Share

Part 05 – Arthur, Valerie & tuan posesifnya

Part 05 – Arthur, Valerie & tuan posesifnya

Sebuah mobil yang berhenti di depan restoran. Sehingga menghentikan niat Arthur -pemilik restoran- yang hendak kembali ke dalam kitchen.

Ia kembali menoleh dan benar saja dugaannya saat berbalik, sekilas mobil yang bahkan sudah ia hafal nomor platnya itu, terparkir cantik di sana—secantik wanita yang keluar dari mobil sedan keluaran BMW.

Dalam hitungan detik wanita pujaannya itu masuk dan langsung menatap ke arahnya yang tersenyum menyambut kedatangan wanita tangguh. Namun, memiliki hati yang lembut dan penyabar. Wanita yang cukup malang karena kurang diperhatikan oleh kekasihnya—yang sibuk mengurus banyak proyek pembangunan yang memakai jasa arsitektur dan banyak diminati oleh banyak pembangun.        

Valerie Denia Guerro, Gadis cantik yang hobi mendesain gaun-gaun indah itu nyatanya menuruni bakat setangguh sang ibu -Niana- yang kekuatannya tak dapat diremehkan jika ada yang berani mengusiknya. Mungkin itu adalah salah satu alasan Raizel membiarkan wanitanya pergi kemanapun sendiri tanpa butuh asisten ataupun pengawalan lain. Sayangnya, mungkin Raizel lupa untuk mengawal hati Valerie kemanapun wanitanya pergi.

Seperti halnya Valerie yang begitu menyukai masakan Arthur, maka dari itu wanita yang sedang melangkah ke arah Arthur yang masih terpesona, dengan senyum manis dan selalu ditunjukkan Valerie—bukan hanya kepadanya melainkan kepada beberapa pelayan yang bekerja bersama Arthur, sudah mengenal sosok wanita tersebut.

"Hei, Art. Kau sedang sibuk?" sapaan Valerie nyatanya membuat Arthur sedikit tersadar dari keterpanahannya.

Sambil mengalihkan pandangannya dari Valerie, Arthur tersenyum dan menjawab, "Hm, tak begitu. Seperti yang kau lihat, ini masih jam sebelas. Jadi belum begitu sibuk, ada apa, Val?"

"Syukurlah kalau begitu... aku ingin meminta bantuanmu, Art," ujar Valerie mengungkapkan niatnya.

"Wow ...  sepertinya ini penting, jika kau sampai ingin meminta bantuanku," kata Arthur dengan sedikit gurauan. "Kemari, duduklah dulu. Kau ingin minum apa?" timpal Arthur membawa Valerie untuk duduk di salah satu kursi.

"Aku tak ingin minum apapun. Jelas ini penting, Art. Dua minggu lagi Rai ulang tahun dan aku masih bingung ingin memberikannya apa. Lalu aku terpikir mengumpulkan kalian dan memasakan sesuatu untuknya," ujar Valerie mengungkapkan rencananya.

"Oh, begitukah?" Raut wajah bahagia Arthur saat didatangi Valerie hilang seketika saat wanita itu ternyata ingin melakukan sesuatu untuk kekasihnya.

Valerie mengerutkan keningnya menelisik raut wajah Arthur yang menunduk murung.

"Art, kau tak bisa ya?" tanya Valerie tampak hati-hati.

"Oh tidak. A-aku sedang berpikir, apakah dua minggu kedepan aku memiliki janji untuk pergi, tapi seingatku tak ada. Jadi kemungkinan aku bisa ikut berkumpul, di basecamp kita bukan?" Arthur menanggapi sambil menampilkan deret giginya.

Tak ingin membuat Valerie kecewa karena rasa irinya terhadap Raizel, yang begitu beruntung mendapatkan Valerie.

