Mendengar tawaran Anita yang tidak pernah Agus duga sebelumnya, pemuda itu merasa bimbang. Sebenarnya ia pun suka pada wanita itu dan kesempatan seperti ini mungkin tak akan datang dua kali. Maka Agus pun menjawab ..."Mbak Anita, serius? Saya ikut aja maunya gimana," ujar Agus tersenyum tipis menatap wajah cantik Anita yang terbingkai rambut panjangnya yang hitam legam.Mereka berdua berjalan keluar dari studio 2 karena ruangan itu sudah kosong dan tersisa mereka berdua saja yang masih di sana. Anita menggandeng erat jemari tangan pria di sisinya, ada rasa bahagia karena Agus tidak menolak tawarannya."Kita makan malam dulu ya, Mas? Aku sudah lapar karena tadi siang nggak makan," ajak Anita sembari melangkah pasti ke restoran masakan Korea yang sedang booming di mall itu."Iya, Mbak. Makan dulu biar nggak sakit," sahut Agus pengertian.Untungnya masih ada sebuah meja yang kosong di pojok ruangan restoran masakan Korea itu. Dengan segera mereka menempati meja itu. Anita benar-benar me
Anita menyeret tangan Agus untuk menemaninya bergoyang di lantai dansa night club itu. Awalnya pemuda itu masih belum terbiasa dan terkejut-kejut dengan kelakuan binal bosnya di lantai dansa. Namun, lama kelamaan mulai terbiasa, yang penting tahan napsu.Tubuh wanita itu menempel di bagian depan tubuh Agus dan bergoyang menggoda meliuk-liuk sensual. Dia menangkap tangan Agus dan menaruhnya di perutnya dari belakang sambil terus bergoyang non stop."Dugg jedug ... jedugg ...jedugg ... jedugg." Suara musik remix DJ Anthony yang menghentak mengiringi goyang para pengunjung night club yang setengah teler di lantai dansa.Menjelang tengah malam, Anita sudah teler berat dan rebah di pelukan Agus yang tidak menyentuh lagi minuman keras yang dipesan Anita tadi. Sebenarnya dia merasa eman-eman, tapi Agus harus menyetir pulang ke rumah Anita, dia tidak boleh ikutan teler."Mbak, kita pulang sekarang ya?" ajak Agus sembari menepuk-nepuk pipi wanita itu. Mata Anita terasa begitu berat akibat ef
Setiap pagi Agus bermain bola di lapangan kampung belakang komplek perumahan elit tempat rumah Anita berada. Teman-teman barunya di sana banyak karena dia jago menggocek bola dan melesakkannya ke gawang yang dijaga kiper yang tak sanggup membendung keras dan jitu tendangannya."GOOOOLLLL!" Teriak bapak-bapak suporter yang berjejer di pinggir lapangan sepak bola dengan heboh. Mereka memiliki kebiasaan baru di pagi hari semenjak Agus bermain bola setiap pagi di sana. Sebelum berangkat ngantor wajib nonton tanding bola di lapangan.Sementara Agus melakukan selebrasi gol kedua yang dia cetak pagi ini dengan goyang ngebor ala Inul Daratista yang sontak mendapat sorakan riuh tawa bapak-bapak penggemarnya di kampung itu."Wah sudah jamnya kerja nih. Aku pamit pulang dulu ya, Pakdhe-pakdhe! Besok pagi disambung lagi main bolanya," ujar Agus sembari mencopot kaosnya yang basah kuyup oleh keringatnya."Waduh ... Gus, badanmu serem bener! Bisa kotak-kotak begini ... kalau kita-kita mah tebel ..
