“Hmmpp … Aaakhh ….” “Desahkan lah namaku, Sayang. Jangan tahan suaramu dan keluarkan semua dengan lepas,” bisik Gerald di telinga Zahra yang kini berada di atas pangkuannya. Kedua insan itu sudah separuh telanjang dan sedang menikmati malam pengantin mereka di sebuah kamar VVIP yang ada di dalam kapal pesiar. Selesai mengadakan resepsi pesta pantai, ternyata Gerald sudah menyiapkan kejutan lainnya untuk Zahra. Mereka berlayar keliling lautan untuk waktu yang belum bisa ditentukan. Untuk pertama kalinya pula, di kamar itu Zahra dan Gerald saling bercumbu dengan panas. Gerald yang sudah menunggu lama untuk momen ini sungguh tidak dapat lagi menahan hasratnya untuk mencumbui Zahra. Saat baru masuk ke dalam kamar, Gerald dengan beringas menarik tubuh Zahra menuju ranjang mewah yang sudah dihiasi dengan seribu kelopak mawar dan beberapa lilin kecil di sekelilingnya membentuk sebuah lambing love. Gerald langsung melumat bibir Zahra dan dibalas Zahra tanpa menunggu aba-aba lagi. Zahra juga
“Sayang … apa kau sedih? Akhirnya hanya kita berdua saja yang tersisa di mansion besar dan mewah ini,” ungkap Albert sambil mengecup puncak kepala Olivia. Wanita paruh baya itu sedang duduk di depan cermin meja riasnya dan tampak melamun sejak tadi. Tidak ada yang bisa dilakukannya sekarang, karena jujur saja dia merasa kesepian setelah anak-anaknya menjadi istri dan suami orang lain. “Tidak. Tentu aku tidak sedih!” bantah Olivia dan berusaha untuk mengulas senyumannya pada pantulan cermin. “Kau tidak bisa berbohong padaku, Sayang. Aku bisa tahu segala yang kau pikirkan,” kata Albert dan melatakkan dagunya di atas kepala Olivia dengan sangat manja. “Kau dukun?” tanya Olivia bercanda. “Hmm … mantan dukun. Tapi aku masih punya ilmunya, jadi tetap lah waspada dengan apa yang kau pikirkan tentangku.” “Kalau begitu, apa yang sedang aku pikirkan sekarang? Ayo tebak!” Albert memejamkan matanya seolah-olah dia memang sedang berpikir saat ini. Namun, Olivia tahu bahwa itu hanya gaya-gaya
“Sayang … di mana kau letakkan baju putih yang baru aku beli semalam?” tanya Gerald kepada Zahra. “Ada di dalam lemarimu. Kau buka lah lemarimu itu sebelum bertanya,” jawab Zahra dengan ketus dan juga tampak tidak sehat di tempat tidurnya. “Biasanya kau menyiapkan semuanya untukku. Apa kau bosan?” tanya Gerald yang masih tidak tahu bahwa Zahra sedang sakit. “Hmm … aku sedang tidak enak badan, Ger!” keluh Zahra dengan suara yang terdengar sangat parau. Seketika itu juga Gerald langsung menoleh ke belakang dan melihat Zahra yang masih bergelung dalam selimut tebalnya. Memang tidak biasanya Zahra pagi-pagi seperti ini masih tidur dan tidak mempersiapkan seragam kantor dan juga sarapan untuk Gerald. Apalagi mengabaikan Danaya yang memang sudah jamnya untuk mandi dan makan. Hal yang biasanya selalu ingin Zahra lakukan sendiri meski pun ada Nina yang mengurus segala keperluan baby Dayana. Namun, sejak awal memang Zahra sudah senang melakukan yang dia bisa sendiri. Jadi, tugas Nina hanya
Kebahagiaan yang dirasakan oleh Gerald itu tentu saja membuat suasana hatinya menjadi sangat baik. Ia bahkan merasa selalu ingin berada di samping Zahra saat ini. Akan tetapi, Gerald ada pekerjaan yang mengharuskan dia untuk hadir pagi ini.“Nina, jagalah Dayana dengan baik dan perhatikan juga Nyonya. Jika dia sudah bangun, segera minta dia untuk makan dan minum obat yang sudah aku sediakan di atas nakas. Jangan mengatakan apa pun padanya karena suasana hatinya sedang tidak baik saat ini.” Gerald memberikan perintah kepada baby siter yang selalu membantu Zahra menjaga Dayana.“Baik, Tuan. Jika Nyonya bertanya ke mana Anda bagaimana?” tanya Nina dengan polosnya.“Katakan saja aku pergi ke kantor sebentar. Aku hanya akan pergi dalam dua atau tiga jam saja,” jawab Gerald lagi dan kemudian diangguki oleh Nina.Baby sister yang dipilih langsung oleh Zahra itu memang selama ini selalu bersikap baik dan tidak pernah membuat Zahra marah. Itu sebabnya dia menjadi kesayangan Zahra dan mereka ta
