Share

Episode 2

Tiga bulan telah berlalu sejak kepergian ayahnya. Dira kini menjalani hidup seperti biasanya. Bangun pagi,pergi ke kampus dan berkumpul dengan teman-temannya. 

Statusnya yang berubah menjadi jomblowati,membuatnya lebih bebas untuk berteman dengan siapa saja. Tanpa Ikbal,Dira juga masih bisa hidup,masih bisa bernafas.

Hanya saja akhir-akhir ini Dira mulai befikir,bagaimana Dira bisa menghasilkan uang. Dia ingin bekerja membantu mencukupi kebutuhan dia dan ibunya. 

Ibu dira hanya ibu rumah tangga biasa,sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari Dira dan ibunya mengandalkan santunan dari tempat ayahnya bekerja dulu. Memang tidak sedikit,tapi jika dipakai terus menerus pasti akan habis.

"Dir..kamu ngelamunin apa sih?" 

"kok dari tadi aku lihat kamu seperti kebingungan gitu...??" tanya Inez .

Inez adalah sahabat karibnya Nadira dari jaman SMA dulu,jadi mereka sudah terbiasa saling berbagi cerita satu sama lain. Inez sangat perhatian dengannya,sifatnya sangat keibuan dan juga sabar.

"aku pengin cari kerja Nez..." jawab Dira lirih

"ha..kerja? gak salah denger gue...?" ucap Inez

"iya kerja,aku kasihan sama Ibu. Aku pengin bantu cari duit buat ibu. Lagian setelah bokapku gak ada,kita sekeluarga cuma bergantung sama santunan dari perusahaannya dulu"  ucap Dira membalikan posisi duduknya kehadapan Inez.

"iya juga sih Dir,tapi kamu mau kerja apa?" tanya Inez serius.

"kerja apa aja,yang penting halal." balasnya.

"terus kuliah kamu gimana?" tanya Inez kembali.

"gak tau Nez.." balas Dira menunduk.

"Gini aja,nanti aku tanyain ke papahku,barangkali ada lowongan pekerjaan ditempatnya bekerja...".ucap Inez,membuat hati Nadira sedikit lega.

Papa Inez bekerja disebuah perusahaan swasta yang bergerak dibidang Investor di jakarta dan menduduki jabatan  sebagai manajer pemasaran.

Pukul 15.00 sore,Dira sudah berada dirumahnya. Setelah membersihkan diri,Nadira langsung turun kedapur menghampiri ibunya yang sedang sibuk memasak. Karena  mbok Inah sedang pulang kampung,sehingga ibunyalah yang mempersiapkan makan malamnya.

"hari ini ibu masak apa..?" tanya Dira sambil menuju lemari pendingin untuk mengambil sebotol jus jeruk kesukaanya.

"hai sayang,hari ini ibu cuma masak tempe orek sama ikan goreng..." jawab ibunya.

"wah enak tuh bu,,"ucap Dira. 

"maaf ya sayang,ibu tau pasti kamu ingin ibu masakin spageti kesukaan kamu.." ucap ibunya dengan nada lirih.

"gak papa kok bu,lagian tempe orek  juga enak kok bu.." balas Dira lalu dibalas dengan senyuman hangat oleh ibunya. Dia bangga,karena putri kecilnya kini sudah beranjak dewasa,dan lebih mandiri.

Setelah makan malam,Dira memilih untuk duduk diruang tengah sambil menemani ibunya menonton serial tv favoritnya. 

Disela-sela obrolan dengan ibunya,telfon genggamnya  berdering.Dira pun berpamitan ke ibunya untuk pergi ke teras sebentar. Dilayar tertera nama Inez,Dira langsung sigap menerima telfon tersebut.

"hai Nez,ada apa?" tanya Dira 

"hai Dir,loe lagi apa?"

"gue mau kasih loe kabar gembira nih.." ucap Inez girang.

"gue lagi nyante nih,kabar apaan Nez?" seru Dira penasaran dengan ucapan sahabatnya itu.

"tadi udah gue tanyain kebokap gue,kalau diperusahaanya lagi butuh karyawan gak,nah terus bokap gue bilang katanya lagi butuh sekretaris buat presdirnya" ucap Inez.

"beneran Nez??"

"loe serius..???"

"ya gue serius,besok loe ke kantor bokap gue pukul 09.00 pagi,jangan sampai telat." ucap Inez dengan nada sedikit keras.

"iya ok,ok.."

"thanks ya Nez.."jawab Dira gembira.

"ya sama-sama Dir,ya udah gue tutup dulu ya"

"dah..." ucap Inez dan langsung menutup telfonnya.

"yes,akhirnya gue dapat pekerjaan juga.."

"gue harus tidur cepet,supaya besok gue gak telat.." ucap Dira tersenyum bahagia.

Tapi,Dira mulai berfikir bagaimana dia buat jelasin ke ibunya. Dia takut ibunya tidak setuju. 

