Share

Dimadu Saat Hamil
Dimadu Saat Hamil
Penulis: jannahsaid

Kejutan Dari Suamiku

"Ma, besok mas pulang ke rumah. Bersihin kamar tamu sekalian ya? Mas bawa seseorang"

"Siapa mas? Keluarga mas ikut kesini?"

"Sudah, besok aja mas jelasin. Mas tutup telponnya ya?"

"Ya, mas"

Aku penasaran siapa yang akan mas Yoga bawa. Mas Yoga dinas diluar kota sudah seminggu ini. Dia sering keluar kota. Di sana ada keluarga ayahnya. Apa mungkin yang akan mas Yoga bawa sepupunya?

Aku segera ke kamar tamu, mengganti seprai dan sarung bantal. Juga meletakkan selimut baru di atas ranjang. Menyapu lantainya dengan bersih lalu merentangkan karpet. Sepertinya tamu itu istimewa, sampai-sampai mas Yoga langsung memerintahkan untuk membersihkan kamar tamu.

Kembali ke kamar ku, menatap test pack bergaris dua yang sengaja ku letakkan di atas nakas disamping tempat tidur. Ya, akhirnya aku hamil juga. Setelah tujuh tahun menanti kehamilan. Aku ingin memberikan kejutan itu pada suamiku. Aku tak bisa membayangkan kebahagiaan seperti apa yang akan dia tunjukkan nanti.

Aku benar-benar tidak sabar menunggu esok hari, hasil test pack itu lalu kuletakkan didalam sebuah kotak. Lalu membungkusnya dengan rapi. Aku akan memberikan ini nanti pada suamiku.

Tujuh tahun bukan waktu yang singkat, selama itu sudah banyak cacian dan makian yang aku terima dari keluarga suamiku karena tak kunjung hamil.

Tapi semua luka itu rasanya menguap, saat aku tau aku hamil sudah menginjak bulan kedua. Aku sangat bahagia, setelah suamiku tau aku hamil baru semua keluarga akan aku kasih tau kejutan ini.

Pagi harinya, sengaja aku memasak makanan kesukaan suamiku. Menatanya dengan manis di atas meja makan. Tak lupa kado kecil itu aku letakkan disamping tempat dimana biasanya suamiku duduk saat makan.

Hari ini akan menjadi hari bersejarah bagiku dan juga suamiku. Ku tatap jam yang tergantung di dinding rumah, pukul sepuluh pagi. Sebentar lagi suamiku akan datang.

Bunyi ketukan pintu dari arah luar, aku yang sedang di dapur gegas membukakan pintu. Suamiku pasti sudah pulang.

Saat aku membukakan pintu, dahiku berkerut saat melihat perempuan cantik berdiri di samping suamiku. Matanya seakan tidak bersahabat menatap wajahku. Siapa dia?

"Assalamualaikum, mas. Silahkan masuk, mas"

Mas Yoga melangkahkan kaki kedalam rumah, tapi tangannya menggenggam jemari wanita itu. Hatiku langsung panas melihatnya.

"Siapa dia, mas? Dan kenapa kamu menggenggam tangannya seperti itu?"

Ku tatap wajah perempuan itu dengan lekat. Ada hubungan apa mereka?

"Ayo, kita duduk dulu, ma" Mas Yoga membawaku duduk di ruang tamu. Perempuan itu duduk di samping suamiku. Sedangkan aku duduk di depan mereka.

"Ma, kenalin ini Rindu, dia istri kedua mas"

Aku tersentak kaget saat dia mengatakan perempuan itu istri keduanya.

"Kamu bohong kan mas? Nggak mungkin dia istri mas? Kamu jangan bercanda mas!" Suaraku bergetar mengatakan pertanyaan itu.

"Tidak, ma. Rindu memang istri mas, kami sudah menikah enam bulan yang lalu" Tubuhku langsung gemetaran menahan kemarahan, tak mungkin semua ini terjadi.

"Kenapa mas? Kenapa kamu nikahin dia?"

"Aku ingin punya keturunan, ma. Tujuh tahun menikah denganmu tapi kamu tak kunjung hamil, keluarga mas mendesak untuk kawin lagi. Agar segera punya anak"

"Jadi mas pikir aku mandul? Bukankah kata dokter aku tak punya masalah apapun. Anak itu masalah rezeki dari Tuhan mas!" Aku tak sanggup lagi menahan airmata. Mengalir membasahi pipiku, hatiku hancur. Disaat aku lagi hamil, suamiku malah membawakan seorang madu untukku.

