Share

Mas Bos 1

“Tuh, ‘kan? Mamah, sih, dandannya kelamaan. Kejebak macet, ‘kan, kita? Duh, gimana bisa dateng tepat waktu kalo kayak gini?” Papa Heru mulai ngomel saat terjebak macet dalam perjalanan kondangan ke Rumah rekan bisnisnya.

“Iya, ih! Duh, gak bisa nyaksiin ijab kabulnya Kairo, Abang kalo kaya gini.” Aaron pun, mulai memanasi. Membuat Mama Desi langsung cemberut tak terima.

“Loh, kok, mama? Aika, tuh, yang lama!” ujar Mama Desi. Membela diri sekaligus mencari kambing hitam.

“Dih, kok jadi Aika, sih?” Aika pun, tidak mau begitu saja dijadikan kambing hitam Sang Mama.

“Iya, Kamu!” Mama Desi bersikeras. “Kamu dandannya kelamaan, Aika. Makanya kita jadi kena macet kayak gini!” Mama Desi pun menambahkan. Membuat Aika memutar mata dengan kesal hati mendengarnya.

Dasar emang Si Mama, ngeles mulu kek bajaj.

“Apa, dah, Mama, nih? Orang Aika cuma pake bedak bayi sama lipt tint aja. kok, dibilang lama. Mama kali yang lama. Ribet sama alis yang gak bisa sama pasti, nih!” tebak Aika. Membuat mama Desi melotot tak terima.

“Eh, itu mah masa lalu, ya? Sekarang Mama, kan, udah beli cetakan alis dari olshop. Yang made in Korea lagi. Jadi, dijamin gak bakal ribet lagi sama alis. Tuh! Tuh! Alis Mama udah gak mencong-mencong ‘kan?” Mama Desi memamerkan alis cetarnya pada Aika. Membuat Aika kembali mendengkus kesal.

Tetep aja butuh waktu buat bikinnya,” balas Aika malas.

“Tapi gak selama biasanya!”

“Iya, tapi...”

“Ish, pokoknya bukan karena Mama, ya, kita telat!” sela Mama Desi tak mau kalah.

“Tuh, gara-gara Abang, nih, pasti!” Sekarang, giliran Aaron yang kena tuduhan Mama Desi.

“Lah, kok, jadi abang?” Aaron bingung. “Abang, kan, gak pake make up, Mah?” Aaron menambahkan seraya bergaya menyampirkan rambut cepaknya ke belakang telinga, dengan gaya kemayu. Membuat Aika terkekeh seketika.

“Iya! Emang kamu gak pake make up. Tapi, biasanya Kamu, kan, ribet sama rambut Kamu yang selalu salah jalan itu! Belok-belok semua kek jalanan gang di Jakarta!” tukas Mama Desi. Dia menyindiri rambut Aaron yang agak keriting.

“Makanya, Bang. Sholat jangan ditinggalin. Biar rambutnya dapat hidayah, Terus gak belok-belok lagi kayak gitu. Duh, mama gemes banget pengen jambak rambut Kamu, Bang!”

Aika pun gak tahan untuk tak tertawa ngakak sekarang. Karena Mama Desi memang selalu All out, dalam menyindir orang. Sekalipun itu anaknya sendiri. Namun, sebenarnya apa hubungannya sholat dengan rambut keriting? Emang sholat bisa bikin rambut lurus, ya?

Ada-ada aja mamanya ini.

“Dih, malah ngatain! Gini-gini abang hasil goyangan papa sama mama, ya?” bantah Aaron tak terima, “Lagian, rambut Abang begini, kan, karena Mama juga.”

“Eh, kok jadi mama lagi?”

“Iyalah! Siapa suruh dulu doyan nyamilin mie kering sama rambut nenek pas hamil abang? Kan, imbasnya jadi sama rambut abang ini. Duh, pokoknya tanggung jawab. Beliin catokan abis ini!” Aaron membalas, sukses membuat Mama Desi melayangkan cubitan mautnya.

“Catokan mah kemahalan buat Kamu! Setrikaan arang, tuh, yang cocok buat Kamu!”

Setelahnya, debatan absurd pun menghiasi keluarga Aika dalam mobil. Karena memang, Beginilah keluarganya. Selalu ramai!

Udah-udah. Ribut mulu kalian kayak orang belum dapet bantuan dari pemerintah!” Saat sang Baginda Raja mulai membuka suaranya, suasana pun baru bisa kembali tenang.

“Bang, coba Kamu telepon Kairo. Bilang maaf gitu, karena kita udah telat. Soalnya, ini kayaknya macet masih lama, deh. Ada kecelakaan katanya di depan,” Papa Heru memberikan titahnya pada Aaron. Aaron langsung melaksanakan tanpa bantahan sama sekali.

