Selepas menghadiri meeting dengan para pemegang saham perusahaan di kantornya, Inez menemui Pak Rahardian di ruang kantornya.
Mereka berbicara empat mata saja tentang hasil penyelidikan Pak Rahardian. Ternyata penyebab kebangkrutan tempat fitness milik Mario adalah utang pada lintah darat yang tidak terbayar. Yang lebih mengejutkan lagi uang pinjaman itu diambil oleh Rosita, istri Mario, tanpa sepengetahuan suaminya. Penggunaan uang itu pun lebih membuat Inez menjadi syok. Pasalnya, uang pinjaman dari lintah darat itu digunakan Rosita untuk berfoya-foya.
Kabar terbaru tentang status hubungan Mario dan Rosita, mereka telah bercerai sekitar dua bulan yang lalu. Kemudian Rosita menikah lagi dua minggu lalu dengan pengacara yang mengurus kasus perceraiannya dengan Mario.
Inez mengenal siapa Rinaldo Situmorang, pengacara muda itu terkenal flamboyan dan sempat mengajaknya berkenalan beberapa waktu yang lampau. Berhubung Inez tidak suka lelaki buaya darat, dia pun menolak ajakan kencan Rinaldo beberapa kali hingga akhirnya pria itu mundur sendiri.
Pak Rahardian juga melaporkan bahwa semua aset berharga milik Mario Chandra sudah disita oleh pihak lintah darat yang memberi Rosita pinjaman. Termasuk mobil Pajero Sport putih yang biasa dipakai oleh Mario. Intinya sekarang pria itu sudah menjadi gembel dalam sehari.
Laporan Pak Rahardian yang begitu mendetail itu membuat hati Inez menjadi sakit. Rasanya dia ingin bertemu Mario dan memeluknya, menghiburnya setelah mengalami kesialan bertubi-tubi. Istrinya itu sungguh keparat dan brengsek!
Seandainya Inez bertemu langsung dengan Rosita, mungkin dia akan menjambak dan mencabik-cabik wanita itu. Bagaimana bisa seorang istri melakukan tindakan yang begitu keji pada suaminya sendiri? Bahkan meninggalkan suami yang setia demi ... pria semacam Rinaldo Situmorang?!
Inez pun berpikir sejenak seraya menenangkan dirinya. Laporan dari Pak Rahardian itu telah membuat tensinya naik.
Setelah beberapa menit berlalu, Inez pun menghubungi notaris langganannya untuk membuat sebuah akte perjanjian. Dia ingin menawarkan sebuah kesepakatan dengan Mario.
Bila saat ini Mario membutuhkan uang atau pekerjaan, dia bisa memberikannya semudah menjentikkan jari. Yang Inez inginkan adalah diri Mario, dia ingin Mario menjadi suami kontraknya selama 5 tahun.
Sore ini juga, Inez akan menemui Mario untuk membahas penawarannya itu. Dia telah mengirim pesan W* pada Mario untuk mengajaknya bertemu di sebuah cafe di daerah Kemang pada pukul 17.00. Ternyata pemuda itu menyetujuinya.
Meskipun akte perjanjian kontrak penikahan itu belum jadi, Inez tidak peduli. Dia harus segera bertemu dengan Mario. Dugaannya pun Mario pasti akan menolak tawarannya. Tapi, dunia ini kejam. Usia Inez jauh lebih tua dibanding Mario, dia sudah mengalami begitu banyak pasang surut kehidupan. Inez yakin pada akhirnya, Mario akan menerima tawarannya.
*****
Hari itu cuaca sangat cerah, senja yang turun membuat langit sore nampak indah dengan semburat jingga kemerahan di antara lembayung langit yang kebiruan.
Inez melihat pemandangan langit sore yang artistik dari kaca jendela cafe tempat dia membuat janji temu dengan pujaan hatinya. Dia pun menikmati secangkir hangat cappuccino sambil menunggu Mario datang.
Inez masih memakai pakaian kantornya sejak pagi tadi, setelan blazer dan rok span warna biru tua dengan dalaman kemeja sutra warna putih.
Pukul 16.50, pintu cafe terbuka, sosok yang dia nanti-nantikan pun masuk dan berjalan mendekat ke meja tempat Inez berada. Begitu tampan dan mempesona seperti biasanya, membuat jantung Inez berdebar-debar saat melihatnya.
Mario memakai kemeja lengan panjang warna coklat tua dengan dalaman tshirt putih yang dipadupadankan dengan jeans warna hitam. Wajahnya dicukur licin tanpa kumis ataupun cambang, rambutnya pun rapi dengan style kekinian.
Mario mengulurkan tangannya dan berjabat tangan dengan Inez lalu dia pun duduk di seberang Inez.
"Apa kabar, Mas Mario?" sapa Inez dengan ceria.
