Share

Menggerebek Suami Dan Selingkuhannya (Season 1 & 2)
Menggerebek Suami Dan Selingkuhannya (Season 1 & 2)
Penulis: Pena_Receh01

Bab 1 (Revisi)

Maura keluar bilik mandi, ia kini telah rapi berpakaian dengan jubah tidurnya. Lelaki yang berstatus suaminya terlelap begitu pulas, bahkan sampai mendengkur. Dia mendekat dan mengusap puncuk kepala pria itu, lalu menoleh saat mendengar suara notifikasi pesan dari benda pipih milik sang suami.

"Siapa yang chat? Mungkin aja penting, mendingan aku cek aja," ucap Maura.

[Mas udah pulang, besok malam kamu ke rumah ya. Mas kangen, jam seperti biasa. Setelah Mas kasih susu buat Maura.] - Hamdan.

[Cepetan ya kasih obat tidur ke susu itu, aku pengen ketemu sama Mas Hamdan. Kangen banget,]

Mata Maura memerah saat membaca deretan pesan dari ponsel sang suami. Lelaki itu tidak terusik sama sekali dengan notifikasi chat dari handphonenya.

"Apa maksudnya ini ...."

Maura berkata dengan lirih, ia berusaha membuka layar tetapi, benda tersebut memakai sandi.

"Kenapa pake sandi segala, biasanya, kan, enggak."

Wanita itu bergumam, ia masih berusaha menyangkal semua rasa curiga. Tetapi, saat tahu benda pipih tersebut terkunci dengan sandi. Hati perempuan mana yang tidak menduga-duga.

"Apa Mas Hamdan selingkuh? Aku harus cari tau. Kalau benar, aku harus balas dan mengambil hak anakku," batin Maura.

Perempuan yang berstatus istri dan Ibu itu bergegas meletakan benda pipih tersebut. Lalu melangkah keluar dengan perasaan yang campur aduk.

"Jangan sampe aku minum susu pemberian Mas Hamdan," gumamnya pelan.

Dia berusaha tetap tegar untuk sang buah hati. Kini putrinya sedang menginap di kediaman Ibu mertua.

"Kenapa Mas Hamdan tega menduakanku? Setidaknya apa dia tidak memikirkan Delia."

Air mata berjatuhan ke pipi wanita itu. Seberapa pun kuat menahan, dia hanya perempuan yang hatinya rapuh. Dia berlari menuju dapur, ia memekik mengeluarkan rasa sakit hati.

"Kamu jahat, Mas!"

Maura langsung mengusap air matanya saat terdengar suara bel. Bergegas menuju pintu utama lalu membukanya. Terlihat seorang gadis yang mengulas senyum dan memamerkan rantang yang di bawa.

"Mawar, ada perlu apa ke sini?"

Tatapan Maura penuh dengan kebingungan. Banyak tanda tanya di kepalanya karena perempuan itu selalu datang kala sang suami berada di rumah.

"Denger-denger Mas Hamdan baru pulang? Aku bawain makanan nih buat kalian," jawab Mawar.

Maura bersidekap menatap perempuan itu, bahkan sekarang memiringkan kepala.

"Kenapa kamu selalu kasih makanan buat kami? Kamu, kan perantau. Harusnya yang itu kamu hemat lho," nasihat Maura.

Dia menatap dengan tatapan aneh pada gadis itu.

"Gal papa kok, Mbak. Gak boleh lho nolak rezeki."

Gadis itu selalu menampilkan riak bersahabat pada mereka. Maura berusaha mengabaikan rasa penasaran itu lalu mengajaknya masuk.

"Hm ... makasih. Ayo masuk! Kamu mau minum apa?" tanya Maura.

Setelah sampai di ruangan tamu, Mawar langsung mendaratkan bokong ke sofa. Perempuan itu berlaga seperti pemilik rumah saja, tidak ada rasa sungkan sedikitpun.

"Air putih aja, Mbak. Oh iya, Mas Hamdannya mana ya?" tanya Mawar.

Perempuan tersebut celingak-celinguk mencari keberadaan suami Maura.

"Tidur, emang ada urusan apa cari suamiku?" tanya Maura.

Wanita itu sedikit kesal karena Mawar selalu saja mencari suaminya. Dia tidak jadi mengambilkan air minum dan memilih mendaratkan bokong di sofa yang berhadapan dengan Mawar.

"Eh ... anu, aku besok mau nebeng, Mbak. Kan searah tuh ke kampusku."

Mawar menampilkan seringai saat mengatakan demikian. Terlihat Maura menghela napas mendengar jawaban wanita itu.

"Ya udah, nanti Mbak kasih tau ke Mas Hamdan."

Mendengar jawaban Maura, perempuan itu mengulas senyuman. Ia lekas bangkit dan pamit pada istri Hamdan yang dibalas anggukan wanita tersebut.

***

Malam berikutnya, Hamdan menyodorkan segelas susu pada sang istri.

"Sayang, ini minum susunya. Habisin ya!"

Maura yang tengah bersantai di kamar dengan menyandarkan tubuh di kepala ranjang langsung mendongak.

"Iya, Mas, makasih ya."

Maura menerima gelas yang berisi susu tersebut. Ia bimbang menatap minuman buatan sang suami, yang selalu dibuatkan lelaki itu setiap malam.

Suara dering ponsel yang bergetar di saku Hamdan membuat Maura mengulas senyum tipis. Lelaki itu langsung pamit untuk mengangkat telepon. Hamdan memberikan wejangan bahwa susu harus habis kala dia kembali.

Setelah lelaki itu menghilang dari balik pintu. Maura bergegas turun dari ranjang dan menuju bilik mandi untuk menumpahkan isi gelas tersebut hingga tandas. Lalu melangkah ke kamar lagi dan meletakan benda itu di nakas.

