Share

The Lawyer Battle
The Lawyer Battle
Penulis: Anwarade

Perseteruan Darren dan Adinara

Langkah bahagia terdengar di kediaman konglomerat Tirta Adiyasa, canda tawa mereka lakukan saat memasuki mobil Alhprad berwarna putih, yang sudah terparkir di halaman rumah.

'' Aku mau duduk di tengah!''

'' Aku dipinggir sebelah kanan!''

Teriakan dari kedua putri Tirta Adiyasa, Syafa dan Salwa terdengar sangat bahagia saat itu.

'' Om Andre, Om Andre mau ikut kita liburan ke Villa?'' tanya Syafa anak sulung Tirta Adiyasa,

saat melihat sang paman tiba-tiba muncul di rumah mereka.

'' Tidak! Om Tidak ikut, masih banyak kerjaan.''

'' Kamu jadi ke Singapura?'' tanya Tirta Adiyasa ke Andreas.

'' Iya Mas, rencananya hari ini aku berangkat.''

'' Ya sudah, kita tinggal yah.''

'' Iya Mas, hati-hati ... dah syafa dah Salwa.''

'' Dah Om Andre.''

Lambayan tangan mengiringi kepergian mereka. Andreas Adiyasa adalah adik dari Tirta Adiyasa yang membantu menjalankan Bisnis Tirta Adiyasa.

10.30 WIB

'' Mereka dalam perjalanan, habisi mereka, buang mayat mereka ke pinggir kota. Sekap Pak Salim, jadikan Pak Salim sebagai kambing hitam, dan jangan sampai meninggalkan jejak. Main yang rapih.''

'' Siap,Bos!''

Kedelapan laki-laki berbadan tegap dan berpakaian serba hitam, bersiap menjalankan perintah dari atasannya. Tatapan mereka tampak serius menatap pintu tol jakarta Bogor, sampai kemudian salah satu dari mereka tersenyum miring saat melihat sebuah mobil Alphard berwarna putih keluar dari pintu tol.

''Itu mereka, bersiap!''

Dua mobil minibus berawarna hitam itu segera mengikuti mobil Pak Tirta di belakang.

''Pak, sepertinya mobil kita ada yang mengikuti,'' ucap Pak Salim, sambil mengintip lewat kaca spion.

'' Siapa mereka? Apa Pak Salim yakin mereka mengikuti kita?''

'' Yakin Pak, soalnya saya perhatikan mereka sudah berada di belakang kita sejak kita keluar dari tol.''

Seketika suasana menjadi hening, canda tawa yang tadi di lakukan oleh Syafa dan Salwa perlahan menghilang, berganti dengan rasa takut di wajah mereka.

'' Syukurlah Pak, sepertinya mereka sudah tidak mengikuti kita lagi,'' ucap syukur Pak Salim.

Rasa Syukur juga terdengar dari mulut Pak Tirta, istri dan kedua anaknya. Suasana yang awalnya sempat tegang, sekarang kembali normal lagi. Tapi kemudian rasa bahagia itu tidak berlangsung lama, saat mobil mereka di apit oleh kedua mobil di depan dan belakang mereka.

'' Siapa mereka Pak?'' tanya Pak Tirta, sedang Pak Salim menggelengkan kepalanya.

'' Sepertinya mereka yang mengikuti kita tadi.''

Terlihat empat orang turun dari mobil depan, dan dua orang turun dari mobil belakang. Mereka menyeramkan, dengan senjata api di tangan mereka.

'' Tok,tok,tok! Buka pintunya!'' teriak salah satu orang.

'' Hiks,hiks! Mam aku takut!'' rengek Salwa sambil memeluk Mamanya.

''Siapa kalian dan apa mau kalian?'' tanya Pak Tirta setelah turun dari mobil, sedang Pak Salim berdiri di samping pintu mobil sebeleh kiri.

"Dor,dor,dor!!"

Tiga tembakan tepat mengenai dada kiri Pak Salim, Syafa dan Istrinya.

