Share

Episode 6

Dira tersenyum,bahkan dia hampir tertawa melihat tingkah bosnya yang super duper panik. Dia tidak menyangka kalau Ivan akan sekaget itu.

"Kok kamu malahan ketawa??"

"ada yang lucu dengan saya??" ucap Ivan menghampiri Dira tanpa senyum .

Dira merasa kurang sopan mentertawai bosnya,dia lalu dengan sigap menutup mulutnya dengan tangan.

"gak pak,gak ada yang lucu kok.." jawabnya.

"jadi,kenapa kamu berhenti??" 

"kamu hampir saja membuat saya menjadi terdakwa!" ucap Ivan. Apa tidak salah dengan ucapan Ivan,apa hubungannya ban bocor dengan terdakwa.Dira mulai bingung dengan ucapan aneh bosnya. 

"kok terdakwa sih pak?"

"inikan cuma ban bocor pak,bapak gak akan jadi terdakwa kok pak..." ucap Dira mengerutkan kening 

"begini nih,kalau punya sekertaris yang gak pengalaman"

"tadi saya kira kamu jatuh,nah kalau kamu beneran jatuh pas kerja bareng saya,otomatis yang tanggung jawab siapa??"

"saya kan..!!"

"terus ibu kamu bakal minta pertanggung jawaban ke saya kan??"

"terus ibu kamu bakal ngelaporin saya kepolisi,terus saya jadi terdakwakan??" ucapnya panjang lebar. 

Dira sampai pusing mendengar ocehan bossnya. "gak gitu juga kali pak??" gerutunya dalam hati. "katanya boss,tapi pikirannya pendek amat..hedehhhh" .

"pak Ivander Singgih,mungkin bapak tadi belum sarapan. Mending sekarang kita sarapan dulu,supaya pikiran bapak lebih jernih" ucap Dira dengan sedikit memanyunkan bibirnya.

"maksud kamu apa,saya ini sedang bicara tentang kebenaran Dira ..!" jawab Ivander mencoba menegaskan apa yang dia ucapkan.

"iya,terserah bapak aja lah.." Dira lalu meletakan sepedanya lalu berjalan meninggalkan bosnya. Memang sedikit tidak sopan,tapi apa boleh buat. Lagian ini dipinggir jalan,bukan dikantornya.

"lho Dir,saya ini lagi ngomong. Kok kamu main pergi aja.." 

"Dira...!!" bentak Ivan  sambil membuntuti Dira dari belakang. Tapi tidak dihiraukan oleh Dira,malahan dirinya tetap berjalan meninggalkan Ivan.

"Dira..berhenti..!!"

"kalau tidak,saya akan pecat kamu..!! seru Ivan dengan keras.

Mendengar kata pecat,otak Dira langsung merespon kakinya untuk menghentikan langkahnya. Dira lalu berhenti dan menoleh kearah Ivan.

"mau kamu saya pecat..??" tanya Ivan.

"gak pak,saya gak mau dipecat". balasnya.

"makanya dengerin kalau saya ngomong.." ucap Ivan.

"habis bapak pikirannya aneh gitu,terlalu kawatiran.." ucap Dira.

"saya cuma takut,kalau sampai terjadi apa-apa dengan orang terdekat saya. Apa lagi kamu,karyawan baru Dir.." ucap Ivan dengat lembut. Dira merasa ada yang berbeda dengan sikap Ivan kedirinya. 

"apalagi dulu saya pernah mengalami kecelakaan,jadi saya sangat trauma" ucapnya.

Mereka berdua akhirnya duduk dikursi yang berada ditrotoar. Malahan mereka semakin akrab,bercerita satu sama lain. Memang masih canggung,tapi sedikit demi sedikit,Nadira mulai nyaman dengan bossnya itu.

Matahari pagi mulai jelas menampakan sinarnya. Asyik bercerita membuat tenggorokan mereka mulai kering. Ivan bangkit lalu mengambil sebotol air minum yang berada disepedanya lalu diberikan ke Nadira. 

Ivan memang kehausan,tapi dia tidak ingin membiarkan sekertarisnya kehausan. Apalagi Nadira seorang perempuan,dia paling terkenal tidak tega melihat orang kehausan atau kelaparan.

Pukul 08.00 pagi,mereka berdua kembali ke kediaman Ivan. Kali ini Dira memilih duduk diteras rumah Ivan,sembari menunggu bossnya mandi.

"duh,,lama banget itu orang.." 

"gue kebelet ketoilet ini..."

"gimana ya,masa iya gue numpang ditempat bos gue.." Dira mondar mandir didepan pintu menahan perutnya yang ingin buang air kecil.

"gimana ini,masa iya gue pulang kerumah..." ucapnya.

"ah gue tanya pak Ari aja,,," ujar Dira lalu menemui pak Ari. 

"permisi pak Ari,saya mau numpang kekamar mandi disebelah mana ya pak??" tanya Dira .

"mba masuk saja kedalam,nanti belok kiri. Disana ada kamar mandi dekat dengan dapur mb" jawab pak Ari.

"oke pak,makasih" Dira bergegas masuk kedalam rumah lalu menuju ketoilet yang berada didekat dapur.

Saat hendak keluar dari toilet,Dira tiba-tiba terpleset. Tubuhnya terjatuh,dan kepalanya membentur tembok kamar mandi.

gubrakkkkkk

"awww...." teriak Nadira. Suara Nadira terdengar cukup keras,sehingga sampai ditelinga pembantu Ivan.

"suara apa itu...??" ucap mbok Toro. Karena saking fokusnya memasak,sehingga dia tidak melihat ada seorang wanita masuk kedalam toilet yang berdekatan dengan dapur.

Mbok Toro lalu mengecek dimana suara itu berasal. Alangkah kagetnya ketika dia melihat ada seorang gadis cantik terjatuh dan mukanya berlumuran darah.

"astaga..mbaaaa,kamu tidak apa-apa?" teriak  mbok Toro panik  sambil membantu Dira untuk berdiri.

"tolong bantu saya mbok.." Dira mencoba mengulurkan tangannya ke mbok Toro.

"kenapa mba bisa terjatuh seperti ini...??" tanya mbok Toro tanpa mengetahui siapa Nadira sebenarnya.

"tuan...tuan Ivan..."

"tolong tuan..." teriaknya. Ivan yang baru saja mengenakan celana kolor dan kaos oblong dengan cekatan menghampiri mbok Toro. Ivan kawatir kalau pembantunya itu jatuh,karena usianya yang sudah cukup tua,yakni memasuki kepala 5.

"ada apa mbok..?" Ivan lalu menyadari kalau ternyata ada sosok Nadira yang sedang dipapah oleh mbok Toro.

"Dira...??"

"kamu kenapa??" 

"apa yang telah terjadi mbok??" ucap Ivan panik. Dirinya sangat kawatir dengan keadaan Nadira. Darah yang keluar dari kepalanya semakin banyak. Dengan sigap Ivan lalu membopongnya kekursi yang berada diruang tengah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status