Dokter Ardian pun fokus mengemudi hingga sampai di rumah.

Sesampainya mereka di rumah Dokter Ardian, para keluarga menghambur keluar rumah untuk menyambut anak Dokter Ardian. Mereka sudah tidak sabar untuk segera menggendongnya.

“Jangan menyentuhnya sebelum mencuci tangan!” seru Dokter Ardian setelah keluar dari dalam mobil. Setelah itu ia membuka pintu yang ada di samping Citra lalu mengangkat anaknya dari pangkuan Citra dan membawanya masuk ke dalam rumah.

Citra pun buru-buru mengambil tasnya yang ada di kursi belakang lalu mengekor di belakang Dokter Ardian.

Ketika Dokter Ardian memasuki ruang tamu, ada sepasang mata yang sedang memperhatikannya. Pemilik sepasang mata itu pun tersenyum lalu bangkit dari duduknya dan mengikuti Dokter Ardian.

“Kak!” sapa pemilik sepasang mata itu.

Dokter Ardian pun menghentikan langkah kakinya lalu menoleh ke arah sumber suara.

“Apa?” sahut Dokter Ardian dengan jutek.

Orang itu pun tersenyum dan memandang mata Dokter Ardian.

“Aku turut berduka cita atas meninggalnya Kak Nadia,” ucap orang itu yang tidak lain adalah Widia, adik kandung Nadia Rahayu.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ibunya Irul
sehat sehat terus ya Thor .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status