Share

Bab 7

"Buuuu, kenapa pagi-pagi nelepon. Tenang saja, Mawar tidak hidup terlantar kok. Mawar masih tidur di kasur empu," ujar Mawar menjelaskan pada wanita yang melahirkannya.

"Sebutkan alamatmu Nak, Ibu hanya ingin memastikan," ucap Ibu Mawar dari telepon, wanita itu melost spaker karena hendak mengambil mengambil jajanan di atas. 

"Ibu tak perlu ke sini, Mawar baik-baik aja," ucap Mawar menegaskan, ia sungguh tak mau sang Ibu mengetahui bahwa dia menjadi pelakor.

"Enggak, War. Ibu harus memastikan kamu tidak nakal di sana," ujar Ibunya tegas. 

Maura yang hendak mengambil air akhirnya berhenti untuk mendengar percakapan Mawar di telepon. Ia tersenyum senang lalu mendekat mengambil handphone Mawar membuat sang empu menjerit. Tatapan adik ipar membulat dan menyodorkan tangan meminta ponsel dikembalikan.

"Ini dengan Ibunya Mawar?" tanya Maura dengan nada sopan.

"Iya, ini siapa ya?" tanya Ibu Mawar.

"Mawar berada di rumah saya Bu, banyak sekali kejutan dari anak Ibu untuk saya. Sampai hati saya sakit karena kelakuannya," ujar Maura lembut, Mawar berusaha meraih handphonenya tetapi di tatap tajam oleh Maura.

"Bisa diem gak sih, Ibumu harus tau!" geram Maura menepis tangan Mawar.

"Jangan Mbak, Mawar belum siap," ucap Mawar pelan, sungguh pikirannya tengah buntu.

"Maksud kamu apa?" tanya Ibu Mawar pelan saat mencerna kata-kata Maura.

"Bisa kita bertemu? tak enak berbicara di telepon. Saya juga akan bawa Mawar," kata Maura dengan sopan, Ibu Mawar menyetujui dan mereka akhirnya mematikan sambungan telepon.

"Mbak ... Mbak gak sopan merebut ponsel Mawar," sergah Mawar saat Maura memasukan ponsel wanita itu ke sakunya.

"Lalu kamu bagaimana? Merebut suamiku, bahkan menjadi pelacurnya," sinis Maura bersidekap menatap nyalang Mawar.

"Mawar tidak merebut Mbak, Mbak saja yang tidak bisa menjaga Mas Hamdan. Dan Mawar bukan pelacur!" hardik Mawar tak terima ia berucap dengan nada tinggi.

"Terserah kamu deh, ponsel kamu Mbak pegang dulu." Maura berlalu tanpa menghiraukan Mawar yang berteriak-teriak.

" Oh ya, kakimu sudah sembuh bukan. Jadi buatkan kami sarapan,"  perintah Maura berbalik lalu pergi lagi setelah mengatakan itu.

Maura tersenyum saat melihat suami dan Delia terlelap dengan damai. Tapi hati langsung hancur mengingat pengkhianatan Hamdan yang bermain api. Dadanya sesak saat membayangkan sudah berapa banyak mereka memadu kasih. 

"Astagfirullah, kuatkan hatiku ya ALLAH," batin Maura wanita itu bergegas membangunkan Delia untuk bersiap buat berangkat sekolah.

"Sayang bangun, ayo cepat kamu mandi! Kamu, kan, harus berangkat sekolah," ucap Maura mengguncang tubuh anaknya pelan.

"Bentar Bunda, Delia masih ngantuk. Kangen Ayah juga," kata gadis cilik itu lalu memeluk Hamdan.

"Gak boleh gitu, Delia. Kamu harus memiliki tanggung jawab, sekarang kamu udah masuk sekolah, jadi harus berangkat ya," pinta Maura menasehati Delia dengan sabar.

"Ahh ...." 

Pekikkan Mawar membuat semua orang terkejut, termasuk Hamdan dan Delia yang langsung terbangun. Gadis kecil itu mengucek mata, menatap wanita yang melahirkannya. Mengulurkan tangan meminta di gendong.

"Ada apa sih! Pagi-pagi sudah berisik saja," gerutu Maura lalu melangkah ke kamar mandi untuk memandikan sang buah hati, tidak memperdulikan Hamdan yang sudah beringsut mencari asal suara. 

"Ayo Sayang, kamu mandi!" ajak Maura seraya mencium pipi anaknya.

"Bunda gak liat Mbak Mawar dulu, dia teriak lho," ucap Delia ia kepo karena wanita itu selalu membuat masalah. 

"Gak Sayang, gak penting juga. Yang penting itu kamu harus mandi biar wangi dan cantik," ujar Maura dengan telaten mengurus keperluan anaknya. 

Setelah keduanya selesai, mereka melangkah dengan riang menuju meja makan. Tetapi tatapan mereka tertuju pada Hamdan tengah mengobati Mawar. Maura tersenyum kecut, lebih memilih ke dapur untuk mengisi perutnya. 

"Mama, mana makanannya?" tanya Delia saat melihat meja makan kosong. 

"Nanti ya Sayang, Bunda ke Mbak Mawar dulu," kata Maura dibalas anggukan Delia.

"Mawarrr!  Ke mana sarapannya, kenapa ikannya belum matang, dan bahkan  ikan juga belum dibersihkan," geram Maura menatap tajam Mawar yang tengah diobati Hamdan, sedangkah suaminya malah membalas tatapannya.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
istri g waras vs gundik suaminya.
goodnovel comment avatar
Sukaesih
koin mahal 2 buka bab di ulang gimsna si
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
y Maura kmu begitu jadiin Mawar pembantu d dpn Hamdan dn kmu bentak2 dn kmu marahin terus biar dia g betah jadi pembantu gratis d rmh suami nya ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status