“Apa yang kau katakan, Sayang?” tanya Bianca dengan sengaja menggoda Zacky.“Jangan pura-pura tidak tahu. Kau hanya semakin membuatku bergairah dengan bertanya seperti itu,” jawab Zacky dan kemudian mencium tengkuk Bianca dengan penuh sensasi.“Aaah …,” desah Bianca kepada Zacky dengan sedikit menggeliatkan tubuhnya.Zacky tentu saja semakin menyukai reaksi Bianca itu dan semakin memberikan sentuhan pada tubuh wanita itu dengan bibirnya Zacky mengecup leher jenjang Bianca perlahan dari bawah hingga sampai ke daun telinganya yang bertindik tiga buah. Ya … Bianca memang suka memakai tindik seperti itu di telinganya.Dan jujur saja, Zacky tidak pernah mempermasalahkan hal itu karena dia suka Bianca dengan apa adanya. Sejak pertama, Bianca memang sudah membuatnya tertarik dengan segala yang dimiliki oleh wanita itu. Ciuman itu semakin membuat Bianca merasa terangsang dan ikut terhanyut dalam suasana.Desahan dan erangan tipis dari Bianca membuat gairah di dalam diri Zacky semakin bergejo
Bianca dan Zacky menghabiskan waktu mereka dengan bercinta hari itu. Apalagi, Brian seperti memang seakan mengerti dengan keadaan orang tuanya. Ia tidak rewel sama sekali dan tidur dengan pulas sepanjang malam. Sehingga Zacky dan Bianca bisa melakukan aktivitas ranjang mereka dengan tenang dan nyaman.Sampai menjelang subuh baru mereka selesai melakukan ronde ketiga pada malam itu. Itu juga karean Bianca sudah tampak sangat lelah dengan permainan itu sehingga Zacky tidak tega lagi untuk melanjutkannya.“Istirahat lah, Sayang. Aku yang akan menjaga Brian jika dia bangun nanti,” titah Zacky kepada Bianca dengan sangat lembut dan tak lupa sebuah kecupan mendarat di kening wanita cantik itu.“Benarkah tidak apa-apa?” tanya Bianca lagi seolah ingin lebih meyakinkan lagi hal yang baru saja dikatakan oleh Zacky itu.“Tentu saja benar. Aku akan menjaganya nanti setelah dia bangun. Kau tidak perlu mencemaskan hal itu. Istirahat saja dengan nyaman.” Zacky berkata dengan sangat meyakinkan bagi B
“Ya … aku rasa Daddy benar. Mereka tidak akan bisa hidup tanpa kita, bahkan berjauhan saja tidak mungkin bisa.” Zacky membenarkan yang baru saja dikatakan oleh Albert.“Kapan kalian akan pulang, Sayang?” tanya Olivia kepada Zacky.“Mungkin hari ini atau besok, Mom. Kami akan pulang lebih cepat dari yang direncanakan. Bianca berkata, dia sudah sangat merindukan mertuanya,” jawab Zacky pula dengan sedikit menggoda pada Olivia.“Apa Bianca merindukan Daddy, Zack?” tanya Albert dari belakang Olivia.“Tentu saja. Daddy dan Mommy!” sahut Zacky bahagia.Percakapan itu menjadi hangat dan penuh tawa canda karena Albert yang selalu saja menyela dari belakang Olivia. Itu semua bisa ia lakukan karena Olivia menyalakan pengeras suara pada panggilannya dengan Zacky. Hal itu tentu saja agar Albert juga bisa mendengarkan apa saja yang dikatakan oleh putranya.Sebagai seorang ayah, tentu Albert juga sudah sangat merindukan putranya itu. Apalagi kehidupan di hari menuju tua bersama dengan Olivia sediki
“Bersiaplah, Sayang. Kenakan bajumu dan tolong belikan aku sarapan. Aku bosan dengan sarapan di hotel ini,” keluh Bianca kepada Zacky.“Baiklah, Sayangku. Aku akan membelikanmu apa saja yang kau inginkan,” sahut Zacky dan kemudian mengecup kening istrinya itu dengan sangat lembut.“Terima kasih untuk semuanya, Sayang.”“Kata itu sepertinya aku ucapkan untukmu. Aku selalu merasa bahwa aku adalah pria yang beruntung karena bisa mendapatkanmu dan menjadikanmu milikku!”“Bukannya sebaliknya, Sayang?” tanya Bianca dengan mengerutkan keningnya.Sebagai seorang yang berasal dari keluarga biasa saja, dan tidak setajir melintir keluarga Zacky seharusnya memang Bianca lah yang merasa bahwa dia adalah orang yang beruntung bisa menjadi istri seorang Zacky. Keturunan resmi seorang Albert yang namanya juga sudah sangat dikenal dalam dunia perbisnisan.Semua orang di dunia mengena namanya dan tidak lagi meragukan kekuasaan serta kekayaan yang dimiliki Albert. Mereka juga sudah sangat lama berbondong