Share

Bab 3

Bab 3

Memang sudah saatnya aku bangkit, tidak diam saja diinjak-injak oleh lelaki macam Mas Leo.

Sebaiknya aku cari asisten rumah tangga untuk mengurusi rumah, termasuk Elena dan Fildan, agar aku bisa fokus mengubah penampilanku dengan sempurna.

Aku hubungi tetangga yang kemarin sempat menawarkan padaku asisten rumah tangga. Kemarin masih mikir-mikir karena Mas Leo tak menginginkan itu, alibinya ia hanya ingin makan masakan aku, tapi ternyata itu hanya manisnya Mas Leo saja. Kenyataannya, mau aku yang masak atau bukan ia tetap mencari wanita yang bening di luar sana.

"Halo, Bu Susi, asisten rumah tangga yang kemarin udah dapet kerja belum?"  tanyaku melalui sambungan telepon.

"Belum, Mbak Nia, memang untuk siapa?" tanyanya balik.

"Untuk saya, sekarang juga bisa disuruh kerja nggak?" Aku sedikit tergesa-gesa, agar Mas Leo pulang kerja nanti tercengang melihat ada asisten rumah tangga di sini. Itu artinya tambahan pengeluaran untuk membayarnya. Enak saja aku semua yang handle tapi ia tetap berkhianat, dikiranya aku babu! Rasanya kesal jika ingat dengan postingannya di sosial media.

"Kebetulan sekali, Bu Ika namanya, ini ada di rumah, tadinya mau pulang kampung lagi karena sulit mendapatkan kerja. Terima kasih Mbak Nia, sepuluh menit lagi saya antar Bu Ika ke rumah," tutupnya kemudian telepon pun terputus.

Tling ....

Ada pesan masuk dari Mas Leo. Sebuah resi transfer dari bank konvensional. Akhirnya, aku bisa langsung ke salon hari ini juga.

[Sudah ditransfer, Mas harap jangan boros ya, pergunakan untuk kebutuhan.] tulisnya.

[Mas, aku pergi dulu seharian ini ya, ada asisten rumah tangga yang mengurus anak-anak, dan kalau kamu pulang nanti aku masih di luar, makan saja masakan Mbok Ika.]

Tidak lama kemudian, Mas Leo menghubungiku. Sepertinya ia bingung dengan chat yang aku kirim.

"Halo, Sayang. Maksudnya gimana? Kok ada pembantu? Aku tuh kurang suka masakan orang."

"Mas, aku ingin kayak orang-orang, cantik dan fresh wajahnya, jadi nggak kelihatan tua, anak dua bisa terlihat masih perawan," jawabku.

"Astaga, Nia. Aku tuh terima kamu apa adanya, udah deh nggak usah neko-neko," imbuhnya.

Dia bilang menerima aku apa adanya? Tapi kenyataannya, ia masih mencari wanita yang mulus di luar sana. Aku mengurutkan dada, agar tak terpancing emosi olehnya.

"Mas, aku sudah terlanjur nyuruh Mbok Ika jadi ART di sini, tolong nanti tiap bulan disiapkan gaji bulanan untuknya sebesar 2,5 juta."

"Memang nggak bisa ya dicancel? Nanti pengeluaran kita nambah, kamu kan masih sehat bisa handle semuanya," sanggah Mas Leo.

Aku menghela napas, ia irit hanya untuk mencukupi kebutuhan selingkuhannya, bukan untuk nabung masa depan anak-anak. 

"Mas, sudah ya, aku mau berangkat nih," tutupku. Akhirnya kumatikan telepon tanpa mendengar jawaban Mas Leo lagi.

Selepas itu, aku bersiap untuk pergi ke salon, dan satu lagi yang akan kulakukan, yaitu balik nama kepemilikan semua kendaraan. Mobil Honda jazz warna merah harus menjadi milikku. Motor PCX berwarna putih pun harus jadi milikku. Takkan kubiarkan dinikmati oleh wanita yang bernama Jenni.

Aku meraih ponsel dan meminta sopir tetangga untuk mengajarkanku menyetir terlebih dahulu. Sebenarnya dulu sudah pernah diajarkan satu kali oleh Mas Leo, tapi baru sehari disudahi olehnya, katanya nanti aku jadi mandiri dan tak butuh suami, akhirnya akan membuat suami jenuh yang menyebabkan perselingkuhan terjadi di cerita-cerita lingkungan kerjanya. Namun kenyataannya, aku tak mandiri pun diselingkuhi oleh suami. Memang semua tergantung otak laki-lakinya, bukan tergantung bagaimana istri memperlakukannya.

Mbok Ika sudah berada di rumah, ini saatnya aku belajar menyetir, setelah itu barulah ke salon untuk perawatan. Aku diajarkan oleh Pak Yanto, sopirnya Bu Susi.

"Hebat Mbak Nia, baru sekali putaran sudah lancar," puji Pak Yanto.

"Pak, saya boleh minta tolong satu lagi? Ini saya bisa kan ya balik nama kendaraan ini atas nama saya?" tanyaku.

"Bisa Mbak, nanti saya bantu urusin ke jasa  balik nama surat kendaraan," jawabnya.

"Sore ini ya, Pak. Sekarang saya pakai dulu mobilnya ke mall, di sana masuk harus pakai STNK."

"Siap, Mbak."

Pak Yanto turun dari mobil, lalu aku melaju ke arah mall untuk merombak penampilanku agar Mas Leo nyaris tak mengenal dan menyesal berkhianat di belakangku.

Setibanya di salon yang berada di sebuah mall teramai di Jakarta. Aku pun dipoles dan dengan uang yang diberikan Mas Leo tadi, aku bisa membeli pakaian mahal yang membuatku bertambah seksi.

Sambil diberikan perawatan wajah oleh para wanita cantik di belakangku ini. Aku mengusap layar ponsel dengan akun fake yang kubuat. Kemudian, berbekal video yang dikirim oleh Isma, aku posting dan tag teman kantornya dengan caption sedikit menohok.

[Pernikahan tanpa restu dari istri pertama itu sama saja mempermainkan hukum. Poligami diperbolehkan asalkan istri pertamanya tahu dan merestuinya.]

Aku tag beberapa teman kerja Mas Leo yang telah aku add pertemanan di sosial media. Notifikasi balasan komentar pun banyak kuterima.

Windi

[Wah akun fake siapa ini yang nge-share? Kok bisa-bisanya hoax begini dishare? Colek Leo Perdana dan Nia Vanya.] Salah satu komentar yang kubaca pertama kalinya, dan tag aku juga di dalamnya.

[Hai, jangan nyebar hoax!] Mas Leo akhirnya turut komentar di status yang kuposting melalui akun Hans Jennifer. Ya, aku sengaja membuat akun kloningan yang sama dengan akun fake yang suamiku buat. Itu adalah caraku untuk membuat pasangan budak cinta itu bertengkar karena postinganku yang bikin kegaduhan ini.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status