"gue kasih tau ibu besok aja deh,," gumamnya. Mau tidak mau dia harus meminta restu dari ibunya.

Seperti biasa,pukul 08.00 pagi, Dira sudah membersihkan diri. Hari ini dia memakai bloes berwarna putih dan rok hitam diatas lutut. Rambutnya yang panjang diikat tidak terlalu tinggi,poninya juga dibiarkan kesamping.

Dengan make up yang sedikit natural, dan lipstik warna merah muda membuat tampilan sangat menawan. Kulit putih dan postur tubuh yang ideal,ditambah lagi bentuk dada yang berisi,tapi tidak terlalu besar. 

Dira memilih mengenakan  sepatu hitam berhak tinggi,dan dipadankan dengan tas jinjing yang warnanya serupa dengan sepatunya. Dira bak model yang berjalan diatas catwalk. 

Setelah semua siap,Dira pun turun untuk sarapan dan menemui ibunya.Ibunya kaget,melihat putrinya berpakaian seperti itu.

"Dir,kamu mau kemana?"

"kenapa tampilanmu seperti ini..?" tanya ibunya bingung.

"maafin Dira ya bu.."

"semalam Dira gak kasih tau ibu,kalau hari ini Dira mau Interview dikantornya om Dino,ayahnya Inez."jawab Dira.

"kamu mau kerja...?" 

"terus kuliah kamu gimana?" ucap ibunya panik.

"Dira tetep kuliah kok bu,Dira cuma pengin bantu ibu cari penghasilan" .

"Do'ain Dira ya bu,semoga Dira keterima diperusahaan itu.." ucapnya.

"ya udah,ibu do'ain semoga kamu berhasil ya nak.." balas ibunya lalu memeluk putri kesayangannya itu.

Setelah sarapan Nadira bergegas berangkat ke perusahaan tempat om Dino bekerja. Dia memilih  menggunakan taksi online agar lebih cepat dan aman. 

Sebenarnya Dira sudah biasa mengendarai mobil milik mendiam ayahnya,namun untuk saat ini dia memilih untuk memakai kendaraan umum.

Tepat pada pukul 08.55 pagi,Dira sudah sampai didepan PT. Singgih Investment Management. Dira lalu berlari menuju lobi tersebut dan menemui resepsionis perusahaan tersebut.

Ternyata om Dino sudah mengabari resepsionis kantornya  untuk langsung membawa Dira keruangannya,setelah Dira memperkenalkan diri ke wanita tersebut.

"mari saya antar keruangan Pak Dino.." ucap Ayu sang resepsionis. Dirapun mengangguki ucapan perempuan tersebut.

"tok...tok...tok.." sang resepsionis mengetuk pintu tempat om Dino bekerja.

"masuk..." ucap om Dino.

"permisi pak,ini mb Nadira Irdiana sudah datang.." ucap Ayu menghampirinya.

"oo ya,persilahkan dia masuk..."jawabnya.

Nadirapun masuk menemuinya,karena Inez dan dirinya sudah bersahabat lama,Dira dan Om Dinopun sudah akrab. Mereka sudah seperti saudara,bahkan Dira sudah dianggapnya seperti anak sendiri.

"Halo Dira sayang,apa kabar??" tanya Om Dino seraya mengulurkan tangannya.

"hai Om,aku baik. Gimana kabar Om?" balasnya.

"Alhamdulillah Om juga baik."

"gimana, hari ini kamu sudah siap buat bekerja dikantor kami...?" ucapnya.

"hari ini om?? " ucap Nadira kaget,karena dia kira hari ini hanya interview saja,bukan langsung bekerja.

"iya hari ini,karena tuan CEO kita sudah tidak sabar ingin cepat-cepat mencari pengganti sekertarisnya yang dulu". 

"ayo saya antar kamu keruangannya..." ucapnya. 

Nadira merasa jantungnya berhenti berdetak mendengar kalau hari ini dia langsung bekerja dan langsung bertemu dengan bosnya. 

Dalam perjalanan Dirapun melontarkan beberapa pertanyaan kepada Om Dino. 

"oh ya Om,aku mau tanya.."

"kenapa aku langsung diterima diperusahaan ini om..?"

"apakah atasan om sudah tahu kalau aku belum lulus kuliah?"

"tenang saja Dir,saya sudah memberi tahu Pak bos,,,"

"Dan katanya tidak masalah,asalkan kamu rajin dan disiplin dalam bekerja..."

"Karena bos kita ini orangnya sangat perfeksionis,dan disiplin.." 

"tapi dia orangnya baik dan penyayang kok.."ucap Om Dino sambil mengacungkan jempolnya.

Setelah beberapa menit,akhirnya Dira sampai didepan ruangan pak bosnya. Dira dan om Dinopun masuk,setelah mengetuk pintu terlebih dahulu.

Namun apa yang terjadi,sang Presdir tidak berada ditempat. Dan om Dinopin meminta Dira untuk menunggunya diruangan tersebut,lalu om Dino pergi meninggalkannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status