Share

Pernikahan Yang Miris

"Fatimah, ini sudah subuh, bagunlah. segeralah solat kemudian siap-siap, nanti acara akadnya pukul 07.00 pagi, lho. Jangan sampai telat." Ucap Ibuku, membangunkanku seraya menepuk-nepuk lenganku.

  "Baik, Bu, Aku mau bersiap-siap dulu." Sautku. Seraya berdiri dan mengambil handuk, kemudian berjalan tergontai menuju kamar mandi.

  Jam menunjukkan pukul 06.30, setengah jam lagi acara akad dimulai. Wajahku sudah selesai dimake over, tanganku pun tak luput diberi hiasan hena seadanya.

  "Fatimah, inikah baju kebaya yang mau kamu kenakan di akad nikah hari ini?" Tanya Mbak Sari, Si perias pengantin pernikahan.

  "Benar, mbak Sari, memangnya kenapa ya mbak?"Aku kembali bertanya dan menghampirinya.

  "Ini terlalu tipis, Fatimah, kamu harus pakai baju dalaman atau manset" ucap mbak sari. Sambil memegang dan meraba setiap sisi bagian kebaya tersebut.

  "Ok, baiklah, mbak, aku ambilin mansetnya dulu, ya," ucapku, sembari membuka lemari untuk mengambil manset berwarna putih.

  Baju kebaya, yang akan aku pakai untuk akad nikah, memang sangat sederhana, aku membelinya di online shop. Kebaya atasan yang sudah jadi, seharga 55 ribu rupiah. Dan kain bawahan seharga 40 ribu rupiah. Jadi sepaket 95 ribu rupiah. wajar jika kebayanya sangat tipis, karena sedikit manik-maniknya. 

  Setelah kebaya tersebut dipasangkan dibadanku. Aku membalikkan badan kearah cermin di pintu lemari.

Wah, tipis sekali. Pikirku dalam hati.

  Kira-kira, mereka heran tidak ya, melihat bajuku yang tipis ini, mana tulang punggungku kelihatan menonjol. Dihari pernikahan, aku justru terlihat tidak cantik, aku terlihat lucu, bahkan aneh dengan dandanan sederhana dan baju tipis yang membuat aku kelihatan semakin kurus.

Akhir-akhir ini, berat badanku memang merosot tajam. Tulangku terlihat menonjol dimana-mana, lengan tangan pun terlihat sangat kecil.

  Hem... Mungkin, aku terlalu pusing memikirkan pernikahan ini.

***

  Pukul 07.00 pagi hari.

  Akad akan berlangsung, dan Kak Doni pun sudah datang. Ramai sekali, ada 6 kendaraan mobil yang membawa rombongan keluarganya, dan kendaraan yang mereka gunakan kesemuanya adalah kendaraan mewah. Ada Pajero , Inova , Fortuner dan lainnya.

  Aku berdecak kagum dalam hati. Apalagi saat keluarga besarnya mulai masuk kedalam masjid, tempat acara akad akan dilaksanakan. Aku benar-benar terheran-heran.

  Mereka menyalamiku satu persatu, aku tak berkedip dan terus memandangi mereka semua, dari atas kepala hingga ujung kaki tak luput dari perhatianku. Sungguh mereka terlihat sangat elegant.

  Aku terkesima melihat penampilan dan dandanan mereka, sangat gemerlap, baju yang terlihat mewah , jilbab yang indah , sendal yang mengkilat, bahkan dijari jemari terlihat banyak cincin emas yang melingkar ditangan mereka, hampir semua jari terpasang cincin.

Terlihat kalung emas sangat besar dilehernya yang menjuntai hingga dada.  Luar biasa, aku makin terheran-heran. sungguh, keluarganya benar-benar orang kaya raya.

  Aku mulai gelisah dan teramat minder memikirkan penampilanku sendiri. Semoga, mereka tidak mencibir penampilan yang aneh ini. Makeup tipis, baju pun sama sekali tidak ada kesan mewah.

  Hari ini, aku terlihat bukan seperti pengantin. Aku, justru terlihat seperti orang biasa. Mungkin, jika berjejer diantara kerumunan orang, mereka tidak bakal tau kalau akulah sang calon mempelai wanita.

