Share

Episode 4

Pukul 06.00 sore Dira baru sampai dirumahnya. Tubuhnya terasa capek dan lelah. 

"Dira pulang...."ucapnya dengan menyender dikursi ruang tengahnya.

"sayang kamu sudah pulang...??" sapa ibunya.

"iya bu,Dira baru pulang..." jawab Dira dengan mengecup tangan ibunya. 

"Gimana kerjanya,,?"

"boss kamu baik gak sama kamu??" tanya Sinta ibu Dira.

"Dira kerja sebagai sekertaris dari seorang Presdir bernama Ivander bu..."

"dia orangnya baik kok..." sedikit menutupi sikap Ivan yang sebenarnya membuatnya sedikit marah.

"syukur deh,ibu seneng dengarnya..."ucapnya.

"Dira mandi dulu ya bu,,"

"badan Dira bau asem,pengin berendam.." ucap Dira seraya pergi meninggalkan ibunya.

"ya udah,jangan lupa bentar lagi makan malam siap.." ujar ibunya.

"iya bu..."

Dira lalu menuju kamar mandi. Seharian berjuang demi menjadi sekertaris seorang CEO,membuatnya cukup kelelahan dihari pertamanya bekerja.

"Gue gak nyangka bakal punya boss kaya Ivander.."

"orangnya galak,egois,huh...." ucapnya sambil mengisi bath upnya.

Sore ini Nadira ingin berendam dibak yang berisi penuh dengan busa sabun dan sedikit essensial oil favoritnya. Apalagi kalau bukan Lavender oil dan Rose oil,aroma yang membangkitkan pikirannya.

Disela berendamnya,Ivander ternyata berkali-kali menghubunginya lewat telfon. Tapi Nadira yang sedang mandi tidak menyadarinya.

Selesai mandi Nadira mengenakan piyama pendek,dengan celana diatas lutut . Lalu dilanjutkan dengan treatment setelah mandi. Dari memakai toner wajah sampai dengan memakai mouisturizer malamnya.

Tangan dan kakinya juga tidak luput dari lotion malamnya. Namanya juga anak gadis,pasti selalu ribet dengan segala tetek bengeknya.  

Nadira memang senang merawat tubuhnya seperti ibunya. Jadi wajar saja kalau tubuhnya putih mulus. Bahkan nyaris tanpa jerawat dan flek pada wajahnya. 

Saat hendak turun untuk makan malam,telfon genggamnya lalu berdering. Disitu tertera nama Pak Ivander. Dira kaget,ada apa dia menelfonnya malam-malam,ucapnya dalam hati.

"ya hallo..." sapanya.

"Hey Dira,kemana saja sih?? tadi saya telfon berkali-kali tapi tidak kamu angkat?? " ucap Ivan panjang.

"Tadi saya habis mandi,lagian ada apa bapak telfon malam-malam??" 

"ini sudah bukan jam kerjakan pak??" ucap Dira. Dia masih kesal,baru saja dirinya merasa gembira berada dirumah,sekarang harus berurusan lagi dengan bos nyebelin tersebut.

"ya memang sudah bukan jam kerja,tapi kamu itu sekertaris saya...! " bentaknya.

"saya cuma mau mastiin,apakah kamu sudah tahu tugas-tugasmu besok???" tanya Ivan.

"iya pak,saya sudah tahu"

"besok pagi,bapak ada rapat dengan dewan direksi "

"besok bapak memakai jas warna hitam,dan akan saya ambil besok ditempat laundry pukul 07.00 pagi"

"bukan begitu pak?" tanya Dira. 

Ivan tercengang,baru sehari saja Dira bekerja untuknya,tapi Dira dengan cepat memahami pekerjaannya itu.

"ya..ya.." balasnya.

"ada yang mau bapak tanyakan lagi??? "tanya Dira dengan lembut.

"kalau tidak ada,saya akan menutup telfonnya. Karena saya juga mau mengurus keluarga saya juga" ucap Dira ketus.

" tidak,tidak ada..." jawab Ivan.

"kalau begitu,saya tutup telfonnya,selamat malam" ucap Dira lalu menutup telfonnya. Dira lalu turun kebawah untuk makan malam bersama ibunya.

"sel...." belum sempat Ivan mengucapkan salam,Dira terburu menutup panggilannya.

Setelah telfonnya dimatikan oleh Nadira,Ivan lalu pergi ke kafe tempat dia dan teman-temannya nongkrong. 

Dia memang suka berkumpul,tapi dia tidak seperti temannya yang suka minum-minuman beralkohol. Dirinya lebih suka minum Bir yang non alkohol.

