Meski Yusuf bersikeras untuk menghalangi Bella pergi, namun Bella bersungguh-sungguh kali ini. Selang beberapa menit, Bella berhasil mengundurkan diri, dia memilih untuk tak ikut terlibat dalam urusan antara Yusuf maupun Leila. Tinggal mereka berdua di koridor, saling menatap untuk waktu yang agak lama.
"Jadi kamu benar-benar sudah gila sekarang, Suf?" Akhirnya Leila buka suara.
"Mau apa kamu ke sini? Ada urusan apa?" Bukannya menjawab baik-baik, Yusuf malah terkesan menyahut dingin, ketus.
"Kamu keterlaluan ya, Suf! Semalam kamu nggak nyusul aku sama sekali! Kamu malah ... Ngajak dia ke sini? Kamu ... Kamu tidur sama dia?!" Suara Leila meninggi.
Yusuf tertawa sarkastis. "Sorry ya La ... Tapi apa kaitannya sama kamu? Untuk apa kamu tanya soal kami? Kalau enggak ada urusan, kita sudahi aja ya, aku juga udah harus siap-siap buat berangkat kerja," tutupnya datar.
Setetes air hangat jatuh di pipi Leila. Tak pelak timbul iba di hati Yusuf. Gadis itu men
Malik menemukan sosok sang ayah di halaman belakang rumah. Pria paruh baya itu tengah mengisap sebatang cerutu sembari menikmati pemandangan halaman hijau yang indah. Malik mendekat lalu dengan percaya diri berujar, "Kayaknya Bang Yusuf serius punya hubungan sama perempuan itu, Papa sudah tau? Apa Papa bakal diam aja?"Tanpa menoleh, Pak Abizard menjawab, "Kamu sudah cari tau tentang dia?""Belum. Aku cuma tau kalau dia beberapa kali tidur di apartemen Bang Yusuf, jadi gimana ... Apa Papa bakal diam aja?" Malik melirik penuh arti.Pak Abizard mengembuskan asap rokok ke udara, wajahnya gusar. "Kamu cari tau siapa dia. Siapa ayahnya, siapa ibunya, apa pekerjaan mereka, laporkan semuanya sama Papa. Kamu paham?""Gimana kalau Bang Yusuf ngotot menikahi dia, Pa?" pancing Malik."Kenapa kamu pengin tau banget sekarang? Apa yang kamu incar?""Pa ... Jangan salah paham, aku sadar posisi aku, kok. Aku cuma penasaran aja, aku kan adiiknya juga, aku ma
Sepanjang rapat dengan pihak sebuah merek perhiasan, hati Bella tak kunjung tenang, rasanya dia tak seharusnya berada di tempat ini bersama para pengusaha kaya raya dan mumpuni di bidang masing-masing. Bella sendiri nyaris tak mengerti apa yang mereka bicarakan, dia hanya diizinkan untuk melihat beberapa kalung dan cincin berlian yang akan mengisi majalah edisi selanjutnya.Namun Bella sama sekali tak berani untuk menyentuh produk-produk contoh itu, harganya pasti selangit, bisa gawat apabila Bella melakukan kesalahan."Kamu tertarik? Mau satu set?" tanya Yusuf di samping telinga Bella.Bella terperanjat, "Nggaklah, liatnya aja udah syukur, Mas," bisik Bella gugup."Nggak apa-apa, kalau emang kamu mau, kita bisa ambil satu set." Yusuf berujar enteng.Dan ucapan Yusuf saat itu bukanlah sekadar isapan jempol. Sebab setelah rapat berakhir, satu set kalung berlian beserta gelang dan cincin masih ditinggal di atas meja. Yusuf keluar sebentar untuk menga
Selera makan Yusuf langsung hilang begitu saja, Mia yang bisa membaca air muka sepupunya juga terlihat sangat tidak nyaman. Muka Yusuf mengeras, rahangnya menggeretak, Mia tahu sebabnya apa, dia tak pernah dihina seperti ini, baru Bella saja yang berani pergi dari acara makan siang yang dia siapkan.“Pak, saya tuang juga ya teh ke dalam gelas Bapak ...” Emma berusaha untuk mencairkan ketegangan dalam hati Yusuf.“Nggak usah,” tolak Yusuf ketus. “Saya nggak selera makan sekarang, kalian lanjut aja tanpa saya.” Yusuf berdiri.“Ta-tapi Pak ... ini kan perayaan atas keberhasilan tim kita ...?” Emma berupaya mencegah.Tidak bereaksi apapun, Yusuf ikut melenggang dari sana. Tinggal Mia, Emma, dan beberapa karyawan lainnya yang ditinggal dalam kebingungan.“Bu, maaf ... Pak Yusuf emang betulan ada hubungan ya sama Bella?” selidik salah s
