"Hukuman?" Nada mengulangi kata yang di keluarkan dari bibir Radit
"Aduh... dia mau menghukumku apa?" Rasa takut mulai menjalar di sekujur tubuh Nada. Keringat mulai keluar dari dahi Nada, detak jantung Nada juga semakin kencang dan seluruh tubuh Nada terasa lemas mendengar kata hukuman dari bibir Radit
"Taruh tasmu!" Perintah Radit yang langsung dilakukan oleh Nada.
BRAAAK
Nada melemparkan tasnya, refleks tepat ke bawah lantai.
"Buka sepatumu!" Perintah Radit lagi, yang juga langsung dilakukan oleh Nada.
"Apa yang mau dia lakukan ya? Apa yang harus aku lakukan sekarang untuk membela diriku dari hukuman yang akan diberikan olehnya?" Nada mencoba berpikir dalam hatinya, mencari jalan keluar untuk bernegosiasi dengan Radit
Tanpa menunggu lama, Radit langsung menarik tangan Nada setelah Nada membuka sepatunya.
"Ah,,, ke mana dia mau menarik tanganku?" Nada berpikir ketika kakinya mengikuti Radit yang menarik tangannya "tunggu! Kenapa ke arah kamar mandi?" Nada mulai panik dan berusaha menghentikan Radit dengan menarik tangannya
"Tuan...." Nada berusaha memanggil nama Radit Untuk menghentikan langkah Radit
"Kau harus menerima hukumanmu!" hanya itu jawaban Radit tanpa menengok ke arah Nada, membawa Nada tetap masuk ke dalam kamar mandi dan melanjutkan kalimatnya lagi setelah mereka masuk ke dalam kamar mandi sambil Radit Mengunci pintu kamar mandi dari dalam "Kau yang memaksaku untuk menghukum seperti ini! tak seharusnya, wanita yang sudah menikah keluyuran tengah malam bersama laki-laki lain! Tak seharusnya, wanita yang sudah menikah boncengan naik motor sambil berpelukan dengan laki-laki lain di depan suaminya sendiri! tak seharusnya, wanita yang sudah menikah memiliki hubungan dengan laki-laki lain!" Radit berbicara sambil membuka pakaiannya sendiri di depan Nada ada dan menatap mata Nada
"Oh Tuhan, ternyata dia marah padaku! Dia tidak suka aku melakukan apa yang aku lakukan tadi bersama Dewa! Kenapa dia jadi mengerikan seperti ini! Kenapa dia membuka semua pakaiannya di depanku seperti ini! Tetapi, dia memang selalu melakukan itu kan dua hari ini Ini? Hanya saja, dia tidak pernah marah seperti ini dua hari sebelumnya!" Nada panik dan sangat takut menatap Radit. sedangkan, kata-kata Radit Terdengar sangat menusuk ke dalam hati Nada yang Nada sendiri masih belum mengerti bagaimana Harus Menyikapinya.
"Tuan, Aku mohon jangan!" Nada memegang tangan Radit sambil menangis saat Radit sedang memegang kancing bajunya. saat ini, tubuh Radit bahkan sudah polos
"Sekarang katakan padaku, siapa aku?" tanya Radit lagi kepada Nada
"Suamiku."
"Siapa yang lebih berhak atas tubuhmu selain aku saat ini dengan statusku sebagai suamimu?" tanya Radit yang sangat mengintimidasi ditelinga Nada
"Tidak ada yang lebih berhak selain dirimu, tuan!" jawab Nada sambil menangis.
"Aaaakhhh... Ambyar sudah hidupku! Pantas kau ingin menikhiku dulu sebelum menyimpan benihmu padaku... Ternyata seperti ini efek dari menikah! Kurang ajar, kau Radit!" kesal yang hanya bisa dipendam dalam dada, membuat air mata Nada tumpah semakin tak terkendali
"Kalau begitu, singkirkan tanganmu dari tanganku!"
"Tapi, Tuan...." Nada masih enggan melepaskan tangannya dari tangan Radit.
Radit tak lagi membiarkan Nada menolak dan mencoba bernegosiasi. Radit melepaskan tangan Nada secara paksa, lalu membuka pakaian Nada juga secara paksa. Membiarkan Nada menangis meraung-raung, dan Radit tetap membuka pakaian Nada hingga tubuh Nada yang putih, langsing, masih sangat kencang dan menarik terlihat semuanya.
"Aaaaakh!" Nada sedikit memekik
Tanpa belas kasihan kepada Nada, Radit mendorong tubuh mungil Nada ke dalam Bathtub, hingga terasa sangat sakit pada tulang belakang Nada yang tubuhnya terdorong, terjatuh di atas Bathtub dingin tanpa air.
