Share

Episode 10.

Satu bulan sudah berlalu sejak dirinya bekerja dengan CEO yang bernama Ivan. Tepat hari ini,Nadira akan mendapatkan gaji pertamanya.

Pagi itu ia berangkat lebih awal,ia harus menyelesaikan sisa pekerjaan yang belum ia rampungkan. Dengan sepatu berhak tinggi layaknya seorang sekertaris pada umumnya,ia berjalan menuju meja kerjanya.

Rupanya pagi itu masih sepi,hanya ada beberapa karyawan yang juga berangkat lebih awal,sepertinya.

Dan juga sang Presdir Ivander Singgih, dirinya sengaja berangkat lebih pagi dari para karyawan lainnya,karena ada sesuatu yang harus ia lakukan,yakni mengamati para karyawannya. 

Ia memasuki kantor lalu berjalan menuju ruang kerjanya.Sebelum masuk keruang kerjanya,dari kejauhan ia sudah melihat sekertarisnya duduk didepan komputernya.

Ivan menatapnya dari kejauhan,terlihat soso Nadira yang ceria dan cerdas. Ia terlihat begitu piawai dalam bekerja,membuat Ivan selalu terkesan. Masih dalam posisi yang sama,matanya enggan berkedip. 

Tapi sayangnya itu tidak berlaku lama,seorang karyawan menyapanya dari belakang. Mau tidak mau ia harus menyudahi apa yang dia lakukan.

"selamat pagi Pak Ivan,," sapa seorang karyawan yang baru saja berangkat,dengan cueknya ia membalas ucapan karyawan itu.

"pagi," jawabnya sembari melangkah menuju ruang kerjanya. Mendengar suara bosnya,Dira langsung berdiri,ia  lalu mengambil lembar kerjanya dan mengikuti Ivan.

"Selamat pagi Pak," ucapnya.

"pagi ini kita akan mengunjungi proyek pembangunan gedung serbaguna yang ada di Sentul pak," 

"dilanjut dengan makan siang di Hotel Nirwana bersama Pak Andre,wakil direktur PT Gemilang ," tuturnya.

Dengan wajah yang kurang semangat,Ivan menyandarkan badannya di kursi kerjanya. Ia mengusap kening dengan jemarinya.

"hah....."

"pasti hari ini akan menjadi hari yang melelahkan," ucapnya.

Melihat bosnya kurang bersemangat,Dira berinisiatif menawarkan secangkir teh hangat untuknya. Ivanpun menerima tawaran Nadira. Ia lalu berlari ke Pantry dan membuat secangkir teh untuk bosnya, ia lalu kembali keruang kerja Ivan.

Dengan terburu-buru Dira berjalan membawa cangkir yang berisi teh panas,tapi tidak begitu panas.Dan apa yang terjadi,saat ia hendak memberikan teh itu ke Ivan,kakinya tersandung kabel telefon,dan akhirnya tumbah tepat mengenai kemeja Ivan.

Ivan berteriak merasakan ada guyuran air panas mengenai badannya, "ahhhhh panas-panas," tuturnya. Dira panik,ia lalu mengelapnya dengan tisu. "oh tuhan,apa yang telah aku perbuat,bisa kena marah ini" desisnya.

"Nadiraaaaaaa....!!!!" teriak Ivan,tapi  tidak sampai terdengar karyawan lainnya.  Dira sungguh ketakutan melihat wajah bosnya.

"maaf pak,maaf,"

"saya tidak sengaja," ucapnya masih mengelapi baju bosnya.

"gimana sih kamu...!" cetusnya.

"saya ambilkan baju cadangan bapak ya,," Dira lalu berlari ke ruangan pribadi  yang berada didalam ruang kerja Ivan. Disitu terdapat Spring Bad untuk Ivan beristirahat,dan lemari untuk menaruh baju-baju Ivan.

Dira lalu mengambil kemeja Ivan,dan memberikan kepada bosnya.  Ivan lalu berganti pakaian diruang pribadinya. Sedangkan dira membersihkan sisa teh yang membasahi meja kerjan Ivan. "ya ampun,untung saja tidak mengenai mukanya. Coba kalau sampai ia terluka,bisa dipecat gue." gerutunya disela-sela mengelap meja.

