Share

Kawin Kontrak 5 Tahun

Hari berikutnya, Mario mengenakan setelan jas yang disiapkan oleh Tante Inez di rumahnya. Mereka akan berangkat bersama ke kantor catatan sipil dengan mobil sedan Honda Civic hitam milik Tante Inez.

Tante Inez didandani oleh perias pengantin dengan baju kebaya warna putih dengan model sederhana. Kebetulan teman dekatnya ada yang berprofesi sebagai desainer dan memiliki stok kebaya warna putih yang masih baru. 

Melihat penampilan Tante Inez yang sangat cantik sebagai calon pengantinnya, Mario merasa  jantungnya berdebar kencang. Sayangnya ini hanya kawin kontrak, pikir Mario dengan agak kecewa. Apa perasaannya juga harus diatur dengan surat kontrak nantinya? 

"Mas, saya sudah siap. Yuk berangkat sekarang!" ucap Inez berdiri di hadapan Mario seraya tersenyum manis.

Entah mengapa senyuman Tante Inez membuat jantung Mario berdebar-debar tak karuan. Dia ingin merengkuh wanita itu dalam dekapannya dan menciumnya lagi seperti kemarin siang.

"Ayo, Mbak," balas Mario seraya tersenyum pada Tante Inez.

Mereka pun naik ke mobil sedan hitam itu, Mario membantu Tante Inez naik ke mobil karena ekor kebayanya menjuntai panjang. Kemudian, dia berlari ke sisi lain mobil dan duduk di sebelah Tante Inez. 

"Pak T**o, tolong jemput Clara ke sekolah dulu ya sebelum ke kantor catatan sipil," ujar Tante Inez dengan sopan ke supir pribadinya.

"Sendika dhawuh, Nyah!" (Siap, Nyonya!) jawab Pak T**o yang berasal dari Solo, Jawa Tengah.

"Lho, Pak T**o dari Jawa, ya?" tanya Mario tertarik, ada orang sedaerahnya yang bekerja pada Tante Inez.

"Njih, Den. Dalem saking Solo," (Ya, Mas. Saya dari Solo) jawab Pak T**o.

"Wah, kalau begitu sama Pak T**o, saya juga asli Solo. Sayangnya kelamaan di Jakarta, jadi sudah banyak bahasa krama inggil yang lupa," ujar Mario dengan akrab.

Tak lama kemudian, mobil itu berhenti di sebuah sekolah negeri jenjang SMA. Seorang gadis manis berlari-lari mendekat ke mobil sedan hitam itu lalu naik ke mobil.

"Hai, Mam. Nggak nunggu lama, kan?" ucap gadis itu terengah-engah sehabis berlari.

"Hai, Sayang. Nggak kok. Kenalin dulu, ini Om Mario, calonnya Mama," balas Tante Inez yang duduk di kursi belakang mobil sedan itu bersama Mario.

Clara pun mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Mario. "Salam kenal, Om Mario. Saya Clara, anaknya Mama Inez."

Mario pun menyalami Clara seraya tersenyum. "Salam kenal juga, Clara."

Mereka pun segera berangkat ke kantor catatan sipil. Kebetulan jalanan siang itu tidak terlalu macet, mungkin karena kebanyakan orang masih bekerja di kantor dan sudah kembali dari makan siang.

Setengah jam kemudian, mobil sedan hitam itu memasuki parkiran kantor catatan sipil kota Jakarta Pusat.

Tante Inez turun dari mobil dibantu oleh Clara lalu dia pun menggandeng lengan Mario, calon suaminya dengan mesra.

"Mama dan Om Mario serasi sekali," puji Clara tulus dengan mata berkaca-kaca. Pasalnya sudah lama sekali dia berharap Mama tercintanya memiliki suami lagi.

Tante Inez pun menenangkan Clara seraya menepuk-nepuk punggung puterinya itu. "Cup cup cup, Anak Mama Sayang jangan nangis dong."

"Maaf, Ma. Clara terharu saja," tukasnya seraya mengelap air matanya dengan tissue. "Om Mario, tolong bahagiakan Mamaku tersayang, ya?" ucap Clara pada Mario.

Mau tak mau, hati Mario pun trenyuh mendengar pesan Clara padanya. "Pasti, Clara. Jangan kuatir!" jawab Mario dengan sungguh-sungguh sekalipun di tahu apa yang dia dan Tante Inez jalani saat ini hanya kawin kontrak. Sepertinya Clara tidak tahu itu, batin Mario.

Mereka bertiga pun duduk di sebuah ruangan di kantor catatan sipil itu menunggu penghulu dan pegawai negeri yang bertugas mencatat proses pernikahan mereka berdua. 

Beberapa menit kemudian seorang pria berjas necis masuk ke ruangan itu lalu memperkenalkan diri sebagai notaris Tante Inez, namanya Pak Rudi Antareja. 

Dia mengajak Mario berjalan ke pojok ruangan lalu menyodorkan sebuah map pada Mario. Map itu berisi surat perjanjian kawin kontrak selama 5 tahun dengan Tante Inez. 

Mario membaca sekilas isi surat perjanjian itu dan merasa tidak ada yang memberatkannya, dia pun menandatangani surat-surat itu. Dalam hatinya, Mario menguatkan tekadnya. Apa pun yang terjadi ke depannya, dia harus kuat menahan segalanya selama 5 tahun.

Petugas catatan sipil pun masuk ke ruangan bersama penghulu. Mereka menjalankan akad nikah dengan singkat lalu menandatangani berita acara pernikahan. Clara bertindak sebagai saksi dari Tante Inez, sementara Pak Rudi Antareja menjadi saksi dari pihak Mario. Segalanya berjalan dengan lancar. Kini, Tante Inez telah sah menjadi istri Mario Chandra.

Petugas catatan sipil menyerahkan sepasang buku nikah kepada pasangan pengantin baru itu. 

"Semoga sakinah, mawadah, warohmah ya, Pak, Bu," ucap petugas catatan sipil itu seraya bersalaman dengan Tante Inez dan Mario.

"Amin!" jawab Tante Inez dan Mario kompak lalu saling pandang dan tersenyum penuh arti.

Clara pun mendekati mereka dan memeluk pinggang Mamanya. "Selamat ya Mam. Om Mario sama Mama kan nanti malam pertama, kalau mau teriak-teriak boleh kok. Nanti Clara pura-pura nggak dengar ...," goda Clara dengan usil seraya tertawa berderai.

"Clara, iihhh mesum! Siapa ini yang ngajarin?!" omel Tante Inez dengan malu-malu.

Mario pun tertawa mendengar gurauan Clara. "Clara kan sudah gede, Mbak ... ya jelas sudah paham lah yang begituan ...," bela Mario seraya menatap Tante Inez dengan mesra.

Sepertinya justru Mario yang tidak sabar menantikan malam tiba. Malam pertamanya dengan Tante Inez.

 

Komen (10)
goodnovel comment avatar
Wisnu Wardana
kemahalan koinnya. bye-bye thor......
goodnovel comment avatar
Azura Taha
bagus novell nya
goodnovel comment avatar
Widya Nur Kartika Dewi
menarik juga
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status