"Nope. Bukan hanya itu maksudku, Art. Aku ingin meminta bantuanmu untuk mengajariku memasak, kau tahu ibu dan ayahku sibuk dan para maid di rumahku tak akan bisa mengajariku yang serba ingin cepat, begitu juga dengan Summer, ya ampun aku takut dia akan melemparkan wajan ke wajahku." Valerie kembali mengungkapkan keinginannya sambil sedikit bergurau.

Dengan wajah manis yang memelas membuat Arthur tak dapat menolak permintaan wanita itu. Bahkan walau tujuannya adalah untuk pria yang dicintai wanita itu.

Ya... inilah kebodohan hakiki yang dimaksudnya tadi.

Jika Summer dengan bodohnya memberikan makanan kepada Kyle yang jelas akan memberikannya kepada Athena. Berbeda dengan kebodohan Arthur yang akan membantu wanita yang dicintainya melakukan sesuatu untuk pria lain yang sialnya

begitu dicintai Valerie.

Sungguh malang!

"Kau bisa kan, Art?" tanya Valerie kembali.

Arthur mengerutkan keningnya, menggoda Valerie yang terlihat gusar saat menunggu jawabannya.

Wajah menggemaskan itu sangat ingin Arthur sentuh setiap saat untuk mengungkapkan betapa ia begitu menyayangi wanita itu.

"Hm ...." Arthur berdeham panjang dengan gayanya mengusap-usap dagu seakan menimbang-nimbang permintaan Valerie.

"Please ...." Valerie kembali memelas.

Mungkin bisa diibaratkan bahwa saat ini manik mata Valerie sudah membesar dan berlapis air bening, layaknya mata seekor kucing yang memohon diberikan ikan.

"Baiklah aku akan membantumu," jawab Arthur.

Seketika Valerie berjingkrang girang dan spontan memeluk Arthur yang masih duduk di kursi kayu.

"Yeah! thank you, Art. Kau memang sahabat terbaik!" seru Valerie.

Sahabat? Yes, i'm only the best friend for you, Val. Arthur bergumam dalam hati.

Sementara karena tingkah mengejutkan Valerie barusan membuat beberapa pelayan dan pengunjung menoleh ke arah mereka yang terlihat heboh.

"Ok-okey, Val. Kau sukses membuatku menjadi pusat perhatian sekarang," ujar Arthur.

Seketika Valerie melepas pelukannya dan menatap beberapa pasang mata yang menatapnya sambil tersenyum. Sambil menunduk dan menampilkan deret giginya. Valerie kembali duduk di kursinya, dan menggenggam tangan Arthur dengan gemas. Seolah mengungkapkan betapa dirinya begitu senang.

"Baiklah., kapan kau memiliki jam kosong?" tanya Valerie.

"Restoran tutup jam sepuluh malam dan dibuka jam sepuluh pagi. Kau ingin setelah tutup atau sebelum buka?" tanya Arthur.

"Hm, Jika pagi aku tidak bisa. Kau tahu, Mommy-ku tetap mengabsen kehadiranku di butik," keluh Valerie, "Dan kalau malam, Rai suka tiba-tiba melakukan panggilan video." Valerie mengerutkan keningnya.

"Kalau begitu bagaimana jika saat aku sedang off. Aku dan Summer bergantian off. Seperti hari ini dia sedang off, besok giliranku, kau mau?" tawar Arthur.

"Really? Tentu aku mau Arthur. Besok aku juga off, jadi kau bisa mengajariku seharian," ujar Valerie.

Kembali meremas tangan Arthur dan menggoyang-goyangkannya seraya dengan kakinya yang menghentak-hentak, sebagai bentuk respon dari tubuhnya saat sedang senang.

"Baiklah... tapi jangan terkejut jika mendengar Summer berteriak-teriak. Dia sedikit berisik jika sedang memimpin timnya saat memasak," ujar Arthur. Sambil terkekeh, ketika mengingat keributan Summer jika masuk ke dapur.