"Mulai sekarang, Rindu akan tinggal di rumah ini!"

"Apa kamu bilang mas? Tinggal serumah dengan kita? Di rumah ini? Tidak bisa mas! Silahkan kamu bawa gundik mu ini keluar sekarang juga!" Aku berteriak dengan emosi, menunjuk wajah perempuan itu yang tanpa rasa bersalah sedikitpun malah memeluk erat lengan suamiku. Aku jijik melihatnya.

"Sudahlah, mbak! Kita akan bisa akur kok walaupun tinggal serumah" Perempuan itu bicara tanpa ku minta.

"Apa kau bilang? Akur denganmu? Aku tidak akan pernah menerimamu hadir dalam rumah tanggaku. Kamu perempuan murahan yang tega merebut suami orang!"

"Jangan asal bicara, mbak. Aku bukan wanita murahan. Kamu yang tak berguna, dasar wanita mandul!"

Plakkkk....

Sebuah tamparan keras aku layangkan pada wajah perempuan itu. Menjambak rambutnya, menariknya dengan paksa. Melemparkannya ke lantai, lalu menginjak tubuhnya dengan kaki ku tanpa ampun.

Mas Yoga berusaha menarikku dengan kuat, mencoba melepaskan genggaman tanganku yang sangat kuat pada rambut perempuan itu. Bertubi-tubi pukulan aku layangkan pada wajah dan tubuh perempuan itu. Dia berusaha melepaskan diri. Tapi bukan Riana namanya jika tak bisa mengunci kedua lengan perempuan itu.

Menendangnya berulang kali. Aku sangat marah saat dia mengatakan aku mandul. Dasar wanita murahan. Aku sangat membencinya. Mas Yoga berusaha memeluk perempuan itu. Sambil berusaha melepaskan genggamanku pada rambut perempuan itu.

"Riana, berhenti! Tolong hentikan! Rindu sedang hamil!" Genggaman tanganku pada perempuan itu reflek terlepas, dia hamil? Aku juga hamil? Apa yang harus aku lakukan?

Cepat-cepat mas Yoga menuntun perempuan itu kembali duduk. Merapikan pakaian dan rambut perempuan itu dengan penuh kasih sayang. Perempuan itu terisak menangis di pangkuan suamiku.

Ada nyeri didadaku saat melihat suamiku memperlakukan perempuan itu dengan penuh kasih sayang. Ada rasa cemburu yang tak mampu ku hilangkan. Laki-laki yang selama tujuh tahun ku puja dan ku cintai sepenuh hati. Ternyata tega menyakitiku begitu dalam.

"Kenapa kamu bisa berubah jadi sekasar ini Riana?"

"Kamu yang membuatku berubah, mas!"

"Tidakkah kau kasihan melihat keadaan Rindu? Dia sedang hamil tapi kau perlakukan dia seperti ini?"

"Apa mas pikir aku akan memanjakannya setelah dia merebut suamiku sendiri?"

"Dia tidak merebutku darimu, aku tidak akan pernah meninggalkan kamu. Aku hanya minta padamu untuk menerima Rindu sebagai madu mu. Itu saja"

"Tidak, mas! Aku tidak sudi di madu"

"Tapi semua ini sudah terjadi, kamu harus menerima Rindu, titik! Jangan membangkang Riana!"

"Tapi aku tidak mau berbagi rumah ini dengannya! Silahkan kamu bawa dia keluar dari rumah ini!" Aku masih emosi, tak mampu ku kendalikan diri. Melihat suamiku masih tetap memeluk perempuan itu.

"Hari ini saja Riana, besok aku akan membawa Rindu ke rumah baru! Aku mohon, sehari ini saja!"

Aku akhirnya mengalah, membiarkan suamiku menuntun perempuan itu memasuki kamar tamu. Perempuan itu tersenyum licik memandangku. Rasanya aku ingin kembali menghajarnya. Tapi suamiku terlihat sangat menyayangi dia. Aku sangat benci melihatnya.

Lutut ku seakan goyang. Aku terduduk di lantai, kenapa semua ini terjadi? Kenapa disaat aku akhirnya hamil, disaat itu juga suamiku sedang bahagia karena maduku juga hamil. Netra ku tak mampu membendung bulir-bulir airmata yang bercucuran. Aku tak mampu menghadapi kenyataan ini. Apa yang harus kulakukan? Harusnya minta berpisah dari mas Yoga? Tapi bagaimana dengan masa depan anakku nanti.

