Share

Episode 5

Sudah 5 hari Dira bekerja bersama Ivan.Jam kerjanyapun sudah Ivan rubah. Dari jam 07.00 pagi sampai jam 05.00 . Dia merasa kasihan dengan sekertarisnya itu. Dia merasa terlalu kejam jika memperlakukan karyawannya seperti sekuriti kantor.

Besok adalah hari sabtu,dimana dirinya harus datang dan bekerja dirumah bossnya. 

Dira mengusahakan dirinya untuk bangun lebih pagi. Supaya lebih tepat waktu. Apalagi dia tahu kalau bosnya itu sangat disiplin. Jadi dia tidak ingin kalah dari waktu,ujarnya.

Hari ini tugasnya menemani sang Presdir olahraga berkeliling taman kota.Pukul 05.30 pagi dia sudah keluar dari rumahnya,dan sudah berpamitan dengan ibunya . Terasa aneh memang,olahraga saja harus ada sekertarisnya.

Mungkin lebih mirip bodyguard,tapi ini bodyguard cewek. Yang harus siap siaga menjaga majikannya.

Nadira datang ke kediaman Ivander Singgih menggunakan mobil kantor. Karena beberapa hari yang lalu dirinya difasilitasi sebuah mobil untuk dirinya bekerja. 

Perjalanan dari rumah Nadira ke tempat Ivan memang lumayan jauh,sekitar 45 menit dia baru sampai. Dan tepat pukul 06.15,Dira sudah sampai dirumah bosnya.

Pak Ari membukakan gerbang untuk Nadira. Memang beliau belum pernah bertemu dengan dirinya,tapi Pak Ari sudah tahu kalau Nadira akan datang kerumah majikannya itu.

"selamat pagi mba Dira,,," sapa pak Ari sambil membuka pintu gerbang.

"se..selamat pagi pak,,," 

"bapak kok tahu nama saya??" tanya Dira.

"tadi mas Ivan sudah memberitahu saya kalau ada cewek cantik datang kesini" ucapnya.

"masa si pak??" ucap Dira kurang yakin.

"bener mba.."

"oh ya,perkenalkan saya pak Ari. Saya satpam dirumah pak Ivan. Saya sudah bekerja 19tahun dirumah ini" ucap laki-laki paruh baya itu.

"saya Nadira pak,saya sekertarisnya pak Ivan.." ucap Dira.

"iya mba,tadi pak Ivan juga bilang begitu" jawab pak Ari.

"ayo mba saya antar kedalam..." pak Ari lalu membukakan pintu lalu menunjukan dimana Ivander berada.

"mba Dira tunggu sini,biar saya panggilkan mas Ivan.." ucap pak ari lalu dibalas anggukan oleh Dira.

Setelah memanggil majikannya,pak Ari lalu kembali kepos satpam untuk bekerja.

Setelah menunggu beberapa menit,Ivan akhirnya turun menemui Dira. Dengan mengenakan kaos  Polo dan celana trining pendek membuat Ivan terlihat sporty dan cool.Dengan sepatu olahraga warna putih. Cocok sekali dengan gaya fashion Nadira yang ceria. Dirinya mengenakan setelan Nike as pronto Miller crew,dan sepasang sepatu berwarna putih juga. Dira terlihat sporty namun juga seksi.

Ivan rupanya sedikit terpana dengan kecantikan dan kemolekan tubuh Nadira. Bukan hanya mempesona,tapi juga rupawan. Sambil menuruni anak tangga,matanya mulai memandanginya dari kejauhan. Jantungnya berdetak,seolah-olah dirinya bertemu dengan pujaan hatinya. Tapi sayangnya Dira bukan kekasihnya,dia hanya seorang sekertaris yang dia suruh untuk menemaninya.

Mendengar ada suara langkah kaki,Dira langsung menoleh mencari tahu dari mana sumber suara itu berada. Sang Presdir ternyata sudah berada dibelakangnya. Dira lalu berdiri dan membalikan badannya kearah Ivan.

"selamat pagi pak.. "sapa Dira tersenyum. Seketika hati Ivan meleleh seperti es krim yang mulai mencair saat  terkena cahaya matahari.

"pagi..." ucapnya lalu mendekati Nadira.

"hari ini kamu saya tugaskan buat menemani saya joging pagi..." 

"baik pak.." jawab Dira. Mereka lalu pergi meninggalkan kediaman Ivan. Tapi sebelumnya,Ivan memerintahkan pak Ari untuk mengambil sepasang sepeda lipat yang berada digarasi rumahnya.

"Sepeda?? kita mau naik sepeda pak?? "tanya Dira antusias. Dirinya kegirangan saat melihat pak Ari mengeluarkan sepeda.

"iya,kenapa??" 

"kamu senang..??" ucap Ivan kearah Dira. Dirinya tidak menyangka jika Dira sangat menyukai sepeda.

"iya pak,dulu waktu kecil ayah saya suka sekali mengajak saya naik sepeda. Bahkan saat duduk dibangku SMP,saya berangkat sekolah menggunakan sepeda".

"tapi sayang,kini hanya tinggal kenangan.." ucap Dira melangkah mendekati sepeda itu dan mengelusnya.

"tapi..ah sudah lah,tidak perlu dibahas lagi." ujar Dira mencoba mengalihkan pembicaraan.

"ayo pak kita berangkat,saya sudah lama tidak bersepeda.." ucapnya,Ivan lalu menurutinya tanpa berbicara sepatah katapun.

Namun diam-diam Ivan ternyata mendengarkan cerita Dira. Dirinya ingin lebih tahu tentang kehidupan sekertarisnya itu. Tapi mungkin saat ini bukan waktu yang tepat baginya,menjadi tempat Nadira berkeluh kesah.

Sepertinya sebuah sepeda sangat berkesan bagi Dira. Hingga dirinya begitu mencintai sebuah kendaraan roda dua itu.

Mereka mengayuh sepeda secara berdampingan. Dira disebelah kiri,dan Ivan disebelah kanan. Karena waktu itu jalanan masih sepi,hampir tidak ada satupun kendaran yang melewati komplek rumah Ivan. 

Mungkin karena masih pagi,sehingga semua orang masih berada didalam rumah mereka.

"kita mau kemana pak?" tanya Dira.

"kita keliling taman saja,supaya tidak kejauhan". jarak anatara rumah Ivan dan taman memang cukup jauh jika berjalan kaki. Tapi karena bersepeda membuatnya terasa lebih dekat.

"baik pak.." jawabnya.

Disela-sela mereka bersepeda,tiba-tiba ban sepeda Dira bocor. Dirapun berhenti sejenak,lalu turun untuk memastikannya. 

Ivan ternyata menyadari apa yang terjadi dengan sekertarisnya itu. Dengan sigap Ivan turun dan menghampiri Nadira 

"kenapa? apa yang terjadi? kenapa kamu berhenti mendadak seperti ini!!" bentak Ivan. Sifat kerasnya mulai kambuh,mungkin karena dia panik. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status