Share

Part 4. Kelahiran Sang Putra.

Desma sudah pindah ke warungnya yang baru. Bersamanya kini telah tinggal ibu tua yang ternyata bernama Ibu Aisyah. Desma menganggap Ibu Aisyah seperti ibu kandungnya sendiri. Kini Ibu Aisyah tidak kuma dan lusuh lagu. Desma membelikan beberapa potong pakaian untuknya. Selain itu Desma juga melarang Bu Aisyah memanggil namanya dengan embel-embel 'Ibu'.

"Cukup panggil Desma saja." Ucap Desma ketika mereka mulai tinggal bersama.

Ibu Aisyah sangat bahagia diperlakukan sangat baik oleh Desma. Ia merasa punya keluarga sekarang. Hidupnya yang biasa sunyi tanpa perhatian, kini telah berubah. Sebuah kehidupan yang tidak pernah terbayangkan olehnya sebelumnya.

Desma tidak pernah keberatan menyayangi dirinya bahkan Desma dengan penuh kasih merawatnya ketika ia jatuh sakit.

Ibu Aisyah juga sangat menyayangi Desma.

Bulan ke bulan perut Desma nampak semakin membesar. Ibu Aisyah terkadang merasa sudah tidak sabar menanti calon cucunya. Di setiap selesai melaksanakan sholat fardu dan sunnat ia tidak pernah lupa berdoa agar Desma melahirkan seorang anak yang baik budi serta pintar. Tidak jarang pula Ibu Aisyah melantunkan ayat-ayat suci Al qur'an dihadapan perut Desma yang semakin membuncit.

Usaha sarapan pagi merekapun semakin maju dengan pesat. Beberapa bulan terakhir ini mereka sudah menambah durasi buka warung mereka. Mereka yang biasanya hanya menjual sarapan pagi, kini telah menyediakan hidangan untuk makan siang. Sore hari barulah mereka menutup warung dan beristirahat. Dan setelah melaksanakan sholat magrib mereka berdua mulai menyiapkan menu untuk sarapan yang akan dijual esok paginya.

Porsi makanan untuk kaum duafa bertambah banyak. Para gelandangan dan beberapa anak jalanan disekitar itu mendapat jatah makanan setiap hari. Iringan doa semakin membanjiri kehidupan Desma dan Ibu Aisyah.

Koko Cina si pemilik warung juga nampak sangat senang melihat kemajuan usaha Desma. Tidak jarang ia mampir untuk sekedar membeli makanan dan memberi sedikit nasehat.

Desma merasa hidupnya dikelilingi orang-orang yang punya cinta kasih. Walaupun tidak tinggal dirumah megah namun Desma merasakan kebahagiaan yang tiada tara nya.

Desma juga tak henti bersyukur. Dalam sujudnya ia selalu berdoa agar diberikan kemudahan dalam membantu sesama.

Kini sembilan bulan sudah umur kandungan Desma. Ibu Aisyah sudah sibuk menyediakan perlengkapan bayi. Beberapa hari lagi ia akan menimang  seorang cucu. Tangannya sudah mulai gatal dan hatinya semakin tidak sabar menunggu.

Hari itu Jum'at pagi jam 8.30 wib.

Desma nampak meringis kesakitan ketika ia sedang sibuk melayani pembeli yang sedang sarapan di warungnya. Ibu Aisyah yang kebetulan melihat kejadian itu segera mendekati Desma dan mengambil alih pekerjaannya.

"Sana pergi ke kamar mandi. Coba lihat apa sudah ada tanda-tanda melahirkan !" Perintahnya kepada Desma.

Desma mematuhi perintah Ibu Aisyah. Ia meninggalkan pekerjaannya dan masuk ke kamar mandi. Di celana dalamnya Desma melihat ada darah bercampur lendir.

"Ibuuuu..!!" Teriak Desma sedikit histeris. Ia ketakutan karena ini adalah pengalaman melahirkan pertama bagi dirinya. Ibu Aisyah terlonjak kaget mendengar  teriakan Desma. Iapun segera menghambur ke ruangan dalam dan menuju pintu kamar mandi yang tertutup.

"Ada apa Desma. Apa sudah ada tanda-tanda..?" Ibu Aisyah bertanya dari luar.

"Ada darah bercampur lendir Buu..!" Sahut Desma dari dalam. Ia segera membuka pintu kamar mandi. Wajah Ibu Aisyah nampak sumringah. Dengan kedua tangannya ia membimbing Desma keluar dari kamar mandi.

"Itu tandanya beberapa jam lagi kamu akan melahirkan Desma." Kata Ibu Aisyah tersenyum.

