Langkah nya terhenti, kedua bola matanya terbeliak ketika melihat murid nya. Juan yang tadinya tak sadarkan diri akibat serangan yang di terima oleh rubah itu tiba-tiba terbangun dengan kedua bola mata yang sudah memutih. Gentala bahkan bisa merasakan aura yang kuat dari tubuh muridnya.
Di depan matanya, Juan, muridnya mulai menyerang rubah berekor sembilan itu dengan bringas tanpa menggunakan senjata apa pun.
Gentala hanya bisa berdiam berdiri seraya menatap muridnya dengan tatapan tak percaya. Lalu tiba-tibanya kepalanya didera rasa sakit yang luar biasa, kemudian muncul beberapa kenangan yang melintas dalam benaknya.
Seketika tubuhnya ambruk ke atas tanah, seluruh tubuhnya gemetar, kedua bola matanya mengeluarkan air mata tanpa sebab, merasa bingung dengan apa yang baru saja ia lihat dan di rasakannya.
Meski hanya sepintas, namun ia bisa melihat de
Beberapa hari setelah luka Juan dan Rengganis sembuh,mereka bertiga memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan mereka untuk menuju kota yang akan mereka tuju yaitu kota Gedugan. Selama masa penyembuhan, Juan dan Rengganis semakin akrab setiap harinya, namun berbeda dengan Gentala yang semakin tak akur dengan Rengganis. Meski awalnya Juan, merasa takut. Namun seiring dengan berjalannya waktu, membuat Juan mulai menerima keberadaanya, dan menamainya dengan nama Widura, yang sesuai dengan bulunya yang seindah batu permata. Widura yang senang telah di akui oleh tuannya membuatnya semakin manja dan menempeli kemana pun tuannya pergi, terkadang ia akan melingkarkan tubuhnya pada leher tuannya Rengganis yang melihat rubah itu semakin manja pada Juan, membuatnya merasa kesal, terkadang dirinya selalu berpikir untuk mengubahnya menjadi sup rubah, namun itu hanyalah angan-a
Juan masih membawa gadis itu berlari. Namun langkahnya terhenti oleh dua pria, mereka memakai pakaian pengawal dan mereka adalah salah satu orang yang Juan tendang tadi" Mau kemana kalian?," Ucap salah satu pria.Juan meneguk salivanya, tangannya mencengkram kuat tangan gadis itu. ia berbalik namun mereka sudah memblokir jalan keluar." Tuan muda, sepertinya kamu baru menginjakkan kaki di kota ini,"" . . . "" Akan ku beri saran, kita tak saling kenal jadi aku sarankan untuk tidak ikut campur urusan orang lain . . . lebih baik kamu berikan gadis itu pada ku ,"Tangan gadis itu berbalik mencengkram kuat tangan Juan." Tidak akan!"" Tuan muda kamu tahu sedang berurusan dengan siapa? "" . . . ,"" Aku adalah Bismo ,putra dari seorang gubernur daerah ini "Juan menyunggingkan senyumnya" Lantas kenapa? "" Hahaha , apa kamu berani MELAWAN KU?!!"" . . . "" Ku beri kamu
' Hoek ' Juan memuntahkan darah segar dari dalam mulutnya. Monster itu terus menyerangnya dengan membabi buta, bahkan Juan tak memiliki kesempatan untuk membalas serangannya.Setiap kali tubuhnya terpental jauh dari arena membuat penonton heboh dan ricuh. Semua orang bahagia melihatnya yang sudah babak belur." Bunuh ! Bunuh ! Bunuh ! "" Suasana semakin memanas saudara-saudara, apakah bocah itu bisa selamat dari sini? Atau arena ini akan menjadi kuburannya sendiri. Kita tidak tahu, takdir apa yang menunggunya di depan? Jadi jangan beranjak dari kursi anda ," seru pembawa Acara.Juan mengabaikan sorak sorai penonton, ia harus cepat berfikir bagaimana caranya melawan kecepatan dan kekuatan monster itu. Jika dia kalah maka Widura dan Gurunya akan jatuh ke tangan Bismo, dan ia tak menginginkan hal itu terjadi. Maka semua usaha yang ia lakukan akan terbuang percuma padahal ia hanya ingin bisa