''Mamaa!!'' teriak Salwa histeris.'' Pak Salim tolooong!!"'

'' Non Salwaaa!!''

Dor!!

Satu buah peluru mendarat tepat di kening gadis berusia delapan tahun itu. Peluru itu seketika menghentikan terikan dan tangisan Salwa, Salwa terkulai lemas di samping sang Mama yang juga tewas.

'' Noon ... Noon Salwaaa!!''

Pak Salim Histeris saat melihat anak majikannya itu terkulai lemas dengan darah mengalir di kening. Pak Salim tidak kuasa menahan kesedihannya, kakinya seketika lemas tidak mampu berpijak lagi. Pak salim bersimpuh di samping mobil majikannya, Pak salim tidak kuat saat melihat Pak Tirta dan Salwa di tembak di depan matanya.

"Akh!!"

Pak Salim tersungkur ketanah saat kepalanya di pukul di bagian belakang, sepersekian detik Pak Salim sudah hilang kesadarannya.

'' Bawa Orang ini kegudang, ikat dia jangan sampai kabur!'' perintah pimpinan mereka.

'' Siap,Bos!''

'' Bawa mayat mereka besereta mobilnya ke pinggir kota Bogor, hati-hati jangan sampai terendus Polisi.''

'' Siap, Bos!''

'' Halo Bos, semuanya sudah beres,'' kata penjahat itu saat menelepon bos besarnya.

'' Bagus, seperti yang sudah di rencanakan. Jadikan Pak Salim kambing hitam, main yang rapih, jangan sampai terendus polisi. Dan Satu lagi, Pak Salim jangan sampai kabur sampai berita ini heboh, setelah itu lepaskan Pak salim."

'' Siap,Bos! saya mengerti.''

Tutt!

'' Bawa senjata ini. Jangan di pegang, karena senjata ini sudah ada sidik jarinya Pak Salim. setelah itu buang di sekitar tempat pembuangan mayat nanti.''

'' Siap, Bos!''

13.00 WIB

''Pak Hakim yang terhormat, kami memiliki bukti lain yaitu sebuah percakapan antara klien kami dengan saudara Irawati,'' Darren berjalan mendekati Pak Hakim dan memberikan bukti itu.'' Di situ sudah jelas bahwa Bu Irawati berusaha merayu Pak Irawan untuk melayani nafsu bejatnya.''

'' Interupsi Pak Hakim,'' Adinara menyela.

'' Maaf saudara Adinara, tolong Anda beri kesempatan saudara Darren untuk menjelaskan secara tuntas,'' pinta Pak Hakim.

Darren tersenyum miring saat permintaan Adinara di tolak oleh Hakim. Sementara Adinara duduk kembali dengan wajah penuh rasa kecewa.

'' Pak Hakim yang terhormat, bukti Chat itu sudah jelas bahwa Pak Irawan tidak melakukan pelecehan seksual terhada Bu Irawati. Kami juga punya bukti lain yaitu baju yang di kenakan oleh Pak Irawan saat kejadian,'' Darren menunjukan baju tersebut.'' Di sini terdapat sobekan di bagian belakang, ini sudah menjelaskan bahwa Pak Irawan berusaha untuk menghindar.

'' Kami rasa bukti-bukti yang kami tunjukan, sudah cukup untuk membebaskan Pak Irawan dari segala tuduhan. Pak Hakim yang terhormat, mohon Anda pertimbangkan, terima kasih.''

'' Pak Hakim yang terhormat,'' Adinara berdiri.'' Sebuah Chat belum bisa di jadikan bukti yang kuat, karena saat ini orang bisa dengan mudah mengedit isi Chat itu. Dan soal robek yang berada di baju Pak Irawan, kami memliki pembelaan lain.

'' Menurut klien kami, robekan itu terjadi karena Bu Irawati berusaha mempertahankan diri, saat berontak tangan Bu Irawati tidak sengaja merobek baju Pak Irawan.''