Aku hanyalah seorang istri yang tak punya pekerjaan apapun. Tak punya keluarga, hanya seorang paman yang tinggal di luar kota. Kedua orang tuaku sudah meninggal dunia. Bagiku mas Yoga adalah segalanya. Tapi sekarang, dia sudah punya istri yang lain. Tak mungkin kasih sayangnya sama seperti dulu lagi. Pasti semuanya terbagi.

Aku tak menyadari saat mas Yoga berdiri di depanku. Di tangannya ada kado yang sengaja aku letakkan di meja makan tadi. Sepertinya dia sudah membuka kado itu. Hadiah kejutan yang ingin aku berikan padanya.

"Ma, ini apa? Kado ini isinya test pack. Bergaris dua. Apa kamu hamil?" Dia berlutut menatapku yang terduduk lesu.

"Semua ini tidak penting lagi bagi mu, mas!" Ku rampas test pack itu darinya. Ku alihkan muka dari tatapannya. Hatiku sangat sakit. Seharusnya ini jadi hari bersejarah kami, tapi luka yang teramat dalam yang malah aku terima.

"Jadi ini benar? Kamu hamil?" Mas Yoga tersenyum bahagia dan langsung memelukku dengan erat.

"Lepaskan aku, mas! Silahkan pergi pada gundikmu itu! Aku membencimu!"

"Ma, maafkan aku. Aku sangat mencintaimu. Aku hanya terpaksa menikahi Rindu atas permintaan Ibu. Dia ingin segera memiliki cucu. Aku kasihan pada Ibu"

Mas Yoga berusaha menenangkanku. Tangannya mengusap lembut perutku. Ada rasa bersalah dan benci yang tak bisa ku hindarkan saat dia melakukan itu. Hatiku sakit, tapi melihat suamiku bahagia dengan kehamilanku, aku sedikit merasa bahagia. Tapi harus bagaimana lagi? Perempuan itu juga hamil. Bagaimana seharusnya tindakanku? Apakah aku harus merelakan diri dimadu?

"Ayo, bangun ma. Mama pasti belum makan. Mas lihat makanan di meja masih utuh. Mari kita makan bersama, mas akan panggilkan Rindu dulu!"

Mas Yoga menuntunku kemeja makan. Terpaksa ku turuti. Rasanya aku tak punya tenaga sedikitpun setelah kejadian tadi.

Mas Yoga dan perempuan itu keluar dari kamar tamu dan menghampiri meja makan. Mas Yoga menarik kursi untuk perempuan itu. Aku melengos melihatnya. Rasanya sangat sakit.

"Mari makan, mas sudah sangat lapar dari tadi belum makan apapun"

Aku menyendokkan nasi untuk suamiku, memilihkan lauk pauk untuknya. Dan mengisi gelasnya dengan air minum.

"Rindu, silahkan mulai makan" Suamiku malah memperhatikan perempuan itu. Ingin rasanya mengusirnya, tapi rasa itu aku tahan.

"Baik, mas" Dia lalu mengambil sedikit nasi dan lauk pauknya. Aku sangat membencinya. Rasanya napsu makanku hilang, tapi perutku sudah sejak tadi kelaparan. Akhirnya aku ikut makan dalam diam.

Setelah makan, mas Yoga bicara.

"Mas harap kalian berdua akan berdamai setelah ini. Mas minta kalian berdua akur. Rindu, Riana sekarang juga lagi sedang hamil. Mas harap jaga ucapan mu padanya! Dan kamu Riana, tolong terima kehadiran Rindu"

"Jadi mbak Riana juga sedang hamil?" Perempuan itu seakan sangat terkejut mendengar ucapan suamiku.

"Iya, kamu pikir cuma kamu doang yang bisa hamil?" Aku menatapnya dengan tajam. Dia menundukkan wajah karena aku pelototin. Awas saja, hidupmu tak akan semudah itu jadi maduku, aku menyeringai menatapnya.

Komen (8)
goodnovel comment avatar
Izah Aziz Izah Aziz
Kasihan Riana..
goodnovel comment avatar
Rani Hermansyah
gemes jadinya mampir di buku istri yang Tak dirindukan ya
goodnovel comment avatar
Reny Irmayanti
sm ky kejadian tmn sy.. tp tmn sy pilih berpisah stlh melahirkn anknya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status