"Tu-tuan,"Ernest menarik ujung bibirnya membentuk sebuah lengkungan manis. Matanya menatao teduh, dia hanya duduk dan menatap Zacheo yang menunduk. Menunggu Zacheo menatapnya dan saat Zacheo mendongak, mata mereka bertemu. Senyumnya terlihat lebar dan membuat wajahnya kian tampan. Namun hal itu membuat Zacheo kian bergidik ngeri. "Tu-tuan, kita berada di negara Y, saat kejadian itu terjadi."Ernest diam. Dia tahu, pasti informasi tak akan sependek itu. Dia hanya menatap Zacheo lagi, masih dengan senyum yang menawan. Karena dia yakin, pasti ada kejadian besar di balik informasi yang di sembunyikan. Memikirkan itu kekejaman yang tersembunyi itu tampak menyesak ingin keluar. Dan Zacheo tahu, lirikan dan senyuman Ernest telah berubah saat ini. "Tuan, aku bersalah. Aku mohon ampun atas kesalahan yang telah aku lakukan."Tanpa perintah, Zacheo tiba-tiba menundukkan kepalanya berkali-kali dengan nada penuh permohonan. Jantungnya berdegup kencang dengan tak teratur. Ini karena tekanan ya
Malam itu terasa hening. Suara gemerisik angin bersentuhan dengan daun-daun menciptakan suasananya sendiri. Ada aroma dedaunan yang bercampur dengan aroma bunga yang lembut. Semerbaknya menerbangkan rasa nyaman yang tenang. Membuat siapapun yang menghirupnya tak ingin kehilangan satu aroma pun dari harumnya. Srakkkk! Tirai gorden sebuah kamar itu di tarik paksa. Membuat sosok penarik terlihat di kaca jendela. Dengan satu gerakan ringan, jendela pun terbuka. Sosok rampingnya terlihat lemah dengan rambut panjang yang bergerak gerak tertiup angin malam. Gaun di bawah lututnya ikut menari liar, sesekali bekerja sama dengan rambutnya yang menyingkir dari punggung. Memperlihatkan luka panjang yang lebar. Penuh dengan jahitan yang terlihat mengerikan untuk kulitnya yang halus dan putih. Sosok itu hanya berdiri. Menatap halaman luar kamar dengan diam. Melihat daun-daun yang bergerak di terpa angin. Tak bergerak dan hanya matanya yang meneliti tajam. Membuat sosok rampingnya seperti ratu d
Usai kepergian Kenzie, seorang perawat masuk. Mata Ellina menoleh waspada, dan dia bisa bernapas dengan tenang setelah melihat siapa yang masuk dalam ruangannya. dia hanya menatap perawat tersebut tanpa berniat mendekat. namun dia tidaklah bodoh, dia tak akan melakukan suatu hal yang akan menyakiti dirinya sendiri. "Nona, bisakah saya melihat luka Nona?" tanya perawat tersebut sangat sopan. Matanya mengitari ruangan tersebut dan terpaku pada cincin yang tergeletak di lantai. Lalu dia menatap keadaan Ellina yang terlihat sedikit berantakan. Sebuah senyum tersungging, dia dengan jelas tahu apa yang telah terjadi di dalam ruangan ini. Itu tidaklah jauh dari pertengkaran. "Suster, bisakah aku meminjam handphonemu?" tanya Ellina hati-hati. Matanya penuh dengan permohonan. Ditambah wajah yang lusuh membuat ekspresinya kian menyedihkan. Kening perawat tersebut mengerut. "Nona, atas perintah tuan muda, kami di larang meminjamkan semua aset komunikasi pada Nona.""Jangan khawatir, aku hanya
Villa di ujung utara, itu adalah sebuah tempat terpencil yang berada di tengah-tengah pulau. Di kelilingi laut biru, dan tak memiliki akses apapun untuk dunia luar. Rumah sederhana dua lantai itu tak memiliki halaman yang luas, tapi memiliki berbagai pemandangan yang bagus dari berbagai sisi. Ada kalanya beberapa orang asing datang untuk melakukan pemotretan di sekitar Villa, tapi tak ada satupun dari mereka yang dapat masuk atau menyewa Villa ini. Semua akses terkunci, dan hanya Kenzie yang memegang kuncinya.Sesekali villa ini akan ramai saat ada sebuah pesta. Atau saat Kenzie dengan sengaja membawa seluruh musuhnya untuk bertatap muka. Mereka akan di kremasi lalu di buang di laut lepas. Menjadi makanan ikan atau menjadi bangkai yang tak layak di kuburkan. Semua masih berkaitan dengan kekejaman, karena menjadi orang nomor satu itu memiliki banyak musuh yang tak terduga.Villa ini hanya memiliki satu akses jalan utama untuk keluar masuk. Tak ada jalan lain selain jalan utama yang di
