Share

Bab 4 - Bertemu Bunga

DI LANTAI dasar Tower A terdapat mall yang cukup besar sehingga penghuni kompleks apartemen Kalimaya tidak perlu jauh-jauh jika ingin berbelanja. Mall itu bahkan cukup terkenal sehingga pengunjung dari luar pun berbelanja di situ.

Heru jika tidak ada kegiatan sering main ke mall. Kadang hanya nongkrong di salah satu café yang ada di situ, atau melihat-lihat barang atau pakaian yang lagi trend sekaligus cuci mata melihat SPG atau penjaga toko yang lumayan cantik-cantik dan seksi.

“Hallo bang, lagi nyantai, nih,” sapa seorang satpam yang sudah dikenal Heru.

“Hehe, biasalah pak,” jawab Heru.

Satpam itu, bernama Sriyono, sudah sering melihat Heru sehingga mereka pun berkenalan. Heru bahkan sudah tidak perlu malu lagi ketahuan sering cuci mata di situ, dan pernah juga kong-kali-kong dengan pak satpam untuk berkenalan dengan seorang penjaga toko yang ‘aduhai cantik manis dan seksinya’.

“Gak ada yang baru, bang,” celetuk Sriyono menggoda Heru.

“Hush! Emang apaan yang baru, pak?”

“Amoy… hehe…” satpam itu menyeringai. Dia juga sebenarnya masih muda, cuman tampak lebih dewasa karena mengenakan seragam security.

Heru tersenyum. Dia berlagak seperti sedang menunggu seseorang sehingga bisa ngobrol dengan pak satpam. Saat itulah dia melihat seorang gadis yang sangat cantik sedang berjalan menuju sebuah toko. Heru seperti mengenalnya, tapi siapa?

‘Oh, itu si BCL yang kemarin,’ Heru teringat dengan gadis yang mirip artis Bunga Citra Lestari, yang tempo hari menceburkannya ke kolam.

Heru melangkah ke arah toko yang dimasuki BCL, pura-pura melihat-lihat barang di toko itu, lalu seperti tidak sengaja bertabrakan dengan gadis itu.

“Eh, maaf…” kata Heru pura-pura kaget.

Si BCL memandang Heru, tampaknya dia juga mengingatnya.

“Kamu… Heru, kan?” tanyanya memastikan.

“Oh, kamu BCL, ya?” timpal Heru juga pura-pura baru ingat.

“Huh… BCL… BCL!” omel gadis itu cemberut.

Heru tersenyum lebar, dadanya mulai terasa sesak oleh gelombang pasang yang entah dari mana datangnya. Gadis ini walaupun cemberut malah semakin menggemaskan!

“Sorry, kamu mirip banget dengan BCL, dan manggilnya juga enak, kan, pakai singkatan…”

Si gadis mendekatkan mulutnya ke telinga Heru dan berkata lirih, “bodo!”

Heru hampir saja tergelak karena kelucuan si BCL. Sikap BCL yang demikian itu malah menjadi isyarat buat Heru bahwa si gadis sudah membuang benteng penghalang di antara mereka.

“Kamu sendirian?” Heru mengalihkan pembicaraan.

Tetapi si gadis ternyata masih cemberut. “Nggak lihat?” jawabnya menantang.

‘Aduh, binal juga nih cewek,’ bathin Heru.

“Okay, aku temenin yak?”

“Nggak usah!”

Heru mati langkah! Tetapi karena itu dia malah tertantang. Dia harus bisa menundukkan kuda binal ini.

“Kamu pilih saja mana yang kamu suka, aku yang bayar. Gimana?”

Jumawa sekali Heru mengeluarkan tantangan itu, membuat si gadis hampir tertawa karena konyolnya.

Sambil menoleh tidak percaya kepada Heru, dia bertanya, “Serius?”

Tidak mungkin Heru mundur dari tantangannya, sudah terlanjur.

“Iya, pasti!”

Si gadis menjadi cerah dan riang. “Okay, aku akan borong semua barang yang ada di toko ini…”

Mendengar itu, Heru kaget juga. Wajahnya menjadi pucat. Namun itu hanya sesaat, sebentar kemudian wajahnya menjadi biasa lagi.

Ditariknya bahu gadis itu sehingga badan mereka menempel, membuat si gadis menjadi kaget tidak mengerti. Semerbak harum dari badan dan pakaian si gadis secara spontan membuat Heru mabok… atau lebih tepatnya kehilangan kesadaran.

Setelah kesadarannya kembali, Heru berbisik, “satu saja…”

Mendengar bisikan Heru itu, si gadis muncul nakalnya. Dia tadi hanya bercanda ingin memborong toko itu, namun kini dia malah ingin menggoda Heru.

“Ih, gimana sih? Tadi katanya yang mana saja!”

“Maksudnya, yang mana saja, asal… satu,” Heru menyeringai sambil mengacungkan jari telunjuknya.

BCL diam sesaat, memasang aksi berpikir. Lalu katanya, “Oke… aku akan cari yang paling mahal!”

‘Waduh… anak ini nakal juga…’ bathin Heru. Namun kali ini dia memilih diam saja, melihat dulu apa yang akan dilakukan si gadis. ‘Apa yang akan kamu ambil, itu yang akan kamu bayar, non!’ janji Heru dalam hati.

Tiba-tiba si gadis berkata serius. “Tidak jadi, deh!”

Heru menjadi bingung. “Kenapa?” tanyanya.

Setelah berlagak diam sambil mengulum senyum, gadis itu lalu menarik tangan Heru dan berkata lirih, “Abang Heru sayang… tidak usah sok mau traktir aku beli baju. Kamu tidak terlihat seperti bos tajir… hahaha…”

Mau tidak mau Heru pun ikut tertawa, walaupun mukanya merah karena malu.

“Kalau gitu, ayo aku traktir minum saja,” ajak Heru merasa tengsin. Dia tidak menunggu jawaban gadis itu, tetapi langsung menarik tangannya dan menggandengnya menuju kafe langganannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status