'' Pak Hakim yang terhormat,'' Darren menyela,'' kedua bukti itu mungkin masih bisa di perdebatkan, tapi bagaimana dengan bukti terakhir yang kami punya.''

Darren berjalan menghampiri Pak Hakim dan memberikan bukti itu. Beberapa menit kemudian sebuah Video di putar di sebuah layar yang cukup besar, Adinara membelalakan matanya, ia tediam, menarik napas, kemudian memperhatikan kembali Video itu.

Sebuah rekaman Video yang berisi perbuatan Bu Irawati yang memaksa Pak Irawan untuk memenuhi nafsu bejatnya.

Darren menatap Adinara yang kembali terduduk lemas setelah melihat Video itu. Adinara sudah mengakui kekalahannya, mengakui kalau kliennya saat ini memang bersalah. Tapi yang membuat Adinara tidak terima adalah, kalau ia harus kalah oleh Darren pengacara yang paling ia benci.

''Dari semua bukti yang terkumpul, kami memutuskan kalau saudara Irawan tidak bersalah dan di bebaskan dari semua tuntutan.''

'' Tok,tok,tok''

Darren tersenyum penuh kemenangan, sambil menatap tajam Adinara yang menatapnya penuh rasa kesal, Saat palu Pak Hakim di ketuk dan keputusan telah di ambil.

Langkah kaki Darren terdengar menggema, ia lemparkan gumpalan kertas yang sedari tadi ada ditangannya ke tong sampah. Di luar sana, Pak Edward Sanjaya sedang berdiri tegap di depan mobilnya, dengan kedua tangan di simpan di dalam saku celana.

Darren melempar senyum ke Pak Edward yang terlihat bangga.'' Keren anak Papa. Papa senang kamu bisa mengalahkan anaknya si Rudi itu.''

'' Pasti dong Pa, percuma Darren jadi anak Papa kalau tidak bisa mengalahkan anaknya Pak Rudi.''

'' Hai Rudi,'' Panggil Pak Edward saat melihat Pak Rudi dan Adinara keluar dari pengadilan.

Pak Edward dan Darren berjalan perlahan penuh rasa bangga, mendekati Pak Rudi dan Adinara yang memperhatikan mereka.

'' Saya mau mengajak kalian makan bersama,'' ajak Pak Edward,'' kalian tidak usah malu. Ya, walau anak kamu baru saja kalah oleh Darren anak saya. Ya, anggap saja saya sedang berbagi kebahagiaan dengan kalian.''

'' Tidak usah berbangga diri Edward! Perjalanan masih panjang, masih banyak kasus yang akan anak kita hadapi.''

Pak Edward terseyum sinis, sambil menatap Darren yang berdiri di sampingnya. Sedang mata Adinara menatap tajam Darren dengan wajah kesal.

'' Tapi tetap saja,'' Pak Edward merangkul Darren.'' Yang menang anak saya Darren.''

'' Kau dari dulu selalu sombong Edward! Jangan terlalu sombong, kalau kau terjatuh sakitnya akan lebih terasa."

'' Itu kenyataan Rudi. Kenyataanya saya sama anak saya lebih unggul dari kamu dan anakmu!'' seru Edward kemudian berbalik badan, berjalan pelan, lalu masuk ke mobil bersama Darren.

'' Orang itu selalu sombong sejak dulu!'' ujar Pak Rudi ke Adinara, di saat Adinara pandanganya masih terfokus ke mobil Darren yang perlahan menjauh

'' Tidak usah kamu pikirkan. Ini bukan sebuah kompetisi.''

'' Iya Pa.''

Adinara tersenyum, Adinara berbalik badan mengikuti Papanya masuk ke mobil.

Adinara turun dari mobil setelah sampai di kantornya, ia berajalan pelan, sampai kemudian langkahnya terhenti di depan lift. Beberapa detik kemudian pintu lift terbuka, Adinara masuk.

'' Tunggu!''

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status