Sejak lama, nama lain Malik adalah BAYANGAN. Dia memang tak lebih dari bayangan Yusuf. Sejak lahir, Yusuf telah mendapat pengakuan, sesuatu yang tak pernah didapat oleh Malik. Seluruh keluarga dan kolega bisnis Pak Abizard melihat Yusuf sebagai penerus yang mampu, disegani, terpandang, dan punya karisma sebagai calon pemimpin hebat.
Hal lain diperoleh oleh Malik. Dia adalah kebalikan, dia adalah aib yang harus disembunyikan, ibarat sampah yang harus ditimbun, atau dibuang jauh-jauh agar tak tercium baunya.
Ketika kecil dulu, Malik selalu menatap iri sekaligus kagum kepada Yusuf. Yusuf sungguh sempurna di matanya. Sebagai anak yang tumbuh seorang diri, dia melihat Yusuf tak ubahnya seorang kakak, kakak yang dia harapkan bisa menjaga dan melindungi dia. Malik pernah beberapa kali mencoba mendekati Yusuf, ingin mengajaknya bermain selayaknya anak pada umumnya.
Namun, pandangan Malik terhadap Yusuf seketika
Janji Yusuf sungguh dia tepati. Berkat dirinya, Malik hanya mendapat hukuman satu tahun penjara, dengan beberapa syarat tentunya. Setelah lepas sebagai tahanan kota selama enam bulan pula, Malik akhirnya bisa pulang ke Indonesia. Ada rencana besar yang akan dia laksanakan di sana. Seluruh keluarga dan kerabat berkumpul di rumah induk yang kini ditempati Yusuf dan Bella untuk menyambut kepulangannya.Selain rasa kangennya terhadap puterinya sudah menggunung, dia pula telah berencana untuk menikahi Leila. Kabar itu sudah lebih dulu diketahui Yusuf dan Bella, keduanya mendukung niat mulia Malik.Sejak menjanda, Leila memang tidak punya niatan untuk mencari pengganti Yusuf, fokusnya hanya merawat puterinya yang diberi nama Aisyah Aktaf. Aisyah seusia dengan Deniz, sekarang usianya telah lebih dari dua tahun, sedang gemar-gemarnya berlatih bicara dan berjalan, sedang usia-usia paling gemasnya.Ketika tahu Malik ak
Tiga tahun telah berlalu sejak pernikahan Malik dan Leila berlangsung dengan lancar. Keduanya memutuskan untuk pindah ke Turki tahun lalu sebab bisnis fashion yang dikelola oleh Leila berkembang pesat di Turki seperti yang dia harapkan. Sama halnya dengan Malik dan Leila, hubungan Bella dan Yusuf pun terbilang stabil selama tiga tahun ini. Deniz kini telah menginjak usia lima tahun, baru-baru ini dia telah masuk ke Taman Kanak-kanak, dan hari-harinya pun lebih banyak dihabiskan di rumah neneknya, entah itu bersama Erika maupun Tiara yang kerap datang untuk menjemputnya. Seperti pada minggu pagi hari ini, suasana rumah Bella terlalu senyap, nyaris tak ada suara terdengar. Deniz sedang berada di rumah Erika menghabiskan libur akhir pekannya, di rumah hanya ada Bella dan Yusuf. Suami istri itu masih terlelap di atas tempat tidur empuk mereka meski jam telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Semalam entah berapa kali Yusuf menggempur Bella tanpa tahu waktu dan lel
Hujan yang sudah seminggu lebih kerap mengguyur kota Jakarta membuat suhu udara lebih dingin dari biasanya. Awan gelap masih merajai cakrawala, tampaknya hujan disertai petir akan segera turun lagi seperti semalam.Seorang gadis bertubuh ramping keluar dari sebuah kafe dengan tangan kiri memegang sebuah cangkir kopi hangat sedang tangan kanannya masih erat menggenggam ponsel pintar yang menempel pada daun telinga. Angin menerbangkan ujung anak rambutnya yang mencuat dari ikatan ekor kuda. Sebentar dia rekatkan jaket kelabu yang menutupi tubuh mungilnya.“Iya ... iya, ini aku udah di jalan, kok! Sebentar lagi juga aku sampe!” pungkasnya pada si penelepon.“Buruan dong, Bel! Kamu tau kan kalau hari ini tuh bos kita bakal datang?! Bisa-bisanya telat!” Terdengar omelan dari ujung panggilan.“Bos? Bos siapa?!” kening gadis bernama Bella itu mengerut, sesaat dia mengingat-ingat apakah ada sesuatu yang dia lupakan.&ldq
Jantung Ruby berdetak mengikuti irama derap sepatu Yusuf yang mendekat. Bersama karyawan satu divisi lainnya, gadis itu berdiri teratur dengan kedua tangan terlipat di depan perut."Sampe sekarang Bella belum datang juga," bisik Taufan yang ikut berdiri di samping Ruby."Baru sekarang kan kamu panik. Kalau ternyata Yusuf orangnya sama kayak Pak Abizard, bisa mampus dia."Percakapan keduanya sudah harus diakhiri lantaran pintu kaca yang terdorong disusul masuknya sesosok pria bertubuh tinggi tegap. Sempat tergagap, para karyawan yang sudah berbaris cepat-cepat membungkuk menyapa dibarengi senyum lebar."Selamat datang Pak Yusuf Aktas," sapa Ruby seraya menegakkan kepalanya lagi.Alih-alih menjawab sapaan Ruby, Yusuf justru menyisir seisi ruangan dengan mata elangnya yang tajam. "Semua udah datang?" tanyanya pelan tapi menusuk.Ruby melirik Taufan sedetik lalu menelan air ludahnya sendiri dengan gugup. Hening. Tak satu pun berani menjawab pert