Mario pun tersenyum mendengar keceriaan suara Inez. "Baik, Mbak Inez. Gimana kabar, Mbak Inez?"
"Saya juga baik, Mas. Pesan minum dulu ya?" Inez memanggil waiter cafe itu, memesan minuman untuk Mario.
Setelah waiter itu meninggalkan mereka berdua, Inez pun berkata, "Ehh ... ada yang ingin saya tanyakan, Mas." Inez menatap wajah tampan itu dan meneliti bagaimana perasaan Mario pasca insiden penyitaan aset-asetnya beberapa hari lalu.
"Silakan, Mbak. Mau nanya apa?" sahut Mario dengan santai.
Inez merasa berat hati menanyakan hal yang sebenarnya sudah dia ketahui hanya untuk menguji pemuda itu, tapi dia harus melakukannya.
"Mas Mario, apa benar kehilangan rumah dan tempat fitness? Itu karena apa, Mas?" tanya Inez dengan nada penasaran.
Mario menghela napas dengan berat, dia merasa malu dengan keadaan dirinya saat ini. "Iya ... itu benar, Mbak. Semua aset saya telah disita oleh bank. Mantan istri saya menjaminkan semua aset milik saya ke bank."
Dengan lembut, Inez menggenggam tangan Mario di meja. "Saya turut prihatin, Mas."
Sebenarnya Mario agak terkejut ketika Inez menggenggam tangannya. Dia merasa tidak enak hati. Namun, dia membiarkannya. Bagaimana pun wanita itu telah menjadi klien eksklusifnya yang paling setia selama setahun lebih. Orangnya pun sangat baik.
"Mas, sebenarnya saya ingin mengajukan sebuah penawaran yang bagus untuk Mas Mario," ujar Inez memancing reaksi pemuda itu.
"Ehh penawaran apa ya, Mbak Inez?" tanya Mario dengan penasaran, bila itu sebuah pekerjaan pasti dia tidak akan berpikir dua kali untuk menerimanya. Dia sangat membutuhkan pekerjaan.
"Ehmm ... tolong Mas Mario jangan tersinggung ya. Saya ingin menawarkan posisi sebagai suami bayaran selama 5 tahun kontrak," ujar Inez dengan jantung berdebar-debar menanti reaksi Mario.
Pemuda itu malah bengong, melongo menatap Inez dengan bingung. "Ko--kon---kontrak gimana ya, Mbak?"
Inez menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, dia jengah ingin menjelaskan maksudnya. Dia pun berdehem lalu berkata, "Jadi Mas, mungkin saat ini kan Mas Mario sedang butuh uang dan pekerjaan. Saya butuh suami baru untuk mendampingi saya karena suami saya sebelumnya sudah meninggal 7 tahun yang lalu."
Akhirnya Mario pun paham apa maksud Inez. Sebenarnya niat wanita itu baik menurutnya, tapi ini di luar kebiasaannya. Dia tidak pernah menjajakan dirinya seperti beberapa rekan selebritis kebugaran yang dia kenal.
"Oohh, maaf Mbak Inez. Saya memang sedang butuh pekerjaan, tapi saya belum pernah dan belum berminat jadi gigolo," tolak Mario dengan halus.
Inez pun tertawa geli mendengar jawaban Mario. "Aduh Mas, mendadak saya kok merasa seperti tante girang ya, dengar Mas Mario bilang begitu ...."
"Maaf, Mbak Inez. Sekali lagi maaf, bukan saya berniat menyinggung Mbak Inez," ucap Mario dengan sungkan.
"Iya, saya paham kok, Mas. Tenang saja ... tidak usah buru-buru diputuskan, tolong dipikir masak-masak dulu," ujar Inez, dia juga sudah menduga bakal seperti ini.
"Mas Mario, saya nggak menyewa Mas Mario untuk sebuah cinta satu malam. Jadi jangan merasa menjadi gigolo. Saya ingin Mas menjadi suami saya secara sah. Apa saya sudah kelihatan terlalu tua untuk menjadi istri Mas Mario?" pancing Inez dengan percaya diri.
Mario pun mendadak gelagapan mendengar pertanyaan Inez yang begitu frontal. Dia pun terdiam sejenak dan berpikir.
Dia pun menatap Inez lalu tersenyum seraya menjawab, "Mbak Inez itu awet muda, masih sangat cantik. Hanya saja, hati nurani saya masih sulit untuk menerima tawaran dari Mbak Inez."
'Berarti ada harapan,' batin Inez. Dia pun tersenyum seraya berkata, "Tidak perlu terburu-buru memutuskan tawaran saya, Mas Mario. Tapi, kalau Mas Mario berubah pikiran, kapan pun itu ... saya akan menunggu jawaban positif dari Mas Mario."