"Jangan, Tuan.." nada menangis
Radit lalu masuk ke dalam bathtub berukuran dua orang itu, meremas-remas sangat kencang dengan tangannya, dua Puncak di depan tubuh nada dengan kasar, walaupun kedua tangan Nada sudah memegang tangan Radit untuk menghentikan gerakan Radit, tadi Radit tetap tidak peduli. Radit tetap meremas, kemudian mendekatkan kepalanya ke bagian Puncak, gigi Radit menggigit keduanya secara bergantian hingga nada berteriak kesakitan, dan beberapa kali Radit juga menggigit bagian tubuh nada lainnya menimbulkan warna merah dan bekas Gigitan gigi yang beberapa titik, menimbulkan bercak darah sedikit walau tidak mengalir.
Belum selesai sampai di sana, Radit seperti tidak sadar apa yang sedang dilakukannya, Radit menghisap, menyesap ujung tertinggi yang tadi diremasnnya hingga teriakan Nada berubah dari teriakan kesakitan, menjadi teriakan berarti lain.
" Tuan..." panggil Nada dengan suara yang sudah berubah mendayu dan parau
"Aaarggghhh... Kau menjijikkan Nada! Kau menikmatinya! Kau memalukan!" Nada menghina dirinya sendiri untuk menyadarkannya, tapi tetap, kegiatan Radit membuat nada kehilangan kewarasan.
Tak ada panggilan Nada yang dihiraukan oleh Radit. justru itu membuat Radit semakin tak sadar apa yang dilakukannya. Membuat Radit semakin larut dalam hukuman untuk Nada yang dibuatnya sendiri.
Hingga akhirnya, setelah melihat Nada yang sudah beberapakali keluar semakin lemas, Radit memasukkan miliknya ke dalam tubuh bagian bawah milik nada yang sudah tentu saja lebih mudah daripada dua hari pertama kemarin. Teriakan Nada keluar saat Radit masuk, menambah nikmat di telinga Radit. Cairan di sana sudah cukup banyak, dengan kondisi ruang yang sempit, membuat milik tadi terjepit sempurna, dan rasanya sangat membuat Radit keenakan hingga Radit sendiri, juga mengeluarkan suara yang menunjukkan bahwa dia sendiri menikmati permainannya, sebelum akhirnya mereka Mencapai puncak surga dunia bersamaan di dalam Bathtub yang airnya kini sudah penuh.
"Oh Tuhan... apa yang sudah aku lakukan? kenapa aku justru bermain dengannya dan menikmati permainanku seperti ini? Apa yang aku perbuat tadi dengannya? Ah,,, aku tadi hanya berniat menakutinya! bukan bermain sejauh ini! Bagaimana ini? Kenapa aku justru terbawa perasaan seperti ini? Tadi aku sangat kesal padanya karena kesalahannya, tapi aku tidak ingin melakukan seperti ini padanya! Viola.. maafkan aku Viola.. ini sungguh di luar dugaanku! Aku juga tidak menyangka Aku melakukan ini padanya!" jerit Radit jauh di dalam lubuk hatinya. Ada rasa bersalah dalam diri Radit telah melakukan perbuatan itu kepada Nada, tapi ada rasa bahagia dan senang juga telah melakukan itu kepada Nada Yang tak dapat dipungkiri oleh Radit. Rasa bersalah pada Viola juga menghantui diri Radit.
"Maafkan aku Denada! Aku tak ingin melakukan ini padamu, tapi rasa marahku kepadamu karena kesalahan yang kau buat sudah membuatku kehilangan akal sehatku. Aku harap, selama kau menjadi istriku, jangan lagi melakukan kesalahan yang sama! Kecuali, kalau kau ingin kejadian seperti malam ini terjadi kembali! Apa kau paham?" akhirnya, kata-kata seperti itulah yang keluar dari bibir Radit, sambil tangannya menghapus air mata di pipi Nada dan kemudian merangkul Nada ke dalam pelukannya, menyandarkan Nada di tubuhnya bagian atas, dekat dengan jantungnya. Radit lalu membiarkan Nada menangis di sana untuk beberapa saat.
"Ada apa ini? Kenapa dia melakukan ini kepadaku? dia bahkan berbicara sangat lembut dan mendekapku erat seperti ini dengan posisi tanpa sehelai pun benang diantara kami. dia memang suamiku sih, dia berhak atas tubuhku, tapi kan hubungan kami cuman sampai aku melahirkan anaknya saja. Lalu bagaimana kalau dia sebaik ini kepadaku? Bagaimana bila tumbuh perasaan di hatiku? Bukankah itu menyakitkanku? tapi bersandar di tubuhnya seperti, memang sangat nyaman, jauh lebih nyaman dari dekapn Dewa." Nada tak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa hati Nada menyukai berada di dalam dekapan Radit.
TOK TOK TOK
Seseorang menggedor pintu kamar mandi di kamar Nada dengan sangat kencang.
