Share

Melayani Roy

Setelah semua masakan matang, Reina menyiapkannya dengan sesegera mungkin, Roy bisa marah jika ia telat sedikit saja. Perempuan berkemeja biru navy seragam kerja, yang belum sempat ia ganti, dan bawahan celana jeans hitam itu menata makanan dengan rapi diatas meja, dan beranjak menuju ruang tengah, dimana Roy berada.

"Mas, makanannya sudah siap. Ayo kita makan dulu! Nanti, keburu dingin," ucap Reina berdiri di dekat sofa yang diduduki oleh Roy.

"Aku tidak lapar," tolaknya dengan nada dingin seperti biasa.

"Mas, bukannya kamu tadi pengen makan? Aku sudah masak enak, buat kamu," ucap Reina dengan hati-hati.

"Aku tidak ingin makan, aku minta, kamu melayaniku sekarang, juga!" pinta Roy lugas, seraya menyentak tangan Reina, menarik tubuh wanita itu hingga hampir jatuh.

"I-iya, Mas," jawab Reina gugup bercampur takut.

Roy menarik tangan Reina ke dalam kamar dengan kasar, tanpa menunjukkan adanya rasa cinta sedikitpun terhadap istrinya.

"Mas, pelan-pelan sakit," sergah Reina, seraya memutar tangannya.

"Diamlah! Reina, aku hanya ingin tahu dengan kesetiaanmu,"

"Maksud, Mas?"

"Lepas bajumu, sekarang!" tunjuk Roy.

Reina menuruti perintah suaminya, melepas bajunya satu persatu. Dengan kasar Roy mendorong tubuh istrinya hingga terhempas ke atas kasur, seperti seorang penjahat memperlakukan korbannya. 

Tak seperti Andrew, yang selalu memperlakukan Reina dengan lembut, justru sebaliknya dengan Roy, dia kasar, tak ada kenyamanan dan kenikmatan yang dirasakan oleh Reina saat bersamanya.

"Aku ingin memastikan, ucapanmu itu benar, atau tidak? Apa kau masih setia padaku, dan apakah tubuhmu, sudah pernah di jamah orang lain. Aku hanya ingin tahu," ucap Roy sebelum melakukan hubungan suami istri.

Reina bergeming, takut Roy merasakan perbedaan dalam tubuhnya, hatinya tak menyangkal, bahwa ia lebih sering melayani Andrew di tempat tidur, di bandingkan dengan melayani Roy. Lelaki itu selalu pulang larut malam, apalagi jika Reina kerja shift malam, bahkan Roy jarang pulang, dia lebih sering tidur di rumah ibunya.

Ketika tanggal gajian pun Roy tak memberi uang bulanan untuk resiko dapur, semenjak Reina bekerja, gaji satu bulan untuk memenuhi kebutuhan tidaklah cukup, karena semua ditanggung oleh Reina.

Tak jarang Andrew memberikan uangnya, untuk membantu kebutuhan Reina dan putrinya, termasuk biaya sekolah dan bayar momong Michelle.

Tak ada suara dari mulut lelaki itu, ataupun desahan nikmat yang keluar dari bibirnya, membuat Reina semakin takut, akan kebohongannya terbongkar.

"Berapa orang yang sudah meniduri kamu, Reina?" bentak Roy sesaat setelah melepas birahinya.

Reina menggeleng, dengan dahi berkerut, memasang wajah polos.

"Aku, tidak mengerti ucapanmu, Mas," jawab Reina sambil menutupi tubuh mulusnya dengan selimut.

 'Apa Mas Roy menemukan, atau merasakan perbedaan, di sana? Aku takut sekali. Kenapa dia diam saat melakukannya, apa dia merasakan hal yang berbeda, dalam diriku?' batin Reina bermonolog penuh rasa cemas.

"Baiklah, untuk saat ini, aku percaya padamu. Tapi, jika aku menemukan sesuatu yang kau sembunyikan dariku, awas saja! Hidupmu, tidak akan lama lagi," ucap Roy dengan suara rendah dan menakutkan.

Napas Reina tersengal menahan rasa takut, mendengar ancaman suaminya. Lelaki itu menyambar celana cargo pendek, dan mengenakannya, kemudian melangkah menuju kamar mandi, letaknya samping tembok dapur. Sepeninggalnya Roy, ia bangkit mengambil ponselnya dari dalam tas kecil.

Ada beberapa panggilan tak terjawab dari nomor yang sangat ia kenal, 'Anindi' kontak dengan nama samaran untuk Andrew kekasih gelapnya, sengaja ia menerapkan mode hening, agar tak terdengar nada dering, jika sedang berada di rumah.

Dan beberapa pesan masuk dari Andrew, yang belum di buka.

"Sayang, kamu sedang apa? Dari tadi Mas hubungi kamu, tapi, kamu tak merespon. Mas rindu," isi chat Andrew di aplikasi hijau tersebut.

"Mas, ingin sekali bertemu denganmu nanti siang, setelah jam makan, mau gak?" pinta Andrew diakhiri dengan emoticon love.

Reina gegas membalas chat dari lelaki yang ada di seberang sana, "Maaf, Mas, aku baru pegang HP. Ada Suamiku di rumah, tadi aku lagi masak buat dia, ini juga baru selesai," dusta Reina.

Tatapan dan pendengarannya waspada, takut Roy tiba-tiba saja masuk, pesan yang ia kirimkan centang biru, tak lama balasan dari Andrew pun muncul.