Lander tertegun pada jawaban Kenzie. Kata-kata itu mungkin terdengar sangat berlebihan. Tapi dia mengenal tuannya. Jika tuannya telah berkata demikian itu berarti bahwa Nona masa depan mereka telah benar-benar di tentukan. Dan itu adalah Ellina. Gadis yang dengan terus terang menginginkan pembatalan pertunangan. Dia jadi bertanya tanya, kenapa nona masa depannya menginginkan pembatalan pertunangan? Dia jelas tak melihat kekurangan apapun pada tuannya. Semua tentang tuannya adalah hal terbaik dari yang baik.Lalu dia jadi melihat dari sudut pandang Ellina. Dia mencoba memahami pikiran Ellina dengan cara memposisikan dirinya di tempat Ellina. Semua hal yang Kenzie katakan terngiang. Jadi, dia mulai membayangkan. Tapi dia gagal. Dari sudut pandang manapun, jika dia menjadi Ellina, dia akan dengan senang hati menerima semuanya. Menjadi Nyonya Reegan artinya memiliki akses khusus di negara ini. Memikirkan saja sudah membuat wajahnya memerah. Tapi kenapa Ellina tak berpikir sama? Jadi dia b
Sudut pintu ruangan kamar itu terbuka pelan. Kepala Kenzie muncul untuk memeriksa keadaan lebih lanjut. Tapi matanya terbelalak lebar saat tak melihat Ellina di manapun. Akhirnya dengan satu dorongan, pintu kamar itu terbuka lebih lebar. Langkah lebarnya mengitari tempat tidur dan terpaku saat melihat tubuh Ellina tengah berusaha berjalan dengan merangkak dan mencari pegangan. Dengan tangan meraba liar seakan juga tengah mencari sesuatu.Kenzie tertegun. Dia melihat itu semua dengan kedua alis mengerut. Tiba-tiba semua petanyaan yang Lander tanyakan kembali teringat. Dia tak bergerak dan hanya memperhatikan Ellina yang tengah berusaha dengan sangat keras. Lalu pertanyaan-pertanyaan itu mulai muncul juga dalam dirinya sendiri.Kenapa aku begitu marah saat dia menyebutkan nama pria lain? Kenapa aku begitu ingin menahannya? Mengurungnya? Atau tak membiarkan dia pergi sedikit pun dari kamar? Karena dia terluka? Ekspresi dingin itu sedikit mencair. Dia menggelengkan kepalanya pelan. N
Pagi ini, berita heboh menyambut seisi villa di ujung Utara. Seluruh pelayan bekerja dalam diam saat tahu apa yang telah terjadi semalam. Ada senyum di wajah mereka semua. Setidaknya harapan mereka kali ini adalah Tuan mereka akan berubah lebih berperasaan dan tak sekejam sebelumnya.Awalnya itu semua karena seorang perawat yang memiliki tugas untuk mengontrol kesehatan Ellina. Perawat itu tanpa mengetuk pintu dan langsung membuka pintu kamar tanpa memperhatikan seisi kamar. Dia dengan santai masuk bersama dua orang pelayan yang tengah membawakan sarapan pagi untuk nona masa depan mereka. Tapi saat pintu terbuka lebar, langkah mereka yang telah memasuki kamar beberapa langkah terhenti. Mereka semua bersemu merah dengan pemandangan di atas tempat tidur yang masih sangat sunyi.Mengetahui situasi yang tak nyaman, mereka semua mundur dengan teratur. Berjalan mengendap dan berusaha tak menimbulkan suara apapun. Atau hal ini akan menjadi kesalahan fatal dalam hidup mereka. Mereka akhirny
Momen itu terjadi selama beberapa menit kedepan. Merasakan merah wajahnya tak tertahankan, Ellina bergerak mundur secara tiba-tiba, dan itu menyebabkan lukanya tergesek juga. Dia mendesah sesaat dan menggigit bibirnya menahan sakit. Hal itu menyadarkan pikirannya ke titik normal dan seluruh rasa takut yang dia pendam membuncah.Wajahnya mengeras dengan ekspresi tak dapat di lukiskan. Ellina, entah bagaimana dia berpikir harus juah dan lepas dari ini semua. Dia merasa bahwa rasa sakit yang dia terima, cukup menyadarkannya untuk mengingat jalan takdirnya. Dimana dia mati di bawah perintah orang di hadapannya! Dan lagi, kenapa dia bisa berakhir dengan orang yang sama! Tidak, dia tidak akan bisa menampung kesalahan yang sama.Kenzie melihat itu semua. Dia dengan jelas melihat gadis tersebut bergeser menjauhinya. Hal itu membuat punggung Ellina menyentuh satu tangannya yang masih berada di punggung Ellina . Membuat gadis tersebut tersentak tiba-tiba. Lalu gadis itu mengigit bibir bawahnya