"Apa? Hah... entah aku bisa fokus atau tidak. Aku terbiasa dengan ketenangan—seperti di butik, jika sedang melakukan sesuatu," cicit Valerie.

"Apa kau ingin memasak di rumahku? Mom and Dad akan senang jika aku memasak di rumah," ujar Arthur memberi pilihan.

"Bisakah?" tanya Valerie mendapat anggukan dari Arthur.

"Terima kasih, Art. Kau terbaik!" seru Valerie lagi.

"Baiklah... kau ingin sekalian makan siang di sini?" tanya Arthur.

Seketika Valerie melihat jam di pergelangan tangannya. Ia lupa bahwa sudah berjanji kepada Raizel untuk makan siang di kantor Raizel.

"Hah... aku ingin... tapi, aunty Liora sudah menitipkan bekal makan siangku kepada Rai. Aku harus bergegas ke kantornya," ujar Valerie. Menunjukkan wajah menyesalnya.

Ia berdiri dari duduknya diikutin Arthur. Valerie mengecup pipi Arthur sebagai tanda ia pamit pergi.

"Jadi besok, aku akan ke rumahmu. See you tomorrow, Art," pamit Valerie.

Meninggalkan Arthur yang memandang punggungnya dan kembali hanya bisa terdiam tanpa bisa menolak permintaan Valerie.

Hah... bagus Art! Kau sudah sukses menjadi budak cintanya. Arthur meruntuk dalam hati.

Sambil menatap kepergian Valerie.        

***        

Valerie mengintip dari balik pintu sebuah ruangan apik dengan beberapa interior yang di desain begitu indah dipandang mata. Beberapa bingkai denah-denah fantastik tampak menempel di dinding berwarna putih. Sebuah miniatur berbentuk kapal laut yang terbuat dari kayu tertata rapi di meja panjang bersama beberapa miniatur lainnya seperti pesawat, mobil bahkan rumah miniatur yang terlihat indah menghiasi ruangan tersebut.

Terlihat jelas ruangan siapa yang disusupi Valerie dengan perlahan, seperti seorang maling yang mengintip dan memerhatikan sekitarnya. Kemacetan yang menjadi kendalanya saat menuju ke kantor kekasihnya itu, membuatnya terlambat tiba selama satu jam. Hingga Valerie harus memastikan bahwa prianya tak marah saat ia tiba dalam keadaan terlambat.

"Huh ...." Valerie menghembuskan napasnya cukup lega.

"Semoga Rai masih meeting, atau setidaknya ia bertemu dengan kliennya di luar." Harap Valerie bergumam.

Lalu ia berbalik dan betapa terkejutnya Valerie saat berbalik, terdapat Raizel yang membawa dua kotak makan yang baru ia panaskan di pantry menggunakan microwave.        

"Astaga Rai ... kau mengagetkanku!" pekik Valerie.

"Siapa suruh kau mengendap-endap seperti maling!" tukas Raizel.

Dia melangkah maju dan membuat Valerie secara otomatis melangkah mundur dan masuk ke ruangan Raizel.

"Kenapa kau terlambat? Jika asistenku tak memberitahukan bahwa jam makan siang sudah berlalu sebanyak satu jam. Aku tak sadar jika kau terlambat terlalu lama," ujar Raizel. Membiarkan Valerie mengekornya dan berhenti saat tiba di meja yang terdapat sofa panjang dan satu sofa single mengelilingi meja tersebut.

Pria itu meletakan dua kotak makan yang sudah ia panaskan ke atas meja tersebut. Lengan kemeja yang digulung dan satu kancing teratas dibiarkan terbuka oleh Raizel. Hal itu membuat ketampanannya bertambah berlipat kali, dan mungkin mampu membuat banyak wanita mengantri untuk dikencani oleh Raizel.

Namun sayang, tak ada yang berani mendekatinya, saat pria itu sudah memberikan tatapan menyeramkan bagaikan sinar laser yang dimiliki Superman.

