Share

Sembilan Belas Tahun Kemudian

Di sebuah ruangan berdinding kayu, seorang pria memancarkan kesedihan samar saat mengusap cincin semestanya. Buku Ilahi, apakah kita akan bertemu lagi, tanyanya dalam hati.

Pria ini bernama Di Tian. Hidungnya terasa masam ketika mengenang beberapa momen di masa lalu.

"Guru, makan siang sudah disiapkan." Suara feminin tiba-tiba memasuki telinga Di Tian, membangunkannya dari lamunan sentimental.

Di Tian lantas membalas dengan suara rendah, "Aku segera ke sana."

"Apa yang Guru pikirkan?" Gadis muda itu bertanya lagi.

Di Tian menggeleng lemah. "Tak terasa sudah sembilan belas tahun sejak aku tiba di planet ini. Apa yang harus aku lakukan agar bisa kembali ke Saint Realm?"

Di masa lalu, dia diburu untuk dibunuh. Bahkan para dewa dan Kaisar Surgawi juga mengincar nyawanya. Beruntung Buku Ilahi mengirimnya pergi di saat-saat kritis. Namun, dia harus membayar harga setimpal. Tubuh fisiknya hancur dan sisa jiwanya hilang entah ke mana.

Buku Ilahi memiliki pecahan kemampuan Dewa Penciptaan. Inilah alasan mengapa dia bisa menciptakan benda apa pun selain makhluk hidup seutuhnya.

Gadis pelayan bernama Ye Xianying kemudian tersenyum ringan. "Yang lalu biarlah berlalu. Kami kakak beradik akan selalu menemani dan melayani Guru sampai kapanpun."

Di Tian menanggapinya dengan sebuah anggukan. Begitu tiba di tempat ini, dia sangat terkejut ketika membuka lukisan yang ada di cincin semestanya. Lukisan itu ternyata memunculkan kakak beradik yang kini menjadi pelayannya.

Seperti yang diharapkan dari Buku Ilahi. Dia mampu menciptakan hal-hal seperti ini. Kedua pelayannya memang hidup, tapi tidak seutuhnya. Setidaknya mereka tidak punya jiwa dan kerumitan hati manusia.

"Selama sembilan belas tahun terakhir, aku telah mempelajari berbagai bidang seni. Meski ini bukan Seni Ilahi yang sebenarnya, aku pikir Buku Ilahi tidak akan terlalu kecewa. Lagipula tubuhku belum bisa menyerap Qi. Mungkin sebaiknya aku tetap berada di sini."

Ye Xianying sekali lagi menyunggingkan senyum menawan begitu melihat ekspresi tuannya sedikit membaik. "Kebetulan saya memasak menu favorit Guru. Mari makan sebelum menjadi dingin."

"Baiklah, panggil Ye Shen juga. Kita akan makan siang bersama," tukas Di Tian diikuti anggukan pelayan cantiknya.

Sosok Ye Xianying pun memudar sebelum lenyap sepenuhnya. Dia melakukan teleportasi ke tempat seseorang yang dia anggap sebagai kakak laki-laki.

Ketika Di Tian tiba di ruang makan, dia langsung duduk sambil memikirkan beberapa hal. Secara bertahap, suara langkah kaki memasuki telinganya. Pemilik suara itu adalah Ye Shen, pelayan laki-laki yang pertama keluar dari lukisan.

Melihat Ye Shen memasang muka masam, Di Tian mengernyit dan bertanya, "Apa yang terjadi?"

Ye Shen menangkupkan kedua tinjunya dan menjawab, "Guru, belakangan ini situasi di seberang penghalang semakin ramai. Saya khawatir hal ini membuat Guru tidak nyaman. Mohon izinkan Ye ini merawat mereka." 

Pupil Di Tian menyempit. Sembilan belas tahun yang lalu, dia tiba di sebuah gunung yang akhirnya dia beri nama Gunung Tiandi.

Sejak awal, lapisan penghalang telah ditetapkan, menjaga Gunung Tiandi dari serbuan pihak asing. Hal ini membuatnya bertanya-tanya apakah Buku Ilahi telah menyiapkan Gunung Tiandi sebelumnya. Namun belakangan ini, lapisan penghalang yang melindungi Gunung Tiandi didatangi banyak orang. Beberapa di antara mereka bahkan telah mencoba untuk menerobos secara paksa. 

"Xianying, bagaimana menurutmu?" Di Tian menyesap seteguk teh setelah bertanya.

"Guru, saya juga sependapat dengan kakak. Setidaknya biarkan kakak menghampiri mereka, memberi kabar bahwa Gunung Tiandi telah memiliki pemilik. Selanjutnya, orang luar yang mencoba menerobos akan dihukum berat."

Mendengar pendapat kompak dari kedua pelayannya, Di Tian menggeleng ringan. Acara makan siang pun menjadi sedikit lebih suram.

Begitu kenyang, Di Tian akhirnya membuka pembicaraan, "Kalian pasti tahu bahwa planet ini penuh dengan pembunuhan dan pembantaian. Aku tahu kalian cukup kuat, tapi bagaimana dengan orang-orang di luar sana? Kita tidak tahu perbandingan antara kekuatan kalian dengan mereka.

Lebih jauh lagi, bagaimana jika latar belakang mereka mengesankan? Bukankah mereka akan memanggil yang lebih kuat untuk berurusan dengan kita? Mari tunggu dan perhatikan situasi. Jika mereka bersikeras memojokkan kita, maka yakinlah bahwa Gunung Tiandi bukanlah cangkang kosong yang mudah untuk dihancurkan!"

Melihat tegasnya reaksi sang tuan, Ye Shen melirik Ye Xianying dan mengirim pesan mental. [Adik, malam ini saya akan keluar untuk memeriksa keadaan di luar penghalang.]

Sepasang mata Ye Xianying berkelip dengan sejumlah antisipasi. "Guru tidak perlu khawatir. Kami akan patuh dan tidak bertindak gegabah. Meski kami tidak terlalu kuat, kami masih bisa menjaga diri."

Di Tian mengangguk puas sebelum pergi menuju kebun belakang. Ketika melewati ruangan tertentu, sebuah guqin tua yang tergeletak di atas meja batu memasuki pandangannya. Pria itu menghela napas ketika otaknya kembali ke masa lalu secara spontan. Kala itu, Buku Ilahi sering bercerita banyak hal mengenai alam semesta.

Di Tian percaya bahwa ada banyak hal yang belum dia ketahui, dan tanpa dia sadari, pemikirannya sama sekali tidak salah. Di antara sekian banyak ketidaktahuannya, salah satunya adalah, aliran waktu di Gunung Tiandi sebenarnya seratus kali lebih cepat dibanding dunia luar ....

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Leo saputra Leo saputra
Bagus semua cerita nya jadi ingi baca terus
goodnovel comment avatar
fsariul
gak nyangka ok juga
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
kdkdkdkdkdmmfmffkfk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status