Share

7. Tujuh

KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 7

PoV Rey

"Apa?" Aku menoleh saat Ulfa memanggilku kembali. Aku pikir ia berubah pikiran, ternyata ia hanya mau meminta mobil yang biasa kukendarai.

 Tepuk jidat, memang bukan hanya rumah dan toko yang sudah balik nama atas nama dia, bahkan mobil juga. Kalau sudah begini, aku tidak bisa berkutik lagi.

Aku merogoh kunci mobil di celana. Ulfa benar, mobil yang selama ini kukendarai ini juga atas namanya.

Aku dulu memang sangat mencintai wanita di depanku ini. Bahkan aku rela melakukan apa saja asalkan dia bahagia, termasuk memberikan semua aset yang kumiliki. 

Aku pikir kami akan bisa hidup bahagia selamanya. Karena itulah aku tidak berpikir ulang saat semua aset menjadi atas namanya.

Ulfa tidak pernah memintaku untuk memberikan semua aset, tetapi ini atas inisiatifku sendiri. Semua ini kulakukan sebagai penghargaan karena ia rela meninggalkan keluarga yang menyayanginya demi aku.

Awalnya, hubunganku dengan Ulfa tidak pernah mendapatkan restu dari keluarganya. Aku berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan restu terutama dari ibunya yang begitu keras menentang hubungan kami. 

Mama sangat menyayangi Ulfa seperti anak sendiri, bahkan sebelum kami menikah, mereka sudah sangat dekat seperti anak dan ibu kandung. 

Ulfa sering kuajak datang ke rumah sebelum kami resmi menikah hingga mama merasa seperti anak sendiri, apalagi mama tidak punya anak perempuan. Ya, aku dua bersaudara, dan adikku juga laki-laki yang masih jomlo hingga saat ini.

Kata Mama, lebih baik pacaran di rumah saja dari pada diajak pergi ke suatu tempat, apalagi tempat yang sepi, bisa bahaya nanti. Ulfa sudah mengenal baik dengan seluruh anggota keluarga termasuk dengan keluarga besar.

Ulfa memang anak yang manis, pandai bergaul dan pintar memasak. Tidak heran, setiap kali datang ia selalu menyempatkan diri untuk memasak meskipun hanya sekadar masak nasi goreng. Entah apa rahasianya hingga rasa masakannya begitu pas di lidah dan membuat ketagihan, terutama mama yang sangat menyukai masakan Ulfa.

Terkadang aku merasa cemburu melihat Ulfa lebih akrab dengan Mama dibanding denganku yang notabebe adalah anak sendiri. 

Bukan hanya itu saja, aku juga sering mengajak Ulfa ke acara keluarga besar  meskipun kami belum resmi menikah.

"Owalah, ini tho calon istrinya, Rey. Cantik sekali kamu, Nak?" tanya Tante Erny pada saat pesta pernikahan salah seorang kerabat yang dihadiri seluruh anggota keluarga besar.

"Iya, dong, Er, calon mantu siapa dulu!" Mama tersenyum bangga sambil merangkul calon menantu kesayangannya itu.

Kami bahkan memakai baju seragam keluarga, aku, Mama, Papa, Gibran--adikku, dan Ulfa memakai baju yang sama yaitu batik, padahal Ulfa belum menjadi menantu.

"Mama sudah sreg sama Ulfa, pokoknya kalian harus nikah secepatnya." Mama tersenyum penuh arti padaku.

Bagaimana mau menikah secepatnya, sementara ibunya Ulfa masih belum merestui hubungan kami.

    

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Latifah
suka tapi sayang g bisa tamarin cerita. soalnya g punya akses untuk dapat koin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status