"Gimana, mau gak?" tanya Andrew lagi memastikan, "Mas, kangen banget,"

"Mas, bukannya semalam kita sudah menghabiskan waktu berdua, kenapa sekarang minta lagi? Aku letih, tubuhku butuh istirahat," jawab Reina dengan suara lelahnya.

Tanda panggilan masuk dari Andrew, yang tidak sabar ingin bicara dengan Reina, lelaki itu tak puas dengan jawabannya. Perempuan yang masih terbaring di tempat tidur itu menyentak napas kasar merasa bingung, ini yang membuat dia malas dengan seorang Andrew, tak pernah mengerti saat dia lelah, atau sedang tidak ingin, Reina harus tetap datang untuk menemuinya, jika Andrew sedang membutuhkan sesuatu darinya.

Meskipun jasa Andrew begitu banyak pada Reina, tapi lelaki itu tak pernah mengerti situasi, dan tak mau mengerti.

"Ia, Mas. Ada apa?" tanya Reina dengan segera, seraya menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang.

"Rei sayang, tolonglah. Datang jam satu siang, Mas sedang ingin!" pintanya memelas. Ia kini berada di dalam kamarnya, duduk di sofa sambil memainkan bagian tubuhnya yang sensitif, matanya fokus ke layar TV, yang sedang memutar adegan video panas, memancing birahi kelelakiannya.

"Tapi, Mas. Bagaimana aku bisa pergi? Sementara, suamiku ada di rumah," jawab Reina dengan nada lembut, takut Andrew marah.

"Sayang, buat alasan yang tepat, dan minta izinnya! Agar kamu bisa menemuiku!"

"Alasan apa, Mas." Reina mulai malas, ia benar-benar lelah, dan tak ingin beranjak dari tempat tidur, karena semalam melayani lelaki yang kini sedang menghubungi dan menunggu kedatangannya hingga pagi. Dan barusan ia melayani sang suami, rasanya sudah tak ada hasrat lagi saat ini, bagi Reina untuk melakukan hubungan seperti itu.

"Please honey, aku mau dirimu, sekarang!" Dari suara Andrew terdengar sedikit memaksa.

"Hm, baiklah. Tapi, aku minta uang," seru Reina seraya menarik napas, "Oh, iya. Aku lupa, tadi pagi gak minta uang sama kamu. Maaf ya, bukan maksudku ingin morotin, kamu,"

"Itu, masalah kecil, tak apa sayang," jawab Andrew enteng, "Yang penting saat ini, jagoanku bisa bertemu denganmu, kalau soal uang, itu gampang, berapapun yang kau minta,"

"Baiklah." Reina menutup sambungan telepon, dan menghapus semua chat dari Andrew, berikut riwayat panggilan, gegas ia memasang mode pesawat di ponselnya sebelum mengisi daya, dan beranjak ke kamar mandi.

"Mas, aku sudah siapkan baju untukmu," ucap Reina saat berpapasan dengan Roy yang baru keluar dari kamar mandi, lelaki itu tak menjawab, tubuh kekarnya dibalut handuk yang melilit di pinggang, rambutnya basah menetes di dahi, ia memang tampan, tapi, sifatnya terlalu arogan.

Reina masuk kedalam kamar mandi, untuk membersihkan tubuh, "Kalau bukan karena uang, dan jasamu, Mas. Aku tak mau menjadi pelacurmu," gumam Reina sambil memindai tubuhnya yang sudah kotor, karena sudah dijamah tangan lelaki lain. 

Ia ingat dengan dosa. Namun, ia sangat takut, dan bingung bagaimana caranya lepas dari jerat Andrew, sementara ia begitu banyak berhutang pada lelaki itu.

*

"Mas, aku minta izin. Aku mau keluar sebentar, ya," ucap Reina pada Roy, lelaki itu duduk di tepi ranjang, pandangannya tak lepas dari memperhatikan gerak-gerik istrinya.

"Keluar, mau apa? Bukannya kamu baru pulang, dan sekarang mau keluar lagi?" ujar Roy dengan nada datar.

"Aku mau belanja, kebutuhan Michelle, dan keperluan dapur," jelas Reina, ia duduk di kursi meja rias seraya mengeringkan rambutnya dengan hairdryer.

"Apa kau mau menemui kekasih, gelapmu?" Bentak Roy membuat hati Reina berdegup kencang.

"Ti-tidak Mas, kamu jangan berprasangka buruk terhadapku! Lihat di dalam kulkas, susu Michelle habis, perlengkapan mandi juga habis, sayur mayur juga tak ada. Mungpung aku masih punya sedikit uang, kalau ditunda nanti uangnya habis terpakai," sergah Reina memberi pengertian.

"Baiklah, tapi, aku yang mengantarmu!" tegas Andrew. 

'Bagaimana ini, kalau Mas Roy ikut? Aku tak bisa menemui Mas Andrew,' gumam Reina dalam hati, ia mulai gelisah bagaimana caranya untuk bisa menemui kekasihnya.

Jika ia di antar oleh Roy, Reina mau belanja pakai apa? Dia sendiri tidak punya cukup uang. Hanya alasan saja izin untuk berbelanja, niatnya setelah menemani Andrew dan mendapatkan uang, ia baru belanja, sebagai alibi untuk menutupi kebohongannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status