Ivan kembali dengan baju yang sudah ia ganti. Dan seperti hari-hari biasanya,memakai dasipun harus sekertarisnya yang beraksi. Ivan terbatuk seolah memberi tanda kepada Nadira bahwa ini waktu untuknya memakaikan dasi.

Dira mengambil dasi yang ada dilaci lemari,lalu mengalungkannya keleher Ivan. Dengan begitu manis ia menyimpul dasi bosnya dengan rapi. 

"Dir,kenapa kamu masih betah kerja dikantor ini"?? tanya Ivan menatap wajah sekertarisnya.

"karena saya butuh pemasukan pak," jawab Dira yang masih sibuk dengan dasi Ivan.

"apa kamu tidak takut dengan saya,??" tanya Ivan.

Setelah selesai memakaikan dasi,Dira  sedikit menjauh dari bosnya.

"kenapa saya harus takut pak," jawabnya santai. Malahan nadanya terdengar begitu lembut.

"kata orang saya ini galak,saya ini egois?" tegasnya.

"itu kata orang pak,tapi bagi saya namanya manusia pasti ada baik buruknya pak." tegas Dira.

"begitu juga dengan Pak Ivan," sambungnya

"emmm,hari ini kamu genap kerja satu bulan kan??" tanya Ivan. 

"iya pak," jawab Dira. 

"oh ya pak,ini sudah pukul 08.00,"

"sudah waktunya kita berangkat ke proyek," ucap Dira mengalihkan pembicaraan mereka.

Sebenarnya  Ivan masih ingin mengobrol dengan Dira,tapi karena waktu memaksanya untuk menyudahi pembicaraan mereka.

Ivan melirik kearah jam tangannya,lalu mengajak Dira untuk berangkat ke Sentul.

Sekitar 50 menit mereka berada dimobil,karena kebetulan jalanan cukup sepi. Ivan disambut hangat oleh Pak Diro selaku kontraktor yang menangani gedungnya. Mereka berdua berkeliling proyek,sedangkan Nadira disuruh menunggu didepan parkiran.

Merasa bosan dengan pekerjaannya,ia mencoba mencari suasana baru. Dira berjalan menyusuri lorong bangunan yang masih setengah jadi itu. Dari kejauhan ia melihat ada sebuah kolam ikan yang masih baru. Ada sekitar 10 ekor ikan Koi yang berenang disana.

Ia lalu duduk dipinggiran kolam,dengan santainya ia memainkan air kolam.  Karena ia merasa kegerahan ia melepaskan sepatunya,dan merendam kakinya kedalam kolam. Rasanya begitu segar merasakan dinginnya air,karena cuaca dibogor lebih terasa sejuk dibandingkan  dijakarta.

Berkali-kali Dira menengok ke arah parkiran,berharap bosnya dengan cepat menyelesaikan pekerjaannya. Karena sebenarnya ia sudah cukup kelaparan,jika ia meninggalkan tempat itu,ia takut bosnya akan mencarinya.

Dira lalu mengambil ponselnya,dan beswafoto disana. Tetapi ketika dirinya ingin berfoto kembali,tiba-tiba seekor kecoa terbang kearahnya,dan mendarat tepat ditangannya. Sontak ia terkejut dan tidak sengaja menjatuhkan ponselnya.

"oh no,ponselku!!!!" teriak Dira. Dengan berhati-hati,ia mencoba meraih ponselnya yang terjatuh kedalam kolam. Pelan-pelan ia meraihnya,tapi apa yang terjadi,dirinya malah tercebur kedalam kolam yang kedalamannya sekitar satu meter .

"byurrrrrr...." Dira terjatuh. Ia pun berteriak meminta tolong. 

"tolong..tolong...." teriaknya. Dira mencoba berenang kepinggir kolam,tapi apa daya,kakinya kram. Ia tidak dapat bergerak. Ia pun merintih kesakitan,dan berharap ada yang menolongnya.

Mendengar ada orang berteriak meminta tolong,dan kedengarannya seperti suara Nadira,Ivan dengan sigapnya berlari mencari sumber suara tersebut. 

Tempat yang pertama ia tuju adalah parkiran. Ia ingat kalau ia meninggalkan Nadira disana. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status