Share

Perseteruan Darren dan Adinara 2

Darran berdiri kemudian melihat jam di tangannya.

'' Aku ada sidang, titip kantor yah selama Papa tidak ada,'' ucap Darren kemudian masuk ke ruangannya, beberapa detik kemudian Darren keluar ruangan itu dengan tas di tangan.

Di dalam Lift, Darren kembali bertemu dengan Adinara. Mereka saling diam, tapi sekali lagi kejahilan Darren membuat suasan di dalam Lift itu kembali memanas.

'' Kenapa tadi tidak jadi makan di rumah makan, bu Mar?'' tanya Darren sambil melirik Adinara yang berdiri di sampingnya. '' Oh saya tau, kamu cemburu yah saat kamu melihat saya jalan sama Dokter Clara? Adinara- Adinara, kamu kalau cemburu jangan terlalu di perlihatkan.''

Adinara terdiam, menarik napas, Adinara lebih memilih mendengarkan musik lewat handphonenya, dari pada mendengarkan ocehan Darren yang di anggapnya tidak berguna.

'' Dan soal sidang kali ini,'' Darren kembali menatap Adinara.'' Maaf, kalau saya mengatakan kamu akan kalah lagi. Karena saya memiliki bukti yang kuat di bandingkan kamu!''

Adinara tersenyum miring, Adinara tetap cuek. Adinara justru malah mengencangkan Volume musik yang ada di handponenya.

'' Bisa tidak, kamu dengarkan apa yang sedang saya bicarakan!'' seru Darren yang terlihat kesal.

Adinara mematikan musik di handphonenya. Adinara berkata.'' Kenapa saya harus mendengarkan? Apa pentingnya, menurut saya semua yang keluar dari mulut kamu itu tidak penting.''

Adinara langsung keluar setelah pintu lIft terbuka. Ia berjalan cepat, yang di susul oleh Darren di belakangnya. Mereka benar- benar seperti sedang berkompetisi, Adinara langsung melajukan mobilnya begitu juga Darren. Alhasil, jalanan sore itu seperti arena pacu yang hanya di ikuti oleh Darren dan Adinara.

Darren dan Adinara menghentikan mobilnya secara bersamaan, saat tiba di pengadilan.

'' Aduuh!! teriak Adinara sambil memegangi perutnya.'' Jangan sekarang,Pleas! Sudah tidak tahan lagi.''

Adinara beregas keluar dari mobil, saat perutnya tidak bisa di ajak kompromi. Adinara langsung berlari ke toilet, sedang Darren tersenyum saat melihat Adinara seperti itu.

Adinara masuk ke toilet, menutup pintu, kemudian fokus dengan apa yang di lakukannya.

Ckreek!

Darren mengunci pintu toilet dari luar, kemudian pergi keruang sidang.

'' Pak Darren,'' sapa Pak Joko, Klien Darren kali ini.''Pak Darren sudah yakinkan kalau sidang ini akan saya menangkan.''

'' Pak Joko tenang saja, Pak Joko pasti mendapatkan tanah itu,'' jawab Darren, kemudain balik bertanya.'' Semua sertifikat tanahnya aslikan?''

'' A-asli ... semua asli!''

'' Bagus kalau begitu. Kalau sertifikat tanah itu ternyata palsu, saya tidak bisa membantu.''

Pak Joko terdiam, ia terlihat gugup saat Darren menanyakan soal keaslian sertifikat tanah itu. Tanpa sepengetahuan Darren, Pak Joko ternyata sudah memalsukan semua sertifikat tanah milik keponakannya.

''Silahkan duduk kembali,'' perintah Pak Hakim.'' Sidang akan segera di mulai, mohon tertib, jangan sampai ada keributan.''

'' Maaf Pak Hakim, pengacara saya belum datang!'' teriak Pak Daniel selaku penggugat.