"Sini..! Istirahatlah dulu. Ibu akan melayani beberapa orang pembeli lagi. Setelah itu Ibu akan menutup warung dan kita berangkat kerumah bidan !" Ujar Ibu Aisyah sambil mengantar Desma kesisi tempat tidur. "Jangan lupa berjalan pelan-pelan agar bisa melahirkan dengan cepat dan mudah." Sambung Ibu Aisyah sembari kembali kedepan untuk melayani beberapa orang pembeli yang sedang antri.

Desma melakukan apa yang diperintahkan Ibu Aisyah kepada dirinya. Ia mulai berjalan perlahan di sekeliling ruangan. Semakin lama rasa sakit semakin terasa melilit. Desma tidak henti-hentinya menyebut asma Allah dan meminta agar dimudahkan dalam proses melahirkan.

Jam 10 tepat Ibu Aisyah menutup warungnya. Ia memerintahkan Desma memesan taksi online untuk mengantarkan ke rumah sakit terdekat.

Beberapa saat kemudian taksi yang dipesan sudah tiba didepan warung Desma. Desma dan Ibu Aisyah bergegas masuk. Disepanjang perjalanan Desma nampak meringis menahan sakit. Keringatnya membasahi badan dan keningnya. Ibu Aisyah menyeka keringat di kening Aisyah.

"Sabar ya Nak, jangan lupa terus berzikir menyebut nama Allah." Kata Ibu Aisyah.

Dua puluh menit kemudian mereka sudah sampai dihalaman rumah sakit. Beberapa perawat membantu Desma turun dari taksi. Desma dibawa ke ruang persalinan dengan menggunakan kereta dorong.

Ibu Aisyah tidak diperkenankan masuk. Ibu Aisyah dipersilahkan menunggu disebuah kursi panjang di ruang tunggu.

Ibu Aisyah menuruti apa yang dikatakan perawat. Ia duduk diantara beberapa orang lain yang mungkin sedang menunggui keluarganya juga. Di jari tangan kanan Bu Aisyah nampak seuntai tasbih bergerak perlahan. Mulutnya komat kamit dan kepalanya ditundukkan serta kedua matanya terpejam. Ia berzikir terus menerus tanpa henti. Ia mau mengiringi kelahiran cucunya dengan zikirnya menyebut asma Allah.

Satu jam lebih telah berlalu namun belum terdengar suara tangisan bayi dari dalam ruangan bersalin. Ibu Aisyah semakin mengkhusukkan fikirannya dalam zikir yang tidak putus.

Dari speaker mesjid mulai terdengar lantunan ayat suci Al qur'an dikumandangkan pertanda sebentar lagi akan masuk waktu sholat Jum'at.

Jarum jam terus berdetak dan waktu terus merangkak. Seiring kumandang Adzan bergema dari pengeras suara mesjid terdengar pula lengkingan bayi yang menangis menandakan awal kehadirannya diatas dunia.

Ibu Aisyah tersentak dalam zikirnya. Senyumnya nampak mengambang. Ia berlari kearah pintu ruang bersalin yang masih tertutup. Tak lama kemudian seorang Dokter wanita nampak keluar dengan wajah ceria. Dengan sejumput senyuman ia menyapa Ibu Aisyah yang telah berdiri di depan pintu.

"Selamat..! Cucu Ibu laki-laki. Keadaannya sehat tidak kurang satu apapun." Ujar Dokter itu kepada Ibu Aisyah. Ibu Aisyah girang bukan alang kepalang. Dari mulutnya terdengar rentetan kalimat syukur kepada Allah.

"Terima kasih dokter. Bolehkah saya melihat cucu saya..?" Tanya ibu Aisyah semakin tidak sabar. Matanya berlinang karena haru bercampur bahagia.

"Sabar Bu. Bayi dan Ibunya sedangkan dibersihkan dulu." Sahut si Ibu Dokter ramah dan memegang bahu Ibu Aisyah.

Ibu Aisyah mengangguk dan kembali mengucapkan terima kasih. Dokter cantik nan ramah itu mengangguk dan tersenyum lalu meninggal Ibu Aisyah yang masih menunggu didepan pintu.

Sekitar sepuluh menit menunggu akhirnya seorang perawat mempersilahkan Ibu Aisyah masuk. Dengan langkah bergegas Ibu Aisyah memasuki ruang persalinan. Disana ia melihat Desma sudah nampak agak segar dan ditangannya ia menggendong bayi yang sudah dibungkus kain bedong.

Ibu Aisyah menghampiri dan mengulurkan kedua tangannya untuk mengambil bayi merah itu dari pelukan Desma. Desma memberikan bayinya kepada Ibu Aisyah. Ibu Aisyah memandangi wajah cucunya yang tampan dan berhidung mancung serta berkulit bersih.

"Selamat datang cucuku." Bisiknya dengan air mata berlinang. Desma yang melihat keharuan Ibu Aisyah juga larut dalam tangis kebahagiaan.

***************

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status