Share

MALIK

Masih terekam jelas di memori Yusuf, peristiwa menyakitkan yang terjadi sekitar dua puluh tahun lalu. Ketika pertama kali dia mengetahui soal wanita lain yang dimiliki oleh ayahnya. Perempuan itu diketahui bekerja di sebuah resort, dia bertemu dengan Pak Abizard saat pria itu sedang berlibur ke Bali. Cinta timbul di antara mereka meski saat itu Pak Abizard jelas telah menikah, bahkan memiliki seorang putera kecil yang belum genap menginjak usia sepuluh.

Semua menjadi lebih rumit tatkala wanita ke-dua itu mengaku tengah hamil, dan datang untuk meminta pertanggung jawaban. Ibu Yusuf terguncang detik itu juga, hati istri mana yang tak teriris mengetahui dia bukanlah satu-satunya di hati suaminya.

Dengan mata gelap dan tertatih-tatih, suatu malam ibu Yusuf pergi begitu saja, meninggalkan Yusuf tanpa mengucap sepatah kata perpisahan. Sampai Yusuf menginjak usia remaja, hanya sesekali dia datang menjenguk puteranya, tapi setelah Yusuf menginjak usia dua puluh, wanita itu lenyap tanpa kabar. Yusuf tahu keberadaannya, namun dia menolak untuk dijumpai.

Meski sakit hati, Yusuf mengerti, ibunya masih memendam luka yang teramat pedih. Memang berat baginya tiap kali melihat Yusuf. Makin dewasa, rupa dan kepribadian Yusuf makin mirip dengan ayahnya, wajar apabila tiap melihat Yusuf ibunya teringat dengan pria yang sudah menghancurkan hidupnya.

Dan walau sulit, Yusuf lapang dada menerima keputusan sang ibu meski dia sendiri tak bisa memaafkan ayahnya. Dan beberapa tahun yang lalu untuk pertama kalinya, Yusuf bertemu langsung dengan adik tirinya, Malik. Tentu mereka tak langsung akrab, malahan sebaliknya, Yusuf membenci Malik, di matanya anak lelaki itu tak lebih dari sumber kerusakan keluarga. Karena Maliklah ibunya pergi. Sampai kapanpun, dia tak akan menerima Malik dalam hidupnya.

Setelah sekian lama mereka tak pernah berkomunikasi lagi, kini pria muda itu kembali muncul di hadapannya, muncul sebagai pria dewasa yang tubuhnya hampir setinggi Yusuf, dengan perawakan, garis wajah dan mata yang sama persis seperti miliknya.

"Yusuf, akhirnya kamu datang juga," sapa Pak Abizard menyambut Yusuf yang masih diam membeku setelah masuk ke dalam rumah.

Malik yang sejak tadi duduk santai di sofa tunggal berdiri, lantas menebarkan senyum lebar yang seolah mengejek Yusuf. "Halo, Bang ... lama nggak ketemu."

Yusuf mendengus jijik, betapa dia benci tiap kali Malik memanggilnya dengan sebutan 'abang' meski memang tak bisa menampik ikatan di antara mereka. Sapaan dari mulutnya terdengar seperti ejekan, tidak tulus sama sekali.

"Suf, duduk." Pak Abizard memberi perintah. "Mbok ...! Tolong buatin satu lagi ya lemonade nya!"

"Baik, Pak!"

Tanpa membalas sapaan Malik tadi, Yusuf duduk di samping ayahnya. "Langsung aja ke intinya, kenapa Papa manggil aku?" tanya Yusuf tak menutupi rasa jengkelnya.

Pak Abizard melirik Malik sedetik, lalu kembali menatap Yusuf lurus-lurus. "Jadi gini, Suf ... kamu tau kan kalau selama ini Malik sekolah di Bali, tapi sekarang dia udah mulai lanjut kuliah di Jakarta ...,"

"Terus?" sela Yusuf dibarengi alis yang menukik tajam.

"Malik katanya mulai tertarik juga sama bisnis, makanya ... mumpung kamu juga di sini, Papa rasa nggak ada salahnya kalau dia mulai magang sekarang, kamu bisa jadi mentornya."

Yusuf langsung tertawa mengejek. "Papa kira bisnis ini main-main, ya? Apa sekarang anak kuliahan bisa seenaknya untuk join, coba-coba?"

"Kenapa respons kamu harus pahit gitu, Suf? Malik ini kan adik kamu sendiri, suatu saat juga kalian bakal sama-sama ngelola perusahaan Papa. Dan emang udah sewajarnya Malik mulai ikut terlibat, kamu juga bakal terbantu, Suf."

Yusuf menggaruk dagunya yang tak gatal, sesungguhnya semua perkataan ayahnya ingin dia tentang habis-habisan, namun akan sangat melelahkan jika dia harus adu mulut lagi dengan pria tua itu.

"Ya kalau emang itu keputusan Papa, aku bisa apa? Tapi aku nggak mau dia main-main, ini bukan ajang pamer ke temen-temen atau buat lucu-lucuan, aku serius dan aku mau dia berharap sama seriusnya, apalagi GLAM sekarang juga lagi nggal terlalu bagus."

