Awan membenarkan ujung-ujung lengan bajunya dengan berdebar, jantungnya semenjak pagi terus berdetak lebih cepat dari biasanya dan ia pun tidak berselera menyantap makanannya. Sudah dari kemarin dia dilaranh untuk bertemu dengan Sonya.Ia bahkan kesal dengan Aira yang melarangnya untuk bertemu Sonya dengan alasan biar kaget lihat Sonya saat mau menikah. Astaga ... alasan macam apa itu? Aira tidak tahu saja ia setiap hari selalu kaget melihat Sonya karena selalu bangun dengan kondisi apa pun namun selalu terlihat menarik dan menawan, entah ajian apa yang Sonya miliki hingga selalu membuat Awan tidak pernah merasa bosan.Awan merasaka tepukkan di bahunya dan mendapati Eka yang sedang tertawa ke arahnya, "Hai ....""Kenapa? Muka maneh jiga nu rea hutang? (Muka kamu kaya yang banyak hutang?)" tanya Eka sambil menahan tawanya karena melihat wajah Awan yang terlihat tegangz"Maneh eta mah, (Kamu itu)" sahut Awan sambil membenarkan dasi yang seolah mencekiknya, saking mencekiknya Awan sampai
Ucap syukur terdengar di seantero ruangan saat seorang pria menyatakan kalau Awan Kurniawan dan Sonya Fauzia mulai saat ini resmi menjadi suami dan istri. Tangan Sonya terasa hangat saat merasakan genggaman tangan Awan, tanpa sadar Sonya menoleh pada Awan yang saat ini sedang menatapnya dengan tatapan hangat andalan Awan. Manik mata Awan yang berwarna cokelat seolah terlihat sendu dan hangat menyelimuti Sonya. "Kamu cantik, Istri." Awan kembali mengecup tangan Sonya pelan, menorehkan rasa hangat nan manis di punggung tangan Sonya.Sonya hanya bisa tersipu saat mendengar panggilan Awan untuk dirinya, sederhana namun manis dan memabukkan. Awan dengan segala gombalannya memang sesuatu yang tidak bisa Sonya abaikan. Jantungnya dan napasnya seolah tidak mampu bekerja dengan baik setiap mendengar gombalan Awan."Kamu juga, Suami?" tanya Sonya sambil mengedipkan sebelah matanya."Kamu nanya ke aku kalau aku suami kamu?" tanya Awan sambil menaikkan alisnya kesal. "Ini apa Sonya?" tanya Awan
Awan memeluk Sonya sambil terus berdansa, entah sudah berapa lama ia mengecupi bahu Sonya yang terasa hangat, ia bersyukur wanita itu mengenakan pakaian yang membuat bahunya terbuka hingga ia bisa mengecupi bahuhya. Iya ... Awan suka dengan kaki Sonya tapi, ia tidak mungkin mengecupi kaki Sonya saat sedang berdansa, bila ia melakukan itu bisa-bisa ia dianggap lelaki aneh-aneh oleh orang-orang di sana. Jadi, cara satu-satunya ia mengecupil bahu Sonya."Awan ...," panggil Sonya sambil mengusap punggung Awan pelan."Apa? Kenapa? Kamu capek?" tanya Awan sambil melepaskan pelukkannya dan melihat wajah Sonya yang terlihat letih namun bahagia. "Nggak." Sonya menggeleng seolah menegaskan perkataannya, "aku nggak capek, cuman ... itu dari tadi ada yang liatin kita di belakang kamu." Sonya menggerakkan kepalanya ke arah belakang bahu Awan."Siapa?" Awan menolehkan kepalanya melewati bahunya untuk melihat siapa yang membuat Sonya meminta dirinya melepas pelukkannya. "Aki ....""Awan ... Wan, g
Sonya berusaha untuk menggerakkan badannya berdansa dengan Romli, rasa canggung bercampur segan menyelimuti dirinya hingga ia benar-benar kikuk saat menggerakkan kakinya hingga beberapa kali ia menginjak kaki Romli."Maaf, Ki ...," bisik Sonya canggung sambil melihat ke bagian kakinya yang terlihat bergerak aneh, Sonya mengutuki gerakkan kakinya yang tidak terkordinasi dengan baik. Menyebalkan."Nggak apa-apa," jawab Romli santai sambil terus berdansa pelan, "Aki juga nggak bisa dansa, waktu Aki nikah dulu nggak ada adegan dansa kaya gini. Yang ada acara nikah terus ganti baju sampai 7 kali.""Hah, 7 kali?" tanya Sonya kaget, dia saja yang ganti baju dua kali rasanya ingin mencabik kain yang membalut tubuhnya karena gerah bukan main. Sonya tidak mampu membayangkan mengganti baju sampai 7 kali, tersiksa."Iya 7 kali, pakai baju adat sunda aja sampai 3 kali ganti karena biar sesuai dengan baju kebaya yang dipakai almarhum, terus pakai baju Prince Charle—""Hah? Prince Charles? Princes