“Ya, Ron?” 

Saat melakukan telpon kepada sahabatnya, Kairo, Aaron memang mengaktifkan loudspeaker ponsel. Agar orang tuanya juga bisa mendengar percakapan mereka. Sekalian bisa menyampaikan maaf kepada yang bersangkutan.

“Oi, Bro! Gue mau minta maaf, nih! Soalnya, gue sama keluarga gue kayaknya gak bisa nyaksiin ijab kabul lo. Kita kejebak macet, Bro,” terang Aaron kemudian.

“Oh iya, gak papa.” Entah mengapa Kairo menjawab dengan nada suara sendu sekali. 

Padahal, hari ini harusnya dia sedang berbahagia, kan? Soalnya mau melepas masa lajang. Tetapi, kok, kayaknya lesu begitu?

Gak datang juga gak papa, kok,” tambah Kairo. Membuat Aaron, juga orang tuanya langsung mengernyit tak mengerti.

Itu, maksudnya apa, ya?

Kairo marah atau gimana?

Masa hanya karena mereka telat, malah disuruh gak dateng sekalian? Kok, kayaknya ngajak perang banget, ya?

Kenapa gitu, Bro? Lo marah, apa gimana, nih, ceritanya?” Aaron tak kuasa untuk tak menyampaikan benaknya.

“Eh … eh … enggak gitu, Bro. Gue gak marah sama lo. Serius deh! Hanya saja … memang kalian gak perlu datang, kok.”

Kenapa?”

“Karena pernikahan gue bat ….”

“Astaga Aika! Kamu ngapain, sih? Ini abang lagi telpon Kairo. Bisa anteng dikit gak, sih?” Tiba-tiba Aaron berseru pada Aika, yang terus saja merecokinya di tempat duduk.

“Apa, dah, Bang? Orang Aika cuma mau ambil minum aja, kok. Aika, tuh, haus Abang!” balas Aika tanpa dosa. Membuat Aaron berdecak kesal. Lalu mengambilkan air mineral botolan yang memang ada di sebelahnya.

“Nih! Jangan gangguin abang lagi!” tegurnya. Aika hanya membalas dengan kedikan bahu tak acuh, dan meneguk air meneral dengan enteng.

Sorry, Bro! Adek gue lagi ribet tadi. So, gimana-gimana? Tadi lo mau bilang apa?” Aaron mengembalikan fokus pada ponsel pintarnya.

Anehnya, tak segera mendapat jawaban dari seberang sana. Aaron sampai harus mengecek ponselnya untuk memastikan kalau sambungan teleponnya dengan Kairo, masih tersambung atau tidak.

Dan, ya! Memang masih nyambung, sih. Tetapi, kok?

“Kai? Hallo! Lo masih di sana, kan?” panggil Aaron.

“Ron, lo dateng bareng Aika, ya?” Akhirnya sahutan terdengar. Namun, dengan pertanyaan di luar konteks yang sedang mereka bicarakan.

“Iya!” Sekonyong-konyong Aaron tetap menjawab.

“Bareng bonyok lo juga, gak?”

“Iya, ada kok” Walaupun Aaron masih bingung dengan sikap Kairo saat ini, tetap saja Aaron menjawab dengan sejujur-jujurnya. 

Akan tetapi, tiba-tiba suasana kembali hening setelahnya karena Kairo tiba-tiba kembali terdiam. Tanpa bersuara lagi. Aaron melempar pandangan bingungnya pada Aika di sebelahnya, juga kedua orang tuanya yang ada di depan.

“Kairo kenapa? Kok kayaknya aneh!”

Nah, kan? Papa Heru pun merasakan hal yang sama.

“Ron?” Setelah menunggu cukup lama, akhirnya suara Kairo terdengar lagi.

“Iya, kenapa?” balas Aaron.

Shareloc.”

Hah?

“Buat apa?”

“Nanti gue ngirimin empat ojek ke tempat Lo. Buat jemput kalian.”

Lah, katanya suruh pulang aja.

“Buruan, Ron. Gue butuh pertolongan Lo, sama keluarga Lo hari ini.”

Cerita ini pun berawal. Mereka berhasil bertemu Kairo dan orang tuanya yang tiba-tiba meminta Aika menggantikan calon istri Kairo. Calon istri sebelumnya sudah membatalkan pernikahan mereka satu jam lalu.

Komen (9)
goodnovel comment avatar
Agus Roma
nikah dadakan t
goodnovel comment avatar
Ila Al - Khalifi
ceritanya asyik, makin kesini makin seru aja
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
kayakX ceritaX bgs deh.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status