Pak Abizard menatap Malik dengan mata berbinar. "Kamu dengar itu, Malik? Sudah Papa bilang kan, abang kamu ini emang cuma mukanya yang sangar, tapi hatinya baik banget, kamu jangan sungkan minta tolong apapun."

Malik tersenyum simpul, dia tahu benar Yusuf terpaksa menyetujui permintaan ayah mereka.

Kemudian Yusuf bangkit berdiri tanpa menatap Malik sama sekali. "Kalau nggak ada hal lain, aku mau ke kamar sekarang."

"Mulai besok Malik sudah bisa magang ya, tolong kamu kasih arahan dia, jangan biarkan dia sampe kebingungan." Pak Abizard memberi pesan.

"Hm," gumam Yusuf tawar.

Sebelum Yusuf benar-benar naik ke lantai atas, Malik bersuara kembali, "Bang, berita di media itu bener? Cewek itu pacar Abang sekarang?" pancingnya.

Yusuf langsung mengerling tajam, "Sebaiknya tau batasan, jangan campuri yang bukan urusan kamu." Kemudian dia melengos begitu saja.

Pak Abizard yang melihat perubahan pada wajah Malik lekas mengusap bahunya lembut. "Kamu tau karakter Yusuf kayak apa, jangan dimasukin hati, oke?"

***

Kabar kedatangan Malik ke kantor GLAM langsung menjadi topik hangat yang tak henti dibicarakan para karyawan sejak pagi sampai siang, gosip perihal siapa Malik dan apa hubungannya dengan Yusuf pun menjadi berita yang paling sering ditanyakan. Macam-macam spekulasi mulai timbul, entah siapa sumber utamanya.

"Aku dengar sih, Malik itu bukan saudara kandung Yusuf, katanya ya, ibu mereka beda." Ruby menjadi salah satu yang enggan ketinggalan gosip kantor paling panas.

Bella sebaliknya, dia sama sekali tidak menaruh perhatian mengingat kejadian tak mengenakkan yang menimpanya tempo hari, sebaiknya dia menjauh dari berita soal keluarga Yusuf. Dengan cuek, dia melahap makan siangnya tanpa mengindahkan perkataan Ruby.

"Kamu nggak kenal siapa Malik, Bel?" tanya Taufan yang barusan duduk di sampingnya untuk ikut makan siang bersama.

"Ngapain tanya aku? Apa urusannya sama aku?" balas Bella dingin.

"Denger-denger kamu punya hubungan spesial sama Yusuf sekarang," ledek Ruby.

"Jangan ngaco deh kalian, kalian juga kan tau kalau itu cuma gosip murahan! Ya kali Pak Yusuf sama aku, yang bener aja! Mustahil!"

Bella kembali memasukkan sandwich ke dalam mulut, berharap teman-temannya tidak mengungkit pasal Yusuf kembali.

"Tapi aku baru tau loh kalau Pak Abizard itu punya istri lebih dari satu," singgung Ruby tak kapok.

"Ya orang kayak mereka sih, emang udah biasa kayak gitu, kan? Mana mungkin orang kaya kayak mereka setia," timpal Taufan. "Apalagi aku dengar sih, orang turki bukannya biasa kayak gitu?"

"Apa hubungannya sama asal usul negara? Jangan gitu, dong!" tegur Ruby.

"Ya ... Sorry deh, mana tau emang DNA, kan?"

"Gila lu!"

Bella tertegun mendengar pembicaraan keduanya. Entah bagaimana, hatinya sedikit terusik, rasanya akal sehatnya menolak segala teori itu, tidak mungkin Yusuf pria seperti itu. "Udahan ah, kalian bisa-bisanya nge-gosipin bos kita di kantin kantor, kalau ada yang denger gimana?" Hanya itu cara terakhirnya untuk menghentikan percakapan tak menyenangkan ini.

Ketiganya akhirnya diam, sibuk melanjutkan makan siang mereka masing-masing. Tidak sampai saat tiba-tiba Yusuf muncul di dekat meja mereka. Saking kagetnya, Bella nyaris tersedak hebat. Yusuf menatapnya lekat, sementara Ruby dan Taufan membeku, berharap obrolan mereka tadi tak sempat didengar oleh Yusuf.

"Ikut saya," kata Yusuf datar sambil menatap Bella tajam.

"Ta-tapi Pak ... Saya masih makan siang," tolak Bella kebingungan.

"Kalau itu kamu lanjut nanti, kamu nggak akan mati juga, kan?" sahut Yusuf sinis, lalu berbalik pergi begitu saja.

Bella mendecakkan lidah sebal, dia tidak punya pilihan selain buru-buru ikut sebelum Yusuf mengamuk. Ruby dan Taufan saling adu pandang begitu Bella menghilang di balik pintu.

"Mereka tuh ada hubungan apa sekarang? Kayaknya apa-apa jadi nempel mulu. Aneh banget nggak, sih?" selidik Ruby.

Taufan cuma bisa terdiam, tidak satu pun kata keluar dari mulutnya meski matanya jelas mengobarkan sesuatu yang tak bisa dia redam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status