Mario pun tersenyum menatap wajah Inez. Ini adalah tawaran paling absurd yang pernah dia terima dari seorang wanita cantik. Apakah dia tampak seputus asa itu? Hingga harus menjual dirinya dan hidupnya pada seorang wanita?
Sudah seminggu lamanya Mario mencoba menghubungi teman-temannya untuk mencari pekerjaan. Namun, sayang sekali tidak ada tempat fitness yang membutuhkan trainer baru. Mario mulai merasa putus asa dengan hidupnya karena tabungannya semakin menipis setelah membayar cicilan tagihan kartu kredit BNI peninggalan Rosita.Dia tidak bisa lagi mengikuti pola diet sehat untuk menjaga bentuk tubuhnya. Mario sedih sekali ketika bercermin, segala kerja kerasnya memahat tubuhnya bertahun-tahun seolah hancur dalam waktu singkat.Tiba-tiba ponselnya berdering siang itu. Mario pun segera menjawab panggilan itu, berharap ada pekerjaan yang bisa dia dapatkan."Halo," jawab Mario."Hallo. Rio. Ini Max, yee lagi cari kerja kan?" ujar Max Ricardo, teman dekat Mario di gym dengan nada agak melambai."Iya, Max. Ada info kerjaan apa Max?!" tanya Mario bersemangat seraya tersenyum lebar.Max cekikikan mendengar suara Mario yang bersemangat. "Sabarrrr dong, Mas ... hih
Akhirnya setelah 2 hari terbaring di rumah sakit, Mario pun pulang ke rumah orang tuanya. Mirasti, adik perempuan Mario yang menjemputnya dengan sepeda motor dari rumah sakit."Mas Mario, apa sekarang sudah nggak ngajar fitness lagi? Kok malah ikut pertandingan tinju?" tanya Mirasti dengan penasaran melihat kakak laki-lakinya babak belur.Mario yang membonceng adiknya itu pun menjawab, "Lagi sepi job, Mir. Doakan saja Mas Mario bisa kembali sukses seperti dulu, Nduk."Sesampainya di rumah orang tuanya, ponsel Mario berbunyi, ada pesan WA masuk. Dia pun segera membacanya."Selamat siang, Mas Mario. Saya Inez, apa bisa mengajar privat fitness di rumah saya besok pagi?"Senyum bahagia terbit di bibir Mario. Tante Inez memintanya untuk melatih fitness di rumahnya. Dia pun segera membalas pesan itu."Selamat siang, Mbak Inez. Bisa. Apa bisa dikirim shareloc alamat rumah Mbak Inez?" balas Mario.Tak lama kemudian pesan bal
Hari berikutnya, Mario mengenakan setelan jas yang disiapkan oleh Tante Inez di rumahnya. Mereka akan berangkat bersama ke kantor catatan sipil dengan mobil sedan Honda Civic hitam milik Tante Inez.Tante Inez didandani oleh perias pengantin dengan baju kebaya warna putih dengan model sederhana. Kebetulan teman dekatnya ada yang berprofesi sebagai desainer dan memiliki stok kebaya warna putih yang masih baru.Melihat penampilan Tante Inez yang sangat cantik sebagai calon pengantinnya, Mario merasa jantungnya berdebar kencang. Sayangnya ini hanya kawin kontrak, pikir Mario dengan agak kecewa. Apa perasaannya juga harus diatur dengan surat kontrak nantinya?"Mas, saya sudah siap. Yuk berangkat sekarang!" ucap Inez berdiri di hadapan Mario seraya tersenyum manis.Entah mengapa senyuman Tante Inez membuat jantung Mario berdebar-debar tak karuan. Dia ingin merengkuh wanita itu dalam dekapannya dan menciumnya lagi seperti kemarin siang.
