POV Awan Aku memejamkan mata dan menarik nafas dalam seperti apa yang diajarkan oleh Om Joe pertama kali. Entah benar karena metode itu atau memang kemampuanku yang memang sudah meningkat drastis, karena akhir-akhir ini aku semakin sering berinteraksi dengan Inyiak. Aku bisa merasakan jika dirinya ada dalam diriku, namun tidak seperti sebelum-sebelumnya, kali ini aku tidak lagi bisa mendengar suaranya. Hanya hawa keberadaannya yang semakin kuat kurasakan. Seiring berjalannya waktu, aku semakin bisa memanfaatkan kekuatan Inyiak yang mengalir dalam tubuhku. Namun, tetap saja aku harus berhati-hati ketika menggunakannya. Karena setiap coba menggunakan kekuatan besar tersebut, emosiku jadi ikut terpengaruh dan membuatku jadi sulit mengendalikan diri. Saat ini, itu yang sedang coba kulakukan. Bukan karena aku ingin bermain-main dengan kekuatan besar tersebut, namun satu hal yang baru kusadari dari kemampuan baru ini adalah kemampuan untuk mengintimidasi, layaknya Harimau yang bisa membuat
"Sejak kapan ?" tanyaku coba menahan emosiku. "En-enam bulan yang lalu Pak." Jawabnya gugup. Itu artinya, dua bulan sejak Mbak Linda jadi sekretaris Papa, mereka telah melakukan perselingkuhan itu. Entah berapa lagi teman selingkuh Papa di perusahaan ini, dan aku yakin mungkin juga ada di luaran sana. Dan aku yakin, mungkin mereka tidak hanya melakukannya sekali atau dua kali, apalagi posisinya yang sangat memungkinkan untuk melakukan perselingkuhan itu, sehingga aku tidak lagi bertanya lebih lanjut, buat apa bertanya jika jawabannya akan membuatku semakin emosi mendengar jawabannya. Aku berdiri dengan tegap antara marah, kesal dan benci. Tapi, semuanya harus kutahan jika tidak ingin rencana yang telah ku susun dari awal menjadi kacau dan berantakan. "Sekarang kita keluar Mbak." "Mas, eh Bapak tidak marah pada saya ? Sa-saya gak akan dipecat kan Pak ?" tanyanya dengan wajah memucat. "Aku tidak punya wewenang untuk itu, terserah Pak Agus saja mau bagaimana. Tugasku hanya membongka
"Lakukan mas Johan.""Ba-baik Pak!" ucapnya cengan berat hati melaksanakan tugas yang kuberikan.Begitu Mas Johan keluar ruangan, kupanggil Kang Senja, ia merupakan kepala keamanan klan Atmaja untuk perusahaan Wijaya ini."Iya, Bos. Ada perintah apa ? akan saya laksanakan dengan sepenuh hati." jawabnya mantab. Mungkin ia malu melihat anggotanya tadi, yang terlihat berat melaksanakan perintah dariku."Pilih 4 orang terbaiknya Kang. Ikuti Johan, lalu habisi!" perintahku."Siap Bos." Jawabnya mantab tanpa mempertanyakan perintahku seperti anggotanya tadi.Lagi Papah Agus terlihat semakin syok dengan tindakanku."Jangan semakin gila kamu Nak ?" ucapnya marah."Sebentar Pah."Aku menghubungi seseorang melalui ponselku, tidak lama datang orang yang kumaksud.Namanya Jonathan, staf IT di perusahaan Papa. Aku juga baru mengenalnya pagi ini, salah satu dari kemampuan yang kupelajari dari kekuatan mata ini adalah kemampuan untuk mempelajari orang lain. Aku bisa tahu mana yang tulus dan jujur ser
POV Author.Sementara itu, dalam sebuah ruangan yang berada dipuncak sebuah gedung termewah di Negeri ini, Sebuah ruangan yang sangat mewah dan luas, bahkan untuk masuk kedalam sana hanya orang terpercaya serta para petinggi perusahaan yang memiliki ijin khusus saja yang diperbolehkan untuk masuk kedalam ruangan tersebut. melihat dari gelagatnya, tampak jika pria yang masuk saat itu adalah salah satu dari orang kepercayaan sang presiden direktur. didalam ruangan tersebut, tampak seorang pria sedang duduk dibelakang sebuah meja ekslusif dengan ditemani oleh seorang sekretaris pribadinya."Ada berita apa Pak Handono ?" tanya pria tersebut dengan suara yang penuh wibawa. Bahkan dari suara dan cara bicaranya saja membuat lawan bicaranya akan tunduk hormat karena wibawa dan kharismanya. Dialah sang presiden direktur Sanjaya Group, Kelvin Sanjaya. Dikenal juga sebagai salah satu dari 9 naga penguasa di Negeri ini.Pria yang disapa Handono tersebut agak tercenung sejenak untuk melaporkan ber