"Radit! Buka pintunya! Aku tahu kau di dalam! Buka pintunya, Radit!"
"Viola?" Wajah Radit langsung gugup. Tanpa bicara apa-apa lagi kepada Nada Radit langsung, melepaskan tangannya dari memeluk Nada lalu, mengeringkan tubuhnya dengan handuk sebelum memakai kembali pakaiannya. Orang di luar pintu kamar sudah tak sabar, sehingga Radit yang sudah memaka baju, langsung terburu-buru membuka pintu kamar mandi dan keluar dari kamar mandi, tapi tak lupa menutup lagi pintu kamar mandi yang didalamnya masih ada Nada."Radit, Apa yang kau lakukan di dalam sana? Kenapa tubuhmu basah? Kenapa kau lama sekali? Jelaskan padaku!" Suara Viola yang berteriak, sangat mengerikan dan masih terdengar oleh Nada dari dalam kamar mandi"Ayo kita bicara di kamar!" suara Radit juga masih terdengar oleh Nada dari dalam kamar mandiSetelah itu, hening tak ada lagi yang di dengar oleh Nada. Hanya suara air yang masih mengalir ke dalam bathtub, memenuhi telinganya."Hahaha!" Nada tergelak tawa dan menangis secara bersamaan. " Apa sih aku ini sebenarnya?
Radit mengangguk dan mendekat kearah Viola mencoba untuk menenangkan Viola dalam dekapannya"Maafkan aku Viola, aku awalnya juga hanya ingin menakut-nakutinya dan hanya ingin menghukumnya. tapi, entah kenapa tadi aku justru terbawa suasana dan keinginanku. aku seperti tidak sadar dan buta. Aku minta Maaf, Viola!" jauh dalam lubuk hati terdalam Radit, ucapan Maaf terlontar untuk Viola. Radit sangat merasa bersalah pada Viola karena perbuatannya dengan Nada tadi. Radit merasa telah mengkhianati kepercayaan Viola"hahaha! Bagus.. Jadi kau sudah berpikir aku memang sangat kesal, karene kau sangat lama di sana, kan.. Radit! Hmmm... mendengar yang kau katakan bahwa wanita itu memberitahu pacarnya tentang hubungan pernikahan kalian, membuatku tambah senang sekarang. Aku jadi penasaran siapa pacarnya! Aku ingin menyogoknya untuk membuka masalah ini di media massa! tentunya bukan sekarang, jadi kau bisa bernapas lega dulu, Radit! Aku akan melakukannya setelah aku berhasil nanti
"Ah, bukan suatu yang penting, sayang! " Viola tersenyum sambil menaruh handphone-nya dan menghampiri Radit. " Mau sarapan sekarang?" Tanya Viola sambil memberikan kecupan dibibir RaditTOK TOK TOKBelum sempat Radit menjawab pertanyaan dari Viola, pintu kamar mereka telah diketuk oleh seseorangKlek"Ada apa, Ningsih?" Tanya Radit kepada Bi Ningsih"Tuan, tuan besar Prawiryo ada di bawah!" Jawab Ningsih sambil sedikit ketakutan Baiklah aku akan jawab Ningsih sambil sedikit ketakutan"Baiklah aku akan segera turun. Suruh Denada untuk bersiap untuk makan pagi." perintah Radit kepada Ningsih"Anu Tuan.. Non Nada sudah berangkat kuliah dari jam enam kurang, tadi pagi." Jawab Ningsih lagi sambil menunduk"Apa? Kenapa dia berangkat pagi sekali?" Tanya radit lagi tapi sebenarnya pertanyaan ini diajukannya untuk dirinya sendiri, Hanya saja karena
"Aku ada praktikum pagi di kampus, Lalu aku juga ada kelas dan ada praktek di rumah sakit hari ini." jawab Nada terbata-bata."Bagaimana dia bisa dapat nomor teleponku? Hufffhh, menyusahkan sekali, apa dia sekarang sudah mulai memata-mataiku!" gumam Nada di dalam hatinya yang masih kaget karena orang yang meneleponnya adalah Radit"Kau tahu kau sudah membuat masalah baru, pagi ini?" Radit berbicara dengan suara agak tinggi dan penuh penekanan di telepon"Maafkan Aku, tapi aku harus berangkat ke kampus pagi-pagi tadi.""Masalah? Justru aku menghindari masalah dengan keluar dari rumahmu secepat mungkin!" Nada protes di dalam hatinya"Eyang Prawiryo tadi datang ke rumah untuk sarapan pagi. Dan dia mencarimu!""Apa?" Nada bahkan sampai melotot mendengarnya dan menjatuhkan sendoknya."Oh Tuhan, Ini benar-benar masalah!" Tangan Nada bahkan bergetar saat Radit telah memberi tahu apa yang terjadi tadi pagi"Kau harus bertanggung jawab