"Kita panggil, Mr. and Mrs. Kurniawan." Suara MC terdengar nyaring di dalam ruangan tersebut membuat semua mata tertuju pada dirinya dan dengan cepat teralih ke arah pintu yang tiba-tiba terbuka lalu terlihat Sonya dan Awan yang masuk ke dalam ruangan sambil menggandeng Hana juga Haikal. Sonya terlihat cantik mengenakan gaun putih yang sewarna dengan baju Hana. Sedangkan Awan mengenakan pakaian dengan warna dan bentuk yang hampir sama dengan Haikal. Mereka berempat terlihat sebagai sebuah keluarga yang utuh dan bahagia. Hmm ... bukan, bukan terlihat namun memang pada kenyataannya mereka sangat bahagia. Para tamu undangan mendekati Sonya dan Awan untuk memberikan ucapan selamat karena pernikahan itu berkonsep di mana pengantin tidak diam di pelaminan tapi, bergerak mendatangi para tamu undangan yang ada. Sonya dan Awan mendatangi beberapa teman, rekan sejawat, saudara dan juga kolega. Mereka berbincang tipis dan saling berbasa basi, selama itu pula Awan sama sekali tidak melepaska
"Om Puad." Tubuh Awan sedikit bergetar saat melihat lelaki yang sangat membenci dirinya, entah mengapa dirinya langsung berubah menjadi mode siaga. Rasa-rasanya jantungnya berdebar sangat keras akibat kehadiran Fuad di acara pernikahannya itu.Mengapa Fuad harus datang ke acara pernikahannya? Apakah ia memberika undangan pada Fuad? Atau Fuad dan keluargnya merengsak masuk ke acaranya sebagai tamu tak di undang? Awan memanjangkan lehernya untuk melihat keluarg Fuad yang sedang berada di belakangnya, bahkan ia biasa melihat Intan dan Selena yang sedang tersenyum sambil melihat kedua anaknya yang sedang berbincang dengan saudara-saudaranya.Jantung Awan makin tak karu-karuan melihat pemandangan itu, semua pikiran buruk dengan cepat menghantamnya tanpa ampun. Perasaannya langsung terasa tidak enak karena ia merasa kalau acara pernikahannya akan sedikit rusak dengan kehadiran Fuad! Ayolah, siapa yang mengund—"Hai ... Om."Pikiran Awan seolah berhenti saat mendengar suara Sonya dan mendap
"Kamu yakin Hana dan Haikal mau ngobrol sama saya?" tanya Namira waswas karena ia ingat terakhir mereka bertemu Haikal hampir menendang Fuad karena tidak terima Sonya di maki-maki. Sonya menoleh melewati bahunya dan melihat Awan yang berbincang dengan Fuad, ada rasa berdebar melihat mereka berdua. Sonya takut kalau Fuad tantrum dan membuat ulah, walau dalam hati kecilnya ia sadar kalau Fuad tidah akan melakukan hal seperti itu di tempat ramai yang bisa menjatuhkan harga dirinya. "Eh ...." Sonya merasakan tepukan di bahunya dan menyadari kalau Namira sedang menepuk bahunya pelan."Tenang, suami saya nggak akan buat ulah." Namira yang seolah paham dengan apa yang sedang Sonya pikirkan mencoba menenangkan Sonya dengan tepukkannya. "Suami saya ingin berdamai dengan Awan, kami ingin mengurus Hana dan Haikal bersama. Mungki—""Mommy ...." Sonya kaget saat tangannya di tarik dan lagi-lagi pipinya di kecup cepat oleh Haikal. "Iya, Sayang kenapa?""Kenapa ada Tante itu?" tanya Hana yang sud
"Sonya ...."Sonya menoleh dan mendapati Miska sedang berdiri di belakangnya, sebuah senyuman terlihat di wajah Miska yang entah mengapa terlihat lebih redup namun, masih menyisakan guratan kecantikannya. Gadis muda yang dulu merebut kebahagiaannya dengan pongahnya sekarang sedang berdiri dan menatapnya dengan keadaan yang sangat berbeda.Entah mengapa, mungkin Sonya boleh menyombongkan diri tapi, melihat keadaan Miska sangat berbanding terbalik saat dahulu masih menjadi selingkuhan Emir, saat ini setahu Sonya, Miska sudah menjadi istri Emir.Apakah ini adalah kutukan bagi semua istri Emir yang akan berubah menjadi lebih menyedihkan saat menjadi istrinya? Seolah sari-sari kebahagiaan miliknya diambil dan hanya menyisakan bagian terburuknya saja? Entahlah ... Sonya tidak mau berspekulasi karena Sonya pernah ada di posisi Miska dan dia tahu betapa senewennya mengurus Emir dan dia bersyukur saat ini Awan bukan lelaki yang bisa membuat dirinya darah tinggi."Miska.""Hai, Sonya ... ehm ..