Bab ini mengandung konten 21+ harap bijak dalam membaca!Sepulang dari kantor catatan sipil, hari sudah mulai petang. Tante Inez, Mario, Clara, dan Pak Rudi Antareja merayakan pernikahan itu dengan sederhana di sebuah restoran chinese food.Mario melepas jasnya karena gerah dan juga menggulung lengan kemeja putihnya sesiku."Gerah ya, Mas?" tanya Tante Inez perhatian."Iya, Mbak. Nggak biasa pakai baju resmi seperti ini," jawab Mario sambil menyendok makanannya. Dia mulai sulit mengikuti pola diet lamanya. Seharusnya dia tidak boleh makan makanan berminyak seperti jenis chinese food seperti ini.Sebenarnya Mario agak mengkuatirkan bentuk tubuhnya yang mulai berlemak di daerah perut. Dulunya perutnya six pack tanpa lemak karena dia menakar karbohidratnya dan meningkatkan konsumsi protein.Mungkin nanti dia akan menanyakan pada Tante Inez apakah dia ingin bentuk tubuh Mario yang seperti dulu atau tidak. Bentuk tubuh atlet bin
Malam semakin larut, tapi aktivitas ranjang pengantin baru itu masih begitu panas. AC di kamar Tante Inez sudah dipasang dengan suhu 18 derajat celcius. Namun, peluh masih terus bercucuran di tubuh kedua insan yang tengah dilanda gairah bercinta."Massss ... ooohhh ... akkhh ... aakkhhh ...," desahan dan erangan yang meluncur dari bibir Tante Inez ketika Mario menghentak-hentakkan pinggulnya dengan ritme konstan dan cepat di dalam lembah cintanya yang sudah 'banjir' bolak-balik.Dalam hatinya, Tante Inez terheran-heran dengan stamina Mario yang begitu kuat. Suami barunya ini benar-benar 'jagoan'. Apa dia minum obat kuat?"Emmmm ... Mas berhenti sebentar. Aku mau nanya ... apa Mas Mario tadi minum obat kuat?" tanya Tante Inez yang penasaran.Mario pun tergelak mendengar pertanyaan istrinya. Dia masih belum 'selesai' dengan aktivitasnya, miliknya masih terbenam di tubuh istrinya bermandikan cairan cinta yang tertumpah berulang kali dari lembah cinta itu.
Suara kicauan burung di halaman terdengar melewati jendela kamar Tante Inez, sinar matahari pagi pun menembus masuk ke dalam kamar tidur melalui glass block yang terpasang di dinding kamar."Mmmpphhh ...." Suara desahan Tante Inez masih setengah mengantuk berusaha melepaskan diri dari belitan tangan dan kaki Mario di tubuhnya."Mas ... sudah pagi ... ayo bangun!" ucap Tante Inez ketika tidak bisa melepaskan tubuhnya dari belitan tangan dan kaki Mario yang kuat. Tubuh suaminya itu kekar sekali."Heeeemmm? Ohh ... sudah pagi ya?" balas Mario dengan mata yang setengah tertutup karena masih mengantuk. Dia pun mengucek-ucek matanya. Yang langsung menatap wajah istrinya yang sangat cantik."Kamu cantik sekali, Sayang," puji Mario dengan mata yang sudah terbuka lebar, bagaimana tidak, pemandangan pagi yang sungguh indah ada di depan matanya."Terima kasih, Mas. Ehh aku harus bersiap-siap ke kantor pagi ini. Mesra-mesraannya dilanjut nanti malam saja
Sepanjang hari Mario hanya bersantai di rumah Tante Inez. Dia berkeliling rumah untuk menghilangkan kebosanan. Ternyata rumah itu sangat besar, kolam renangnya pun ada 2 di sebelah barat dan timur bangunan utama. Di belakang bangunan utama rumah, terdapat paviliun-paviliun kecil tempat tinggal karyawan dan karyawati yang melayani keluarga Tante Inez.Mario tidak menemukan penghuni lain selain Tante Inez, Clara, dan dirinya. Sisanya penghuni rumah itu hanya berstatus karyawan. Dia masih belum begitu mengenal siapa Tante Inez. Sebenarnya Mario juga penasaran, apakah harta benda yang dimiliki Tante Inez itu didapat dari peninggalan almarhum suaminya atau dari keringatnya sendiri?Dalam hati Mario, dia merasa agak galau karena rasanya sungguh tidak enak menumpang hidup pada wanita. Memang di dalam surat perjanjian suami kontrak yang dia tandatangani sebelum menikah di kantor catatan sipil itu, ada pasal yang menyatakan bahwa dia akan mendapatkan tunjangan sebes
Sejak beberapa hari sebelumnya, Tante Inez sudah meminta Mario untuk menemaninya ke acara kondangan pernikahan anak rekan bisnisnya. Mungkin ini adalah pertama kalinya bagi mereka berdua untuk tampil di muka umum sebagai pasangan suami istri.Sore itu sehabis mandi, Tante Inez memakai gaun cocktail berwarna ungu dari bahan chiffon yang bahannya jatuh dengan lembut membalut tubuhnya yang proporsional, bagian punggung gaun itu terbuka hingga atas bokongnya. Dia pun lalu duduk berdandan di depan cermin riasnya.Mario menatap istrinya sambil duduk di tepi ranjang. Dia sudah berpakaian rapi dalam setelan tuxedo hitam yang dibawakan oleh Tante Inez sepulang dari kantor. Sebenarnya dia merasa canggung ketika harus menghadiri acara sosial seperti itu, tapi dia sudah berjanji untuk menemani istrinya.Sebenarnya Mario lebih tertarik untuk mencumbu istrinya itu di kamar daripada memamerkan istrinya yang cantik itu di hadapan banyak pria lain di sebuah pesta. Pe