"Bisa kamu jelasin?" tanya Sonya sambil menatap Lidya yang sedang dirias oleh seorang MUA yang seperti dikejar setan. Lidya menunjukkan deratan giginya yang putih ke arah Sonya. "Bukan nyengir, tapi, jelasin! Ini apa toh? Kenapa kamu tiba-tiba jadi nikah sama Eka secepat ini." Sonya menunjuk sekelilingnya karena kaget rumah Lidya dengan cepat disulap menjadi tempat pernikahan hanya dalam waktu beberapa jam saja. "Eka yang mint—" "Dan kamu pasrah?" potong Sonya tak percaya. "Ya ... aku bisa apa? Aku perempuan ya, aku ikut aja dan lagi Papa aku yang minta pada Eka untuk menikahi dirinya sesegera mungkin. Eka ditantang untuk menikah secepat mungkin dan dia jawab hari ini dia nikahi aku." Lidya memejamkan matanya dan kembali mengingat kericuhan yang terjadi setelah Eka mengatakan akan menikahinya hari ini. Dia ingat kedua adik Eka langsung meloncat dari kursinya dan dengan cepat mengikuti instruksi Eka untuk mencari juga mempersiapkan semuanya. Bahkan Arif diminta untuk mencari cara
Terdengar Sonya berdecak dan memutar bola matanya ke arah Agnes, dia ingat betul wajah wanita yang komen kalau rahimnya hangat saat melihat foto Awan, Sonya adalah wanita kepo yang akan mencari sampai ke liang cacing bila ada yang mengusik Awan.Trauma saat menikah dengan Emir benar-benar membekas dihati Sonya hingga membuat ia lebih waspada pada wanita manapun yang mendekati prianya, kasarnya Sonya nggak mau kecolongan dua kali walaupun Awan bilang dia cinta mati pada dirinya tapi, namanya manusia mana ada yang tahu. Tuhan bisa membolak-balik hati manusia secepat jentikan jari, bukan. Jadi, Sonya lebih baik mencegah dari pada mengobati. Sonya sudah lelah dan capek menghadapi pria yang sedang tergila-gila pada wanita lain. Pokoknya saat ini Sonya akan melindungi Awan sekuat-kuatnya dari wanita-wanita rahim hangat macam si Agnes ini."Agnes mana. yah?" tanya Awan berbasa basi sambil menahan sakit dibagian perutnya yang dicubit Sonya. Entah kenapa Awan merasa cubitan Sonya lebih sakit
"Hana, Haikal, tidur ... udah malem ini," perintah Sonya sambil masuk ke dalam kamar si kembar yang disatukan dengan pintu penghubung. "Mommy, Haikal nyebelin dia ambil bantan aku, dia suruh tidur di kamar mandi, aja," rengek Hana sambil menarik selimut sekeras mungkin agar Haikal tidak mendapatkan jatah selimut. Tangan Haikal dengan cepat menangkap selimut dan menariknya sekeras mungking, ia tidak mau kalau Hana mengambil semua selimut, "Kamu juga ambil seimut aku.""Ih ... kamu, kan, janji mau pakai selimut cokelat yang dibawa dari rumah kenapa sekarang jadi kamu ingin ambil selimut aku, sih?" tanya Hana geram, tangan kecil Hana mencengkeram selimut seerat mungkin mempertahankan hak miliknya. "Aku mau pakai selimut hotel aja." Haikal tidak mau kalah dan menahan selimutnya.Sonya mengusap dahinya pelan saat melihat kedua anaknya ini mulai keluar sifat reognya dan mulai berkelahi karena masalah yang tidak penting. "Hana ... Haikal.""Mommy Haikal nggak mau pakai selimut cokelat," r
"Kamu ngapain?""Eh ... itu ...." Sonya mengalihkan pandangannya ke arah lain berusaha untuk tidak melihat pandangan tengil Awan yang seolah menangkap basah dirinya sedang berusaha masuk ke kamar Awan dan Haikal."Ngapain di depan pintu? Mau apa?" tanya Awan."Mau liat pintu," ucap Sonya sambil berdehem dan mengusap pintu kamar hotel yang sebenarnya tidak ada yang menarik tapi Sonya berjuang untuk menunjukkan sikap sangat tertarik dengan pintu itu, “kayanya bagus ini pintu, bagus buat di rumah kita.” Sonya mengusap-usap pintu sambil sesekali mengetuk-ngetuk pintunya, “Bagus, yah.”Awan rasanya ingin memeluk Sonya saking gemasnya saat melihat salah tingkah Sonya karena tertangkap basah hendak masuk ke kamarnya, “Yakin mau liat pintu bukan nyari aku?” tanya Awan.“Pintu … aku mau lihat pintu, kok, kamu nggak usah GR,” ucap Sonya cepat sambil mengusap pintu dan melihat sejauh mungkin dari bola mata cokelat sensual milik Awan. “Ya udah, aku masuk lagi kalau gitu, kamu kayanya lebih suka