Kedua tangan Bella menyilang di depan dadanya, menutupi bikini yang diberikan oleh Yusuf kepadanya. Selama lebih dari sepuluh menit sudah dia bercermin di toilet, dan tak berani keluar untuk menemui Yusuf yang sudah lebih dulu menceburkan diri ke dalam kolam renang.“Ngapain sih aku di sini? Kenapa juga aku harus nurut terus? Duh Bella ... ayo ngelawan, dong! Minta pulang sekarang!” erangnya sebal.Dengan sifatnya yang tidak terduga dan selalu penuh spontanitas, hanya Yusuf seorang yang tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Bella bahkan tak berani untuk memikirkannya, seperti apa jadinya jika mereka berada di kolam renang dengan dirinya memakai bikini saja. Rasanya seolah mereka sedang menjalani bulan madu, mengerikan!“Bel!! Lama banget! Bikininya pas nggak? Atau mau aku cari gantinya?”Suara Yusuf disertai suara ketukan pintu toilet membuat Bella terperanjat.“Ja-jangan masuk! Aku ... aku nggak jadi pake bikini
Tangan Yusuf yang besar dan kuat perlahan menggerayangi paha Bella sampai ke perut bagian bawah gadis itu. Sampai tak hanya sekali saja Bella menggelinjang menahan sensasi geli yang menyerang sekujur tubuhnya.Untuk sesaat kepala Bella lurus menatap ke langit yang terhampar luas di atas kepalanya. Biru langit ditambah sinar senja dan kemerahan sesaat membawanya melupakan apa yang sedang terjadi. Kawanan burung terbang di atas langit yang jauh, rasa takut di hati Bella sedikit berkurang melihatnya.Namun tiba-tiba pandangan Bella terhalang oleh wajah Yusuf yang mendadak muncul di depan mukanya. Mata pria itu terlihat sudah sangat sayu, redup menatap mata Bella yang cerah. Mereka saling bertatapan selama sekian detik sebelum Yusuf menenggelamkan mukanya ke leher Bella sambil membisikkan kata-kata yang menggoda.Bella tak bisa menahan dirinya untuk tidak mengeluarkan desahan. Ribuan kupu-kupu seolah berterbangan dalam perutnya, dan saat itu juga tiba-tiba dia meras
Sesaat setelah Bella turun dari lift, dia baru sadar sejak tadi hampir seluruh pasang mata karyawan menatap sinis kepadanya. Bella bergegas menuju meja kerja seolah tak terjadi apa-apa. Ruby mendekat lalu merangkul pundaknya kuat-kuat.“Bel, kamu semalam pergi sama Pak Yusuf ke mana? Hm? Ngapain aja kalian?” todongnya tanpa ragu-ragu.Bella terkesiap sambil pura-pura lugu menyiapkan meja kerjanya. “Ngomong apa sih kamu? Nggak ada apa-apa!”“Jangan sok bego deh, Bel. Kami kan tau kemarin kamu sama dia tiba-tiba aja menghilang dari kantor, Bu Mia juga bilang kok kalau kalian pergi berdua. Kalian ke mana? Soal itu udah nyebar di kantor, loh! Semua orang udah tau!”“Ya terus kalau tau kenapa? Udahlah By ...” Bella mendorong tangan Ruby dari pundaknya.“Jadi soal itu benar?” Terdengar suara Taufan yang entah sejak kapan berdiri di depan meja Bella.Sekali lagi Bella tergagap, mata Taufan
Tangan Bella menggenggam kuat sendok dan garpu sambil terus matanya mengawasi gerak-gerik Malik yang duduk di hadapannya.“Jadi, emang betul kalian juga sekantor?” ulang ayah Bella setelah mendengar segala penjelasan dari Malik.“Iya betul, Pak. Abang saya, Yusuf, pacarnya Bella itu sekarang adalah direktur, atasan kami berdua,” jawab Malik.“Wah ... mimpi apa Ibu semalam? Ternyata anak Ibu punya pacar orang hebat, lain kali kamu harus bawa di ke sini, Bel, Ibu juga pengin ketemu.” Ibu Bella tak kuasa menahan antusias.“Ya, Bu. Saya sendiri yang lain kali akan ajak abang saya ke sini,” sahut Malik. “Tapi maaf ya, malah saya yang datang duluan, nggak bilang-bilang dulu, lagi. Kesannya saya nggak punya sopan santun, tapi sebetulnya emang saya sangat penasaran dengan calon keluarga kami nanti.”Ibu dan ayah Bella spon
“Jangan bawel deh kamu!” Yusuf membelok dan berhenti di depan sebuah restoran mewah.“Bawel? Aku bawel? Wajar kok pertanyaan aku!”Yusuf mematikan mesin mobil lebih dulu barulah dia menoleh kepada Bella. “Dengar, jangan ge-er kamu, ya. Kamu kira aku ini cowok freak macam apa? Aku Cuma ngawasin gerak-gerik si Malik, aku tau dia lagi merencanakan sesuatu, makanya aku ngikutin dia. Dan benar kan dugaan aku? Ngapain coba dia tadi? Harusnya kamu berterima kasih karena aku sangat hati-hati, kalau aja tadi aku nggak datang, kira-kira kamu bakal diapain sama dia?” omel Yusuf berbangga diri.“Aku nggak mau terlibat sama urusan kalian! Mau kalian ada dendam pribadi atau apa, tolong jangan libatin aku, apalagi keluarga aku! Mas tau, nggak? Tadi dia datang ke rumah orang tua aku, dia makan malam sama kami!” beber Bella.Yusuf memijat keningnya sebentar. &ldqu