Sudah seluruh kota Rengganis telusuri namun ia masih belum bisa menemukan keberadaan Juan dan gurunya. Ia berdecak kesal karena sudah seharian mencari namun tak mendapatkan hasil. Secara kebetulan ia berhenti di depan sebuah restoran." Pelayan ! " Seru Rengganis.Seorang pria bertubuh kecil menghampirinya." Iya, mau pesan apa Nona?,"" Aku pesan semua makanan yang terbaik yang ada di restoran ini ,"Senyum Pria itu sumringah mendapat pesanan dengan jumlah yang banyak apalagi dari seorang gadis yang cantik. Pria itu bergegas ke dapur mengambil pesanan Rengganis.Rengganis hanya terdiam sembari menunggu pesanan nya, namun, tiba-tiba pria yang berada tak jauh dari mejanya sedang menyebarkan sebuah gosip, meski tak tertarik dengan gosip, namun ia terpaksa mendengarkan nya karena jaraknya yang dekat serta
Pria itu memimpin jalan yang akan mereka tuju, mereka kini sudah sampai kesebuah area hutan terlarang, Mengapa hutan itu terlarang?, sejak dulu sudah tersebar sebuah berita bahwa konon hutan itu sudah memakan korban dengan jumlah yang banyak,namun tak ada saksi atau bukti yang kuat tentang kebenaran tersebut, anehnya orang-orang langsung mempercayai rumor tersebut tanpa menyelidiki tentang kebenarannya. " Berapa lagi kita akan sampai?" tanya Rengganis. Pria itu menghentikan langkahnya. " Nona bisakah kita berhenti sejenak?, kita sudah berjalan seharian, kakiku sudah tak kuat untuk berjalan. " " Tak ada waktu untuk kita beristirahat." Pria itu merengek, " Nona aku hanyalah manusia biasa, berbeda dengan mu, " " Baiklah, aku beri waktu satu dupa. " Pria itu mengangguk , tangan kanannya merogo
Gentala mengutuk dirinya sendiri karena harus terjebak di dimensi yang di ciptakan oleh tangannya sendiri. Senjata makan tuan. Entah sudah ke berapa kalinya ia terus mengutuk dirinya sendirinya. Andaikan saja ia bisa mencegah Juan agar tidak bertindak gegabah, pastinya ia tak akan mengalami siksaan seperti ini.Jika saja ia memiliki kekuatan seperti dulu, mungkin ia sudah meratakan tempat itu tanpa pikir panjang.Kedua tangannya ia tangkup meminta do'a " Oh Dewa Agung, kumohon datangkan lah seseorang yang bisa menyelamatkan murid tercintaku, aku berjanji akan lebih mencintai murid ku, melebihi siapapun di dunia ini ,"Seakan dewa mendengar dan mengabulkan do'a nya. Entah bagaimana caranya dia bisa datang, Rengganis si gadis galak datang diwaktu yang sangat tepat, ia juga tak segan-segan mengeluarkan binatang spiritualnya, Ragnarok. Seekor kelabang raksasa yang memenuhi langit dengan tu
Perlahan Juan membuka kedua kelopak matanya, kepalanya terasa sakit, tak hanya kepalanya bahkan sekujur tubuhnya terasa ngilu. terutama di bagian tulang rusuknya. Rengganis yang menyadari dirinya telah siuman, berlari keluar mencari tabib. Setelah kepergian Rengganis, Juan pun langsung mencari sosok gurunya, namun keberadaannya tak ada dimana pun, ia menoleh kesamping dan hanya menemukan sosok Widura yang tengah tertidur pulas. Tak lama kemudian seorang tabib muncul bersama Rengganis dari balik pintu. Juan menatap pintu itu berharap seseorang yang di tunggunya muncul. Akan tetapi sosok yang di tunggunya tak kunjung datang membuatnya mendesah kecewa. ' apakah guru masih marah pada ku? ' batinnya. Tabib itu menaruh jarinya pada pergelangan tangan Juan lalu memeriksa denyut nadinya, " Dia sudah baik-baik saja, tapi masih memerlukan istirahat total kurang lebih selama tiga hari,
" Ahh ya benar seperti itu, uhh enak sekali, bisakah kamu mempercepat temponya? " " Baiklah," Juan menurut. " oh iya begitu, tak ku kira ternyata kamu pandai juga ," pujinya, Juan tersenyum bangga. ' Brak!!!' pintu di buka secara paksa hingga pintu itu terlepas, tak lama kemudian nampak Rengganis di ambang pintu, wajahnya merah padam menahan amarah, ia berjalan kearah mereka. " Guru macam apa kau ini?!!" berangnya. Gentala yang menikmati pijatan dari muridnya berkata santai, " aku adalah guru yang tampan dan baik hati, apa lagi?. " Rengganis mendengus. " Baik hati? baik hati apanya ? Juan baru saja sembuh dari lukanya dan kamu sudah menyuruhnya melayani mu! " " Apa kamu tak takut cepat tua? " " Jangan mengalihkan pembicaraan! " " Aku tak mengalihkan pembicaraan, aku hanya m