Apa yang aku kenakan amat sangat kontras dengan yang mereka kenakan. Apalagi kakak perempuannya dan adik laki-laki serta ibunya, terlihat sangat cantik seperti Konglomerat dan sosialita. adiknya pun lumayan tampan dan sempurna sekali penampilannya.

***

  Seketika suasana pun menjadi hening. Terdengar jelas suara lantang Kak Doni mengucapkan Ikrar janji suci Akad Nikah.

  "Saya terima nikahnya, dan mas kawinnya, Nur Fatimah binti Abdullah ali, dengan mas kawin seperangkat alat solat dan uang 140 ribu rupiah dibayar tunai." Ucap Kak Doni, lancar dengan 1 tarikan nafas.

  "Sah, SAH!" Semua menyaut 'sah' dengan kompak.

  Alhamdulillah hirobbil'alamin... ucapku lirih. Seraya mengangkat kedua telapak tanganku kearah wajahku, kemudian menyalami dan mencium tangan Suamiku. 

  Hari ini, aku sah menjadi istri, dan Kak doni sah menjadi suami.

Aku merasa bahagia dihari ini, akupun melihat senyum lega dan raut bahagia diwajah Suamiku.

  Setelah acara akad selesai, kamipun mulai melakukan sesi foto. Meskipun acara digelar sederhana, tapi aku tetap mengusahakan untuk menyewa fotografer. Ya ... Walaupun, aku hanya bisa membayar murah. 

  Aku hanya meminta 10 hasil potretan saja, jadi biayanya jauh lebih murah dari pada biaya umum yang bisa sampai 50 kali potretan. Pasti biayanya bisa berlipat-lipat mahalnya. Meski serba ala kadarnya dan sederhana, aku tetap bersyukur. 

  Alhamdulillah, bisa punya foto yang bagus, sebagai kenang-kenangan, Batinku.

  Setelah selesai acara akad. Keluarganya mulai menikmati hidangan kue dan menyantap makanan. Aku menatap wajah Ibu Kak Doni, terlihat sangat datar dan tanpa senyuman. Sejak ia datang, hingga selesai acara. Wajahnya selalu terlihat cemberut.  Wajah adik laki-lakinya pun sama datarnya. 

Aku kembali menatap kearah keluarganya yang lain, wajah bibiknya, dan saudaranya juga, kecut. Tidak ada senyum sama sekali.

  Aku melihat, hanya wajah kakak perempuannya yang terlihat ceria, sesekali melempar senyum kearahku dan wajah Bapaknya terlihat tenang, terkadang juga terlihat ada sedikit senyum diwajahnya.

  Setelah berfoto bersama, aku ditunjukkan hasil foto oleh fotografer. Aku terkejut melihat hasilnya. Hampir disemua foto aku melihat tatapan sinis Ibu mertuaku kearahku. Bahkan, meski duduk bersebelahan, Dia terlihat sengaja menjauh dariku.

Terlihat jelas difoto, Kak Doni duduk bersebelahan dengan ibuku, terlihat sangat dekat. Sedangkan aku, bersebelahan dengan Ibu nya, namun ada jarak lumayan jauh.

  Ah, hasil fotonya benar-benar membuatku kecewa. Bukan karena jelek fotonya atau fotografernya. Melainkan ekspresi mertua yang membuatku sedih sekaligus heran.

  Sepertinya, foto ini tidak mungkin aku pajang, yang ada nanti jadi bahan pertanyaan setiap orang yang melihatnya. Mungkin aku hanya akan memajang foto berdua aku dan Kak Doni. Pikirku dalam hati.

  Aku melihat Ibuku beranjak dari tempat duduknya dan beralih duduk didekat Ibu mertuaku.

  Hem, mungkin ibuku ingin mengajak kenalan dan akrab dengan mertuaku, tebakku.

  Ibuku mulai menyapa. Namun, ibu mertua tidak terlalu mengubris, dia lebih asyik menoleh ke sebelahnya, dan mengobrol dengan keluarganya. Aku sangat kasihan melihatnya, aku ajak ibuku untuk mengobrol bersamaku dan Kak Doni.

  Sabar, sabar... tetap berfikir positif, ini baru awal... aku pasti bisa mendekati dan mengambil hati ibu mertua, Ujarku dalam hati.

***

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Mien Azis
wah ..part 4 nya manaaa???
goodnovel comment avatar
Mimi Dindä
ceritanya bagus trus part 4 sampai endingnya bisa bca dimna lgi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status