Malam harinya, ruang tamu yang sudah di dekorasi dengan sedemkian rupa membuat kesan mewah pestanya lebih terasa dan beberapa tamu undangan pun sudah mulai tampak hadir. Termasuk diantaranya sahabat-sahabat Ren. Mivi, Reni, dan beberapa teman kelas Ren lainnya. Teman Awan, tidak ada yang hadir kecuali Irene dan Karin, karena kebetulan mereka satu ekskull dengan Renata. Bukan Awan tidak ingin mengundang mereka, namun karena ini temanya ulang tahun Renata, sehingga ia merasa sungkan untuk mengundang sahabat-sahabatnya di sekolah. Namun ada pasangan yang menarik perhatian saat itu, disamping karena pakaian yang dikenakan mereka sangat elegan dan mewah, yaitu karena mereka berdua sangat populer di sekolah, mereka adalah Roy dan Angel."Terimakasih sudah datang." Sambut Awan pada keduanya dengan ramah. Walau dalam hati Awan cukup heran, kenapa keduanya datang bak pasangan pada umumnya."Thanks bro. Btw, mana nih yang ultah, kok gak keliatan ?" ujar Roy hangat sambil menjabat tangan Awan. B
"Hai..." panggil Renata sambil melambaikan tangannya di depan wajah Awan."Hihihi, sampai terpesona begitu tuh pangerannya." Kata Mivi yang berjalan mendekat kearah mereka ditemani oleh Reni.Renata menahan senyum malu dan senang melihat Awan yang sampai terpana melihat penampilannya. Perjuangannya berdandan secantik mungkin terbayarkan karena berhasil memukau kekasih hatinya tersebut."Hmnn.. hmnn." Kata Bu Lina yang berdiri dibelakang Renata."Eh, Mama.." ucap Ren yang seolah terlupa kalau ia berusan jalan diiringi oleh Mamanya."Segitunya kalau sudah jumpa dengan Awan mah, sampai Mama yang bediri dibelakangnya tidak lagi dianggap." Ledek Bu Lina."Mama, apaan sih. Malu tuh, ada teman-temannya Ren." Ujar Renata malu-malu."Lah kenyataannya begitu. lupa kah ? siapa yang bantuin dandanin dari tadi, hmnnn." Kata Bu Lina semakin menggoda anak gadisnya tersebut."Iya, marahin saja Tan. Kebiasaan tuh Renata, di sekolah saja kalau sudah sama Awan, kita sahabatnya malah dilupain." Ucap Mivi
Para tamu undangan kompak menyanyikan lagu happy birthday untuk menyemangati Renata, Renata memejamkan matanya sejenak sambil mengucapkan doa dalam hati. namun, saat ia akan bersiap memotong kue yang ada didepannya, seorang laki-laki yang baru saja datang, menyela, "Aku boleh mengucapkan selamat ulang tahun dulu gak ? sebelum kuenya dipotong!""Zidaann.." ucap Ren spontan sambil membelalakkan mata senang. Lalu dengan agak berlari senang ia menghampiri cowok yang baru datang tersebut dan memeluknya dengan senang. Sontak membuat semua yang hadir terpana dan bertanya-tanya siapakah pemuda itu. Awan sendiri melihat pemuda yang tidak dikenalnya berbicara sangat dekat dengan Ren membuat hatinya sedikit panas.Ren yang seakan tersadar karena semua orang memerhatikan mereka, segera memperkenal cowok tersebut pada semua yang hadir, "maaf semuanya. Perkenalkan, ini teman semasa kecil saya, Zidan! Kami sudah lama tidak bertemu, jadi sekali-kali bertemu, so excited banget." Ucap Ren."Zid, sini a
Bukan Pak Usman namanya, jika kecepatannya sampai ada yang menandingi. Sebagai salah seorang Seven Devil yang berjaya di masanya karena kecepatannya, membuat Pak Usman menambah kecepatannya. Bahkan oleh orang biasa mungkin akan sulit melihat gerakan cepat Pak Usman.Baaamm baaammmBegitu dua serangan Pak Usman masuk ke wajah dan kepala Agung, membuat sang lawan sedikit terjengak dan kesempatan itu dimanfaatkan oleh Pak Usman untuk menyerang ulu hati dan jantung lawannya.Bughh bughh bughh bguhhhEmpat pukulan kuat dari pak Usman bersarang telak dan membuat Agung terhempas kebelakang."Hukkkkkhh." Agung memuntahkan darah segar dari mulutnya, namun bukannya membuat ia jera karena telah bertarung dengan Pak Usman. Justru membuat senyumnya semakin mengembang, sebuah senyum yang sangat mengerikan. Karta sendiri dengan 3 orang muridnya, juga terlihat sangat santai. Justru membuat firasat Joe yang menyaksikan semua itu menjadi tidak tenang.Noura sendiri juga bersiap diposisinya, ia merobek