Share

Bab 3 - Hantu di Apartemen

SEJAK hari Selasa itu, hubungan Heru dan Mila semakin akrab. Mereka sering bertemu, karena masih dalam satu apartemen, hanya beda lantai saja. Kadang mereka bertemu di apartemen Mila, kalau orang tua Mila tidak ada. Kadang di apartemen Heru, yang walaupun kecil, hanya berbentuk studio saja, namun mereka lebih leluasa.

Tetapi Mila kurang suka di apartemen Heru, katanya apartemen itu berhantu!

“Ah, Mila. Ada-ada saja kamu,” protes Heru.

“Bener, sumpah! Aku melihatnya.”

“Melihat apa?”

“Sosok perempuan, masih muda, namun wajahnya pucat sekali. Rambutnya hitam terurai, ya seperti di film-film hantulah.”

“Masak sih?”

“Ya aku tidak begitu jelas juga, sih. Namanya juga hantu,” seloroh Mila. “Tapi aku jadi takut kalau dia menatapku, kayaknya dia benci banget melihat aku. Apa dia istrimu?”

“Hah, istri? Aku kan belum punya istri.”

“Yah siapa tahu hantu itu naksir sama kamu, hahaha…”

Namun kerinduan di antara mereka bisa menghalau segala ketakutan di hati Mila, kala mereka terpaksa harus kencan di tempat Heru karena orang tua Mila ada di apartemennya.

Siang itu pun mereka ‘terpaksa’ berkencan di apartemen Heru. Tanpa banyak protokol, mereka langsung saja saling serang melampiaskan rasa rindu. Padahal, mereka setiap hari juga bertemu.

Ketika mereka sedang asyik dan tidak menyadari keadaan sekelilingnya, tiba-tiba terdengar suara keras. “Prangg…” Kaca cermin yang ada di dinding tiba-tiba jatuh dan pecah berserakan.

Keduanya langsung bangun dari tempat tidur. “Ada apa?” tanya Mila kebingungan, sembari merapikan bajunya yang kusut.

“Ah, itu cermin jatuh,” jawab Heru.

“Tapi kenapa bisa jatuh?”

Belum selesai herannya, Heru kembali bingung melihat tingkah Mila. Gadis itu terlihat sibuk mengacak-acak rambutnya dan mencakar-cakar mukanya sendiri!

“Mila, berhenti!” teriak Heru sambil meraih Mila dan memeluknya.

Tetapi sorot mata Mila kelihatan seperti orang marah, tampak mengerikan.

“Mila, sadar. Ada apa?” tanya Heru tidak mengerti.

Mila bersuara aneh, seperti orang mendengus, atau seperti kucing yang menggerung marah. Ketika Heru lengah, cakar Mila telah mencakar mukanya, membuat Heru mengaduh kesakitan. Darah pun keluar dari wajahnya yang luka!

“Aduh, ada apa ini. Mila, sadar… sadar ya sayang…”

Cukup lama Heru memeluk Mila yang selalu berontak ingin melepaskan diri. Ketika dia sudah sadar, tubuhnya lemas, lalu merintih dan menangis.

“Mila, ada apa? Apa yang terjadi?”

Mila masih merintih-rintih ketika dia bercerita. “Dia… dia tidak suka aku di sini…”

“Dia siapa?”

“Hantu itu…”

“Hantu? Di mana?”

“Tadi di sini, mencakar-cakar aku…”

Sambil merintih dan terengah-engah, Mila melanjutkan, “A-aku… takut. Aku tidak mau di sini…”

“Ok, baik. Kita turun. Aku antar kamu ke apartemenmu.”

Ternyata masalahnya tidak lantas selesai ketika mereka sampai ke apartemen Mila. Pak Handoko, ayah Mila, dan bu Hanny, ibu Mila, kaget melihat keadaan anaknya yang kacau dan mukanya berdarah. Muka Heru pun demikian.

“Hei, ada apa ini? Kamu apakan anakku?” bentak pak Handoko.

“Mila, kamu kenapa?” tanya bu Hanny sambil memeluk Mila.

Heru ingin menjelaskan, tetapi dia tidak tahu harus ngomong apa. Apakah dia berterus terang saja? Tidak mungkin. Pak Handoko akan tambah marah kalau tahu anaknya baru saja bercinta dengannya di apartemennya di lantai atas.

Tetapi untuk berbohong, cerita apa yang bisa disampaikan yang masuk akal?

“Maaf om, saya hanya mengantarkan saja,” akhirnya Heru mendapat ide, pura-pura tidak tahu.

“Ya?” pak Handoko menunggu lanjutan cerita Heru, sambil bersikap tidak percaya.

“Anu… om, saya melihat dia tiba-tiba mencakar mukanya sendiri... iya, di lift…” tutur Heru sambil mengarang, jadi kedengarannya kurang masuk akal.

“Masak?” pak Handoko terdengar sangat tidak percaya.

“Iya, om. Saya saja sampai dicakarnya,” lanjut Heru sambil menunjuk bekas cakaran di mukanya.

“Hmm… saya tidak mengerti,” kata pak Handoko. “Kamu siapa?” tanyanya kepada Heru.

“Saya penghuni di sini juga, om. Nama saya Heru.”

Pak Handoko menarik napas dalam. “Ok, baiklah Heru. Terima kasih kamu sudah menolong dan mengantar anak saya ke sini.”

Sebelum membiarkan Heru pergi, pak Handoko meminta nomor ponsel dan nomor apartemen Heru.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status