Seperti biasa Anita sampai di butiknya pukul 10.00 WIB, pramuniaga butiknya yang membuka Butik Starlight Venus pukul 09.00 saat mall masih baru saja buka sebagian kecil. Ketika Anita baru saja duduk di dalam ruangan kantornya di belakang bagian kasir, ponselnya berbunyi di dalam tas Hermes Birkin. Dia melihat id penelepon adalah suaminya. Seolah ia merasa trauma karena mendengar suara suaminya bersetubuh dengan wanita lain, awalnya Anita ragu untuk mengangkat panggilan telepon itu.Namun, sekarang sudah pagi jelang siang seharusnya Radit tidak berleha-leha di hotel dan sudah mulai melakukan kunjungan dinasnya. Dia pun menerima panggilan itu."...""Halo, Nita Sayang!" sapa Radit.Anita menggigit bibirnya mendadak merasa muak mendengar suara suaminya memanggilnya dengan kata sayang. Rasanya dia ingin mencecar suaminya tentang perselingkuhannya selama ini. Tugas negara macam apa yang dikerjakan suaminya selama 2 tahun ini yang seolah membuat pria itu jarang di rumah."Nit--Nita kenapa
Usai makan siang, Anita mengajak Agus berbelanja baju baru. Dia begitu royal membelikan pakaian setelan jas, kaos polo, celana boxer bermerk bagus untuk Agus dan juga dua pasang sepatu fantofel. Sepatu itu berwarna hitam mengkilap dan coklat tua, cocok sekali dipadu padankan dengan setelan jasnya tadi.Sesuai dugaannya, Agus memang tampak ganteng maksimal ketika didandani dengan benar. Anita pun jadi bertambah jatuh hati melihat pemuda itu. "Mas Agus ini ganteng banget lho, mulai besok pakai setelan jas ya kalau nganterin saya pergi?!" ujar Anita merapikan simpul dasi di kerah kemeja Agus."Siap, Mbak. Terima kasih, baju barunya ya," sahut Agus senang.Anita menggesek kartu kreditnya untuk membayar semua belanjaannya untuk Agus. Dia tak menyangka akan menjadi sugar mommy di usianya yang masih relatif muda. Namun, dia menikmati shopping bersama pemuda itu, nggak rewel dan dipilihkan apa saja nurut. Ajaibnya baju apa saja yang dipakai jatuhnya bagus di tubuh Agus. Padahal selera Anita
Tangan Anita mencengkram dan meremas-remas seprai menahan rasa meledak-ledak di dalam tubuhnya yang tergolek di atas ranjang yang melesak oleh bobot tubuhnya dan Agus yang begitu besar."Mass ... oughh ... jagoan bener dah!" lenguh Anita yang K.O sekali lagi menjelang tengah malam di dalam apartment yang baru disewanya pagi tadi.Wajah Agus merona mendengar pujian majikannya yang terbaring tanpa selembar kain pun di bawah tubuhnya. Bosnya itu memang 'doyan' dan luar biasa binal, berbeda dengan mantan istrinya di kampung yang jauh lebih kalem."Nita Sayang, sudah puas apa mau dibikin K.O lagi?" goda Agus menatap dari dekat wajah cantik itu. Tangannya menyangga tubuh kekarnya di samping kanan kiri kepala Anita.Jemari Anita dengan nakal berlarian dia permukaan dada Agus yang berotot. "Cium aku, Mas!" pintanya.Dengan perlahan Agus menurunkan wajahnya lalu menautkan bibirnya lekat-lekat ke bibir seksi wanita itu. Dulu dia hanya bisa memandangi bibir merah delima itu diam-diam karena taku
"Aku lagi di jalan baru mau berangkat ke butik kayak biasa, Mas. Ini Mas Radit dimana?" jawab Anita berbohong di telepon.Agus yang mendengarkan hanya menggeleng geli menatap majikannya yang jago bohong. Penampilan masih muka bantal, tanpa pakaian dalam, mantel kamarnya pun merosot dari pundaknya, bisa-bisanya bilang lagi di jalan. Diam-diam dia gemas ingin bergulat lagi dengan majikannya yang seksi sekali itu."Nita Sayang, Mas masih dua hari di Jepara. Maaf ya pulangnya molor, masih ada tugas kantor buat keliling di sini," ujar Radit sama bohongnya dengan istrinya. Padahal kedua bawahannya sudah pulang ke Jakarta kemarin sore meninggalkan bapak kepala dinas dan mahasiswi magangnya di Jepara.Sheila berbaring di sisinya membelai sesuatu yang mudah tegang di tubuh pria itu. Tangan Radit mencekal tangan wanita muda itu karena ia nyaris mendesah saat menelepon istrinya. "Ehh sudah dulu ya, Nit. Sampai ketemu besok lusa di rumah. Bye!" ucap Radit buru-buru lalu mematikan panggilan telep
Pukul 16.00 WIB, pria ganteng berpenampilan necis itu menjemput Anita ke butik Starlight Venus. Pramuniaga butik milik wanita itu berbisik-bisik menatap Agus dengan penuh kekaguman. "Reni, Desy, Mira, aku pulang duluan ya!" pamit Anita pada ketiga karyawatinya yang menjaga butiknya lalu menggandeng lengan Agus yang kekar terbalut setelan jas mahal yang dia belikan kemarin.Dengan mesra wanita itu bergelanyut manja pada Agus sembari berjalan menuju ke bioskop yang ada di lantai teratas mall itu. Sedangkan, Agus menanggapi dengan sopan kemanjaan majikannya kepadanya. Sebagian dirinya merasa bangga karena wanita yang dia gandeng itu cantik sekali seperti artis. Bodinya mirip gitar Spanyol, rambutnya panjang hitam legam bergelombang, hidungnya mancung, bibirnya ranum, kulitnya putih susu begitu mulus."Mas, aku mau beli camilan dulu sebelum masuk ke studio 3," pinta Anita."Baik, Mbak. Silakan saja," sahut Agus menemani wanita itu mengantre di stand yang menjual popcorn dan aneka makana