"Masuk," titah Yusuf sambil membukakan pintu mobil mewahnya untuk Bella.Bella mematung terheran-teran. "Ma-mau ke mana ini, Pak?""Masuk!" ulang Yusuf tegas.Mau tak mau, Bella masuk dan duduk di sebelah kursi pengemudi, kemudian Yusuf ikut masuk dan duduk di belakang kemudi.Cuma berdua? Batin Bella makin kebingungan. "Pak ... Ini mau ke mana, ya ...?" lirih Bella sambil memijat kedua tangannya di atas paha.Tanpa penjelasan, Yusuf menginjak gas dan melajukan mobilnya membelah jalanan Jakarta yang padat merayap.Selama di perjalanan, keduanya sama-sama diam, Bella bungkam dalam kegelisahan sekaligus ribuan tanda tanya. Satu yang pasti, aroma parfum Yusuf yang maskulin begitu menyengat hidung Bella sampai rasanya gadis itu melayang dibuatnya.Dan setelah hampir dua puluh menit berputar-putar di jalanan ibu kota, mereka akhirnya sampai di sebuah mal besar. Setahu Bella, pusat retail itu juga milik keluarga Pak Abizard, tapi dia sama s
Mobil mewah milik Yusuf berhenti tepat di depan sebuah rumah besar berlantai tiga dengan halaman luas yang ditumbuhi rumput jepang serta dipagari pohon-pohon taman setinggi rata-rata orang dewasa.Dengan wajah tak senang, Yusuf masuk ke dalam rumah, dan segera disambut oleh seorang pelayan paruh baya. "Pak Abizard sudah pulang, Beliau menunggu Anda di meja makan," ungkapnya tanpa basa-basi.Seolah sudah mengetahui hal tersebut, Yusuf tak bereaksi sama sekali. "Bilang saya sudah makan," katanya tawar seraya bersiap untuk menaiki anak tangga.Namun sebelum Yusuf menginjak anak tangga pertama, sebuah suara menahan langkahnya, "Kamu nggak kangen sama Papa, Yusuf?"Yusuf melirik ayahnya dengan berat hati, "Aku capek, lain kali aja ngobrolnya.""Kamu tau Papa sangat menghargai kerendahan hati kamu yang sudah bersedia untuk datang ke sini membantu bisnis Papa.""Bukan berarti semuanya udah balik normal, Pa," tegas Yusuf."Papa tau Papa bersa
"Apa-apaan itu tadi? Kamu nggak tau berapa banyak wartawan di depan? Kamu nggak sadar kamu keliatan kayak orang aneh berdiri sendirian di sudut gitu?"Bahkan sampai setelah mereka berada di aula, Yusuf tak berhenti mengomeli Bella."Ya ... sekuritinya nggak bolehin masuk, Pak.""Ya wajar! Emang itu tugas dia!" sambar Yusuf cepat sambil merogoh sakunya. "Sini hape kamu!" pintanya cepat.Walau sempat bingung, Bella buru-buru menyerahkan ponsel pintarnya kepada Yusuf, dan beberapa detik kemudian dikembalikan."Udah saya save nomor saya di situ. Hubungi kalau penting," kata Yusuf datar. Bella mengangguk sekenanya sambil memasukkan ponsel pintarnya kembali ke dalam tas tangan.Pandangan Yusuf beredar sebentar menyisir aula sebelum kembali terarah pada Bella, barulah dia sadari penampilan Bella seutuhnya. "Kamu kira ini pesta kawinan apa?" kritiknya sambil mendecakkan lidah lagi."Ma-maaf, Pak ... terlalu kasual, ya?" Bella menggaruk tengku
Bella masih terkekeh dengan tubuh sempoyongan ketika Yusuf menyeretnya ke area parkir hotel berbintang tersebut."Ngerepotin aja!" damprat Yusuf sambil menuntun Bella untuk duduk di kursi depan mobilnya.Setelah dia memasangkan sabuk pengaman di tubuh Bella, Yusuf duduk di kursi pengemudi dan mulai menyalakan mesin. Namun tiba-tiba tubuhnya tercekat, "Tunggu ... rumah kamu di mana?"Bella yang tadi masih setengah sadar dalam keadaan agak oleng kini telah sepenuhnya kehilangan kesadaran. Yusuf mendecakkan lidah sebal. "Harus ke mana cewek ini dibawa?" lirihnya memutar otak, untung terbersit satu lokasi.Satu tempat yang diyakinkan Yusuf akan aman untuk Bella, bukan rumah ayahnya tentunya, melainkan studio apartemen milik pribadinya, tempat yang kadang dikunjungi Yusuf apabila dia butuh waktu untuk sendiri.***Sinar mentari yang terik menembus kaca jendela besar, jatuh tepat di atas wajah Bella yang masih tertidur di atas sebuah tempat tidur