"Maaf, Rai kau tahu, jalanan di dekat sini sungguh padat. Apalagi didekat tempat Arthur... huh... memutar balik saja sulit," ungkap Valerie. Tanpa sadar sudah keceplosan.

"Kau ke tempat Arthur?" tanya Raizel mengerutkan keningnya.

Sontak Valerie tersadar bahwa dirinya sudah keceplosan. Ia tahu seberapa cemburunya Raizel terhadap Arthur. Dan sebentar lagi Raizel pasti akan marah. Dengan ragu Valerie tetap menganggukkan kepalanya secara perlahan, sambil tertunduk tak berani menatap Raizel yang menatapnya tajam.

"Hah, kau tahu seberapa tak sukanya aku jika kau menemuinya," rutuk Raizel.

"Kenapa kau tak menyukainya ? Bukankah dia juga sahabat kita sejak kecil, dia juga sepupumu bukan?" tanya Valerie.

"Dia menyukaimu, Val! Sampai kapan kau bisa menyadari itu. Apa kau sengaja ingin membuatku marah!" tukas Raizel. Mengalihkan tatapannya dan memilih mengambil kotak makan bagian Valerie, mengambilkannya beberapa iris daging dan beberapa sendok sayur, lalu diberikan kepada wanitanya.

"Maaf, Rai. Aku hanya ...." Valerie menggantung ucapannya tak tahu hendak beralasan apa, karena sebenarnya memang ia merahasiakannya dari Raizel.

"Sudahlah! Aku tak ingin membahasnya. Makanlah, mom sudah memasakkannya untukmu," ujar Raizel.

Valerie terkesiap melihat makanan yang cukup banyak untuknya, lantas dia bertanya kepada kekasihnya yang beranjak dari duduknya dan tak memakan apapun.

"Kau tak makan?" tanya Valerie.

"Aku sudah makan, semua itu bagianmu," jawab Raizel. "Harus kau habiskan. Kau tahu, ibuku akan bersedih jika makanannya tak habis," timpal Raizel.

"Apa? Tapi kenapa aunty Liora membawakan banyak makanan hanya untukku," cicit Valerie.

"Karena aku mengatakan, kau sedang mengandung anakku." Raizel menjawab begitu ringan. Lalu duduk di kursi kebesarannya.

"Apa? ya ampun! Apa kau mulai gila?!" pekik Valerie.

"Ya, aku memang gila. Karenamu ...," jawab Raizel ringan. Sambil menopang kedua tangannya di atas meja, untuk sedikit memajukan tubuhnya.

Menatap serius Valerie yang beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapannya yang terhalang meja.

"Oh, ya Tuhan! Bisakah kau mengurangi keposesifanmu? Aku—"

"Nope, Val! Enough!" sentak Raizel menatap tajam Valerie yang tercengang. "Tak ada pengelakkan. Aku hanya berusaha menjagamu dan hatimu. Agar kau berhenti makan siang di tempat Arthur dan makan di sini. Mom berjanji akan membuatkan makanan untukmu. Jadi tak ada alasan untukmu ke sana!" pungkas Raizel.

Dengan sorot mata tajam ia menatap Valerie yang juga menatapnya tajam, dengan bibir cemberut. Sayangng, tak dihiraukan oleh Raizel sedikitpun.

"Dasar tuan posesif menyebalkan!" sungut Valerie.        

Lalu berbalik menuju sofa dan dengan terpaksa memakan makanan yang sudah disiapkan dengan susah payah oleh Liora -calon ibu mertuanya- Raizel menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursinya sambil menatap Valerie yang membelakanginya dengan angkuh.

Raizel dan keposesifannya ... Tak ingin mendapat penolakkan, karena inilah caranya mempertahankan Valerie tetap berada disisinya atau ia akan kehilangan gadis itu karena kesibukannya. Meskipun, caranya begitu licik.

**

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status