"Susunya udah abis?"

Saat masuk ke kamar, lelaki itu langsung menanyakan susu tersebut. Melihat gelas tersebut kosong, Hamdan mengulas senyuman bungah.

"Bagus! Kalau gitu ayo kita tidur sekarang," ajak lelaki itu.

Hamdan beranjak ke kasur lalu berbaring di samping sang istri. Mendengar ucapan lelaki itu, Maura membalas dengan anggukan dan berpura-pura menguap lalu menutup mata.

Dua puluh tiga menit berlalu, Hamdan bergegas turun dari tempat tidur. Ia tersenyum bahagia kala melihat Maura yang sudah terlelap. Dengan langkah pelan, lelaki itu melangkah keluar untuk menyambut wanita yang telah menunggu di pintu dapur.

"Mas! Kenapa lama banget," keluh Mawar.

Wanita itu langsung berhamburan memeluk tubuh lelaki pujaannya.

"Maaf. Ayo mendingan kita cepet ke ruang tengah, takut tetangga lihat," ajak lelaki itu.

Mawar mengangguk dia langsung melepaskan pelukannya. Sedangkan lelaki itu dengan gerakan cepat mendekap pinggang ramping selingkuhannya.

Kedua manusia itu lantas melakukan pergumulan terlarang di ruang tengah. Bahkan mereka tak segan memutar film dewasa seraya meniru adegan tersebut.

Maura yang sebenarnya belum tertidur lekas keluar kamar, karena ingin menangkap basah perselingkuhan sang suami. Saat hendak memasuki ruang tengah, ia langsung bersembunyi. Kala melihat sekilas pemandangan yang membuat dia syok.

"Astagfirullah, ternyata Mawar orang ketiga dalam rumah tanggaku," pekik Maura pelan.

Berusaha menetralkan diri dan hati yang terluka. Maura bergegas ke kamarnya lagi, untuk keluar rumah lewat jendela. Setelah dirinya berada di luar kediaman, ia segera berlari ke rumah ketua RT yang jaraknya lumayan dekat.

Mendengar penjelasan Maura, Pak RT lantas mengerahkan warga yang belum tertidur. Istri Hamdan mengetuk pintu seorang penghulu dan memintanya untuk ikut ke kediaman.

Semua berkumpul di depan kediaman Maura, dia menyuruh mereka langsung masuk ke rumah dengan mengendap-endap. Ternyata Hamdan dan Mawar yang tadinya di ruang tengah sudah berpindah ke kamar tamu. Tanpa pikir panjang, Maura meminta agar beberapa warga untuk mendobrak pintu tersebut.

Pintu kamar itu terbuka, terlihat Hamdan dan Mawar kini tengah asik bercumbu. Mungkin tadi mereka larut dalam gairah sampai tidak menyadari pintu yang di dobrak. Keduanya terkejut mendapatkan kejadian yang mungkin tidak dipikirkan oleh mereka.

"Cepat pake baju kalian!"

Pak RT memerintahkan dengan nada tinggi. Dengan tergesa-gesa mereka langsung bergegas menyelimuti tubuh. Lelaki yang berstatus suami Maura menatap sang istri dengan nanar. Masih terlihat wajah sembab dan hidung merah itu.

Maura langsung melangkah dengan lebar, dia mendekati keduanya dan menampar pasangan mesum tersebut.

"Tega kamu, War."

Dia menjambak rambut gadis itu, karena perempuan tersebut menunduk sambil terisak. Seperti seorang yang habis diperkosa, padahal dia menikmati kegiatan itu.

"Dasar jalang! Apa kamu gak mikirin perasaanku, kamu juga wanita, bukan!"

Maura dengan emosi menampar pipi perempuan itu lagi. Tatapannya beralih pada sang suami, ia memancarkan pandangan terluka.

"Kamu jahat, Mas! Setidaknya pikirkan Delia dulu sebelum kamu melakukan sejauh ini."

Hamdan terus berkata maaf saat mendengar ucapan Maura. Wanita itu mengembuskan napas kasar.

"Cepat pake baju kalian! Lalu keluar. Kami menunggu di ruangan tamu, untuk menikahkan kalian."

Hamdan terkejut mendengar ucapan sang istri. Sampai netranya membulat, pria itu tidak percaya. Jika wanitanya malah mau menikahkan dia dan Mawar.

"Mbak serius? Makasih ya, Mbak."

Wanita itu memekik girang saat mendengar perintah Maura yang sama sekali tidak ada dipikirannya.

"Kalian hanya bisa nikah siri."

Maura keluar dan mengajak semua orang untuk meninggalkan kamar itu menunggu mereka bersiap.

"Mas! Akhirnya kita bisa menikah. Aku seneng banget," pekik Mawar.

Dia memeluk Hamdan lalu berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan memakai pakaian.

"Kenapa Maura ngomong gitu, tapi ... sudahlah. Mungkin ini resekiku dapet istri dua,' ucap Hamdan.

Lelaki itu langsung mengikuti calon istrinya yang membersihkan diri di bilik mandi. Sedangkan Maura yang mendengar perkataan pasangan mesum itu hanya mengulas senyum sinis.

"Kalian pikir aku akan membiarkan kalian bahagia! Tunggu saja ... ini baru permulaan. Kalian harus mendapatkan balasan."

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Hendri Safran
keren.. bikin mereka menderita
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
kmu usir kedua orang berhianat itu dn suru kedua nya dpt sangsi suru keliling komplek berdua biar orang tau dia berdua selingkuh ...
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Cocok pasangan busuk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status