"Jangan liat sini, Wan," bisik Sonya saat menyadari kalau Awan sudah berbalik dan melihat dirinya dengan sorot mata sendu yang membuat Sonya makin sedih."Maaf yah, aku bandingin kamu sama Emir ... aku tahu nggak apple to apple bandingin kamu sama Emir dan juga nggak adil bagi kamu buat disamain sama Emir karena kamu jauh lebih baik daripada Emir walau umur kamu lebih muda, kamu lebih tanggung jawab daripada dia dan lebih mau ngemong aku, tapi, aku ngerasa takut dan insecure ...." Sonya mengusap air mata yang tiba-tiba muncul. "Insecure? Kamu insecure kenapa?" Awan makin tak paham dengan jalan pikiran Sonya, wanita secantik, semandiri dan bahkan membuat Awan harus extra dalam menjaga Sonya karena aura kecantikan Sonya yang diakui semua orang termasuk Eka tapi, Eka selalu bilang kalau Sonya cantik tapi menyeramkan karena judes dan dingin."Aku itu lebih tua dari kamu, aku juga nggak bisa kasih kamu anak, aku janda, aku juga nggak bisa masak, dan aku ... aku ...." Sonya menekuk kepalan
Sonya mendesah sambil memejamkan kedua matanya, tubuhnya menggelinjang saat jemari Awan memuja dan memanjakan dirinya di bagian bawah sana. Tangan Sonya mencengkeram lengan Awan yang terasa hangat dan licin. Bibir Sonya dimanjakan dengan liukkan lidah Awan yang seolah mengabsen bagian dalam gigi Sonya dengan gerakkan yang membuat putingnya mengeras menggesek dada Awan yang hangat. Tangan Sonya bergerak dari kuping Awan terus turun menuruni tubuh lelaki itu, mengikuti garis tubuh Awan yang membuat setiap inci tubuh Sonya meraung, rasanya lidahnya yang ingin menggantikan gerakan jemari Sonya saat menjelajahi setiap inci dada Awan yang keras, liat dan sensual.Sonya mengaitkan jemarinya ke celana Awan, dengan pelan Sonya menarik celana Awan ke depan dan meloloskan jemarinya memasuki celana Awan, tangan Sonya dengan cepat menyentuh dan menyelimuti bagian paling sensitif dan hangat milik Awan. Kejantanan Awan."Sonya," erang Awan disela-sela ciumannya, birahinya langsung tercambuk tampa
Kring ... kring ... kring ....Sonya menggeliat saat kupingnya mendengar suara ponsel di nakas yang berada di samping Awan. Matanya mengerjap berusaha untuk mengumpulkan nyawanya dengan cepat, menjadi seorang dokter membuat dirinya sangat terlatih untuk bangun dengan cepat. "Sonya ponsel siapa itu?" tanya Awan yang sama-sama sudah bangun akibat mendengar suara dering ponsel. Awan yang juga bekerja di bidang kesehatan sama-sama gampang untuk terjaga akibat sudah dilatih selama bertahun-tahun untuk selalu siaga. Sebuah kebiasaan yang terbentuk tanpa bisa mereka berdua cegah. "Kayanya ponsel kamu deh, Wan," bisik Sonya sambil melirik ke nakas sampingnya dan nyadari kalau ponselnya tidak berbunyi sama sekali.Awan melepaskan pelukkannya dari tubuh Sonya yang telanjang dengan enggan, setelah mereka bercinta sepanjang malam Awan meminta Sonya untuk tidak mengenakan pakaiannya supaya dia bebas memainkan payudara Sonya ataupun merasakan puting payudara Sonya yang mengeras di dadanya. Awan
"Kenapa Hana, Haikal?" tanya Sonya yang bingung kenapa saat ia berdiri dan mau mengambil minuman kedua anaknya ikut berdiri dan mengekori dirinya."Mommy mau ke mana?" tanya Hana sambil menarik kemeja Sonya. "Mommy mau ketemu alien lagi?" tanya Haikal sambil berdiri menghadang Sonya, berusaha agar Sonya tidak hilang kembali dari hadapannya.Sonya mengerjap dan menahan tawanya saat melirik wajah Awan yang terlihat kesal atas perhatian yang Hana dan Haikal berikan. Sonya tahu rasa kesal Awan dipicu juga karena tadi pagi Sonya tidak mengizinkan Awan menyentuhnya."Nggak, Sayang ... Mommy mau bawa minum, mau ikut?" tanya Sonya sambil menunjuk ke arah meja yang menyediakan juice."Mau ik—""Duduk Hana, Haikal ... Mommy nggak bakal kabur kok, kalau Mommy kabur yang ada Daddy duluan yang bakal cari," potong Awan sambil menggerakkan telunjuknya ke arah kedua anaknya lalu ke kursi. Melihat Awan yang sudah menatap mereka berdua dengan tatapan yang seolah ingin menelan mereka hidup-hidup memb