Pak Daniel beberapa kali mencoba menghubungi Adinara tapi tidak ada respon. Bukan hanya Pak Daniel yang kebingungan, semua orang yang berada di ruangan itu juga terlihat bingung kecuali Darren.

Di toilet, Adinara geram saat tau ia di kunci di dalam toilet. Adinara tau siapa pelakuanya, bahkan tanpa menebakpun Adinara sudah tau.

Darren!! bisa tidak sih sehari saja tidak membuatku jengkel, batin Adinara.

'' Halo siapa di luar!'' teriak Adinara sambil menggedor pintu dengan tangannya.'' Halo, tolong saya, saya terkunci di tolet.''

Sampai kemudian terdengar langkah kaki seseorang, dan pintupun terbuka. Terlihat seorang wanita berbadan gemuk sudah berdiri di depan pintu.

'' Terima kasih Mbak, sekali lagi terima kasih,'' ucap Adinara, sedang perempuan itu hanya membalas Adinara dengan senyuman.

Adinara segera berlari ke ruang sidang, karena sudah terlambat beberapa menit. Tapi langkahnya terhenti saat ia melihat Darren sedang menerima telepon.

'' Darren!!!'' teriak Adinara.

Adinara mempercepat langkahnya, dengan ekspersi kesal Adinara mendekati Darren yang terlihat santai sambil menelepon.

'' Auuw!!"'

Darren teriak kesakitan saat Adinara tiba-tiba menendang kakinya, sedang Adinara tetap berdiri di hadapan Darren dengan tatapan kesal.

'' Kamu gila yah, kaki orang main tendang-tendang saja!'' geram Darren.

'' Kamu yang gila. Kamu yang seharusnya di bawa kerumah sakit jiwa, di ikat di sana, dan di kurung sampai kamu mati.''

'' Sembarangan kalau ngomong!'' geram Darren,'' Dasar perempuan aneh!''

'' Heuh? Siapa yang aneh? Bukannya kamu yang selama ini suka bersikap konyol. Sekarang aku mau nanya sama kamu. Siapa yang tadi ngunci aku di toilet?''

'' Siapa?''

'' Siapa? Udah deh, jangan pura-pura, aku tau kamu yang ngunci aku di toilet.''

'' Kamu bisa terkena pasal pencemaran nama baik loh!'' bisik Darren di samping telinga Adinara.

'' Heeh!'' Adinara mendengus kesal.'' Capek berdebat sama kamu, tidak ada gunanya!''

Adinara berjalan cepat masuk ke ruang sidang, di ikuti oleh Darren di belakang.

'' Sidang kami mulai, mohon untuk tidak berbicara dan tetap menjaga ketertiban.''

Di rungan itu seketika hening, hanya terdengar beberapa pertanyaan kepada pihak tergugat dan penggugat. Mereka saling bela dengan argumen mereka masing-masing.''

Adinara berdiri.'' Pak Hakim yang terhormat, klien kami merasa sangat di rugikan dengan adanya pemalsuan sertifikat tanah yang Klien kami miliki. Karena tanpa sepengetahuan Klien kami, tanah milik klien kami tiba-tiba sudah berpindah kepemilikan, padahal Klien kami tidak merasa menjual tanah itu.

''Pak Hakim yang terhormat, kami sudah menyelidiki tentang keaslian Sertifikat tanah yang di miliki oleh saudara Joko. Kami menduga Sertifikat tanah itu telah di palsukan, dan ada oknum-oknum pembuat dokumen-dokmen palsu yang terlibat di kasus ini. Hanya itu saja pembelaan kami, terima kasih.''

'' Pak Hakim, Instrupsi,'' Darren berdiri.'' Sertifikat tanah itu benar-benar asli, dan terdaftar di BPN, jadi kalau misalkan sertifikat tanah itu palsu kenapa bisa terdaftar. Dan menurut kami sebagai kuasa hukum dari Pak Joko, apa yang di utarakan oleh kuasa hukum saudara Novan itu terlalu mengeda-ada.''

