Share

Sekuntum Rindu
Sekuntum Rindu
Author: nurbangkrak

Prolog

Berhenti kerja?? Gila!! Kemana lagi mau cari kerja di kota Semarang ini? Persaingan bukannya mudah. Tapi, aku kan ada ijazah. Keadaan ku juga tak begitu mendesak, Nayla bermonolog pada dirinya sendiri. Memang cuma aku saja yang punya ijazah, yang lain nggak punya, gitu?

Dia menjatuhkan diri ke kursi, pikirannya sungguh kacau. Aduh! Rasanya ingin ia keluarkan semua beban yang memenuhi kepalanya. Dia tersandar di kursi, matanya tertancap pada layar komputer yang kaku didepannya. Diusapnya layar yang telah menemani dirinya sejak dua tahun lalu. Kemudian dia membuang pandangannya ke arah rekan-rekan kerjanya yang lain. Mereka juga sama seperti dirinya, murung dan nampak frustasi. Ya, siapapun pasti akan risau jika dalam keadaan seperti ini, Tahun baru tinggal menghitung hari dan kabar yang datang justru pemberhentian kerja dengan terpaksa. Gaji Nayla bulan ini pun sudah lewat bagai angin di bulan Agustus, sepoi namun cukup untuk membuatmu masuk angin. Sehingga, mau tak mau ia harus berhutang kepada teman satu kosnya. Bahkan, ia pun harus mengikat perutnya untuk menahan lapar. Lupakan dulu yang mahal-mahal, keadaan tak lagi sama. Apa yang terpikir segera dijamah lalu dibeli, sekarang tak seperti itu. Apalagi Nayla juga belum tahu apa yang akan terjadi padanya di kemudian hari. 'Biarlah, aku tak mau mengganggu belajarnya. Biar dia fokus pada sekolahnya. Tuhan, berikan aku kekuatan', gumamnya.

"Nay, pergi ambil gaji," sapa Aldo yang datang dari arah meja Mbak Sri, yang bertugas membayar gaji mereka. Nayla bungkam. Kartu pers yang tergeletak diatas meja ia mainkan. Tak lama lagi kartu ini tak ku gunakan lagi. Dia menyibakkan rambutnya yang terurai ke belakang telinga. Air matanya nyaris tak terbendung. "Nay, pergilah.." Aldo mengulangi sarannya, mata mereka bertemu. Aldo tertunduk, dia juga paham betul perasaan Nayla. Pandangannya beralih ke kamera yang tergeletak diatas meja.  Satu keluhan berat dilepaskan.

"Ini surat apa?" tanya Nayla ketika melihat surat yang ada ditangan Aldo. Dia bangun sambil membetulkan bajunya yang agak berkerut di bagian pinggangya. Aldo mengambil tempat lalu duduk untuk menyalakan rokoknya. "Surat pemberitahuan mengapa kita harus berhenti. Sebab hutang perusahaan yang tertimbun, bosan sekali rasanya Nay. Aku cabut bentar lagi lah. Setelah ini, kau mau kerja kemana Nay?" tanya Aldo dengan hati-hati. Ia sadar, saat ini pekerjaan merupakan hal yang sensitif. "Entahlah Al, aku pun juga tak tahu mau kerja apa." jawab Nayla yang nampak sayu. "Coba masukin lamaran ke media-media lokal aja dulu Nay. Siapa tahu ada lowongan jurnalis", balas Aldo.

Nayla mengangguk dan berlalu menuju meja Mbak Sri untuk menyelesaikan urusan dengan perusahaan. Setelah selesai dengan Mbak Sri, ia kembali ke mejanya. Nayla membuka kaca matanya. Ditangan kanannya ada amplop cokelat yang berisi sepucuk surat dan uang pesangon dari perusahaan. Namun, itu tak berarti apapun untuknya. Kepalanya mendadak pusing teringat tagihan ini itu. Dia tidak menyangka keadaan akan separah ini. Setetes air mata mengalir di pipinya yang lembut. Sungguh berat kenyataan ini....

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
awal yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status