Share

Bab 5

Duduk berdua didalam kamar, Sabrina berhadapan langsung dengan mata Sasa yang terus menatap tajam dirinya.

Glekk, 

Sabrina dengan susah payah menelan salivanya, entah darimana ia akan menjelaskan permasalahan tentang adik untuk bocah kecil didepannya itu.

"Ayo mah buat adek," seru Sasa tak sabar.

"Sayang, buat adek itu gak gampang loh."

"Susah ya mah. Apa perlu pakai tepung?" polosnya berbicara, mengundang tawa Sabrina yang tertahan.

"Ehm, iya pakai tepung tapi kan kita belum beli tepungnya kan?" jawabnya.

"Gitu ya ma, nanti kita beli tepung ya mama. Sasa udah gak sabar mau bikin adek," ajaknya penuh semangat, membuat Sabrina pusing untuk menjelaskan. 

"Bukan cuma butuh tepung aja sayang, tapi juga butuh telur."

"Kan nanti kita beli telur sekalian aja ma."

"Gak bisa, telurnya ini spesial. Cuma papanya Sasa aja yang punya," Sabrina segera menutup mulutnya saat tak sengaja berbicara hal aneh didepan Sasa.

"Begok banget, kenapa harus bawa-bawa telur papanya Sasa," batinnya merutuki kebodohannya.

"Telur? Tapi kan papa bukan ayam ma, jadi gak punya telur."

"Hehe, iya juga ya sayang. Papa Sasa kan manusia bukan ayam," salah tingkahnya.

Tanpa keduanya sadari, Darma juga Bulan sedari tadi berada didepan pintu kamar mendengarkan percakapan mereka.

Darma tak bisa menahan tawanya saat mendengar Sabrina yang mengatakan tentang telur milik anaknya. Ingin rasanya ia masuk dan mentertawakan kebodohan Sabrina tersebut.

"Pah, diam nanti kita ketawan," tegur Bulan saat suaminya terus saja tertawa.

"Aduh maaf mah, susah nahannya."

Bulan memukul perlahan lengan suaminya agar berhenti tertawa, namun Darma masih saja cekikikan dibelakangnya.

Bulan yang tak ingin ketawan tengah menguping didepan pintu segera menarik suaminya kembali ke dalam kamarnya. Dengan kesal ia mendorong Darma hingga terduduk diatas ranjang.

**

"Kenapa sih mah, kok bete gitu."

Bulan berdiri didepan kaca kamarnya sambil menatap kesal suaminya itu. Tak habis fikir dia kenapa bisa suaminya begitu menyebalkan, jauh dari image nya diluar sana.

"Pakai nanya lagi, kalau kita ketahuan tadi gimana sama Sabrina? Kan malu kita," seru Bulan kesal.

Namun bukannya merasa bersalah pada istrinya, Darma malah terus tertawa mengingat ucapan yang diucapakan Sabrina kepada Sasa tentang pembuatan adiknya.

"Tuh anak lucu banget ya mah, papa sampai sakit perut dibuatnya," Darma masih saja tertawa saat kembali mengingat ucapan Sabrina kepada Sasa cucunya.

"Pah, " seru Bulan duduk didekat Darma.

"Apa ma, apa?"

"Gimana menurut papa kalau kita jadiin Sabrina mama aslinya Sasa," tanya Bulan.

"Maksud mama," tanya Darma sedikit bingung.

"Anak nakal kita itu kan udah lama menduda pah, sudah waktunya juga dia punya pendamping lagi."

"Maksudnya mama mau jodohin Sabrina sama dia," tebak Darma.

"Betul sekali," senang Bulan saat suaminya cepat tanggap.

"Papa akan selidiki dulu latar belakang Sabrina mah, papa nggak mau juga ada masalah dikemudian hari," waspada Darma yang tak ingin kecolongan untuk kedua kalinya.

"Mama setuju pah, tapi gimana nanti cara mendekatkan mereka berdua ya?" 

"Mama pokoknya tenang aja, kalau latar belakang Sabrina aman papa sudah punya rencana untuk mereka berdua."

"Apa pah," tanyanya penasaran.

"Nanti mama juga bakal tahu kok," teka-tekinya, membuat Bulan kesal jadinya.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Nuryati Nailah
ceritanya makin menarik, penasaran, sapa calonnya Sabrina....
goodnovel comment avatar
Dewi Astati
kisahnya sangat menarik sekali......
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Wah mau jadi mantu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status