'' Instrupsi Pak Hakim,'' Adinara berdiri.

'' Maaf, permintaan Anda di tolak, silahkan lanjutkan.''

Darren kembali tersenyum saat melihat Adinara terlihat kesal, karena permintaannya di tolak.

'' Pak Hakim yang terhormat, kami sudah menjamin kalau sertifikat tanah yang di miliki oleh Klien kami adalah asli. Justru kami menduga sertifikat yang ada di tangan saudara Novanlah yang palsu.''

'' Instrupsi,'' Adinara menyela.

'' Silahkan.''

'' Pak Hakim yang terhormat, sertifikat yang klien kami miliki benar-benar asli, karena beliau adalah ahli waris tunggal dan sertifikat itu di berikan oleh orang tuanya Pak Novan, jadi bagaimana bisa sertifikat itu palsu. Menurut kami, kuasa hukum saudara joko itu terlalu polos, karena tidak mengetahui adanya sindikat pemalsu dokumen,

'' Pak Hakim yang terhormat, kami sudah mengumpulkan bukti tentang keaslian serfitikat tanah milik Klien kami, dan beberapa saksi untuk memperkuat bukti kami.''

Adinara berjalan kedepan dengan membawa beberapa dokumen sebagai bukti, Adinara juga membawa dua orang saksi untuk menguatkan pembelaannya.

'' Setelah kami mengkaji, dan memriksa dengan teliti, berdasarkan bukti-bukti yang ada dan menurut pengakuan para saksi yang di hadirkan. Kami memutuskan kalau Tanah itu secara sah milik Bapak Novan.''

'' Tok,tok,tok,''

Adinara berseru girang, senyum lebarnya terus ia perlihatkan di ruangan itu. Sementara Darren terlihat kesal atas kekalahan yang ia alami, apalagi Adinara menatapnya penuh ejekan dengan menaikan kedua alisnya.

Darren berjalan cepat keluar dari ruangan itu, Darren merasa ia sudah di bohongi oleh Kliennya sendiri.

Tapi kemudian langkahnya terhenti saat ia melihat Adinara sedang berdiri di samping mobilnya, dengan kedua tangan terlipat di dada. Sebenarnya yang membuat Darren kesal adalah saat melihat senyum Adinara yang seperti mengejek.

'' Gimana rasanya kalah?'' tanya Adinara penuh ejekan.

'' Biasa saja! Itu kasus kecil, jadi tidak perlu di banggakan.''

'' Ya ya ya, itu kasus kecil,'' sahut Adinara mengejek.''Itu memang kasus kecil. Tapi yang membuat aku bingung, kenapa Darren seorang anak pengacara terkenal, tidak bisa membedakan mana sertifikat yang asli dan yang palsu.''

Darren menarik napas, membuang muka, berusaha untuk tidak terpancing dengan ejekan Adinara.

''Giamana yah kalau besok muncul di media, kalau Darren anak pengacara terkenal ternyata di bohongi oleh Kliennya sendiri,'' ledek Adinara.'' Hahaha. pasti akan terdengar sangat lucu.'' Adinara tertawa yang terdengar sebuah ejekan oleh Darren.

'' Kau!'' geram Darren,'' awas saja kalau sampai tersebar.''

'' Awas apa? Kamu mengancam?''

Darren menggelengkan kepalanya kemudian hendak masuk ke mobil.

'' Kalau kalah ngaku kalah, jangan gengsi!'' teriak Adinara, kemudian berbalik badan berjalan ke mobilnya, sedang Darren masih tetap berdiri di pintu mobil.

''Akh!''

Adinara terjatuh saat ada sebuah motor yang berusaha menyerangnya. Pengendara motor itu terlihat turun dengan membawa sebilah pisau di tangan.

'' Naraa!!'' teriak Darren, kemudian berlari menghampiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status