Besoknya, sekitar pukul 07.00 pagi Nadira sudah berlari seperti atlit maraton. Mulai dari mengambil jas bosnya yang berada di Laundryan,lalu mondar mandir menyiapkan  berkas untuknya. 

Pukul 08.00 pagi,Ivan baru saja sampai dikantornya. Menaiki mobil BMW,Ivan memang terlihat sangat mengagumkan. Itu bagi cewek-cewek dikantornya.Tapi tidak bagi Nadira saat ini, baginya Ivan hanya seorang cowok biasa,cowok sombong dan arogan. 

Hanya karena Ivan seorang Presdir,dia tidak harus memuji dan menyanjungnya.  

Mendengar para karyawan menyebut Ivan,Nadira langsung sigap berdiri lalu membuntutinya dari belakang. Seperti anak ayam mengikuti induknya kemana saja ia pergi.

Ketika Ivander memasuki ruangan,Dira dengan sigapnya menyiapkan jas dan dasi untuk Ivan.

Memang dasarnya Ivan itu manja,sampai memakai dasi saja dia tidak mau memakainya sendiri. Harus orang lain yang memakaikannya. 

Untung saja dirinya cepat menemukan sekertaris baru,sehingga dia tidak repot memanggil orang lain.

Tapi sayangnya,Nadira belum paham dengan kode dari Ivan. Biasanya saat Ivan datang,sekertarisnya yang dulu langsung sigap mengambil dasi untuk Ivan.

"Dira...."ucap Ivan dengan memegang kerah kemejanya ke arah Nadira.

Dira hanya melongo,dia pikir kerah baju Ivan kusut kurang rapi.

"Iya pak,ada apa dengan bajunya? kurang rapikah?"

" no..no..no..."

"bukan itu yang aku maksud..." jawabnya ketus.

"dasi saya belum kamu pasang...!!" tambahnya.

Dira tidak tahu kalau memakaikan dasi juga tugas seorang sekertaris.

"ya ampun,memakai benda seperti itu saja tidak bisa. Katanya boss,gitu aja minta bantuan orang lain..huuuu" ucapnya dalam hati.

Diapun menurutinya,tapi ada yang lucu . Ivan yang tingginya 177cm,sedangkan Dira hanya 162cm. Itupun masih dibantu dengan highells yang tingginya 7cm.Jadi  dirinya perlu sedikit berjinjit.

Tangan Dira meraih kerah baju Ivan,melingkarkan dasi dilehernya. Mereka lebih mirip dengan seorang suami yang meminta istrinya untuk memakaikan dasi.

Dimomen ini,Ivan tidak sengaja memandangi wajah cantik  Nadira. Matanya seolah tahu,kalau didepannya ialah bidadari cantik yang jatuh dari kayangan.

"kenapa kemarin  aku memarahi gadis cantik ini,apa salah dia coba?? sampai-sampai dia aku hukum untuk kerja full seminggu". 

"Ivan,,come on. Ini bukan waktu kamu buat mikirin gadis seperti dia." gumam Ivan dalam lamunannya.

"sudah selesai pak..." ucap Nadira menyadarkannya dari lamunan.

"oke.." jawab Ivan lalu memalingkan mukannya ke arah jam tangannya.

Mereka berdua lalu pergi keruang rapat. Hari ini jadwal Ivan menghadiri rapat dengan para dewan direksi.

Seperti biasanya,Nadira selalu berada dibelakang Ivan. Dengan membawa Notula dan beberapa berkas untuk ditanda tangani Ivan.

Siang ini setelah selesai rapat,Dira ingin makan siang bersama Lisa. Dia pergi kesebuah kedai kopi dekat kantornya. Seperti para sehabat lainnya,Lisa dan Dira asyik mengobrol dan menikmati santap siangnya.

"Eh Dir,loe tahu gak? boss loe itu pernah amnesia lho.." ucap Lisa.

"masa sih Lis???"

"loe tahu dari mana??" tanya Dira penasaran. 

"katanya waktu kecil Pak Ivan pernah mengalami kecelakaan mobil".

"sampai-sampai dia koma selama 6 bulan.." ucap Lisa dengan memanyunkan bibirnya 

"Ivan amnesia?? " gumamnya.

"terus,,apa sekarang dia masih suka hilang ingatan juga??" tanya Nadira.

"ya gak lah Dir,emangnya ada amnesia kumat-kumatan gitu??" jawab Lisa cengengesan.

"kali aja,habis aneh. Dikit-dikit dia marah,dikit-dikit dia baik..." 

"kan bisa aja penyakitnya itu kumat..."ucapnya lirih dengan menutup mulutnya. Mereka berduapun tertawa bersama tanpa ada yang mengetahui kalau mereka mentertawakan atasan mereka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status