Istri Yang Dicampakkan Menjadi Sultan
Bab 1
"Apa maksudmu, Bang? Katakan sekali lagi!" seru Alia dengan nafas yang memburu, ia masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan suaminya itu.
"Kita tidak bisa lagi melanjutkan hubungan ini, aku akan menikah lagi."
Seperti disambar petir di siang bolong saat perkataan itu didengar oleh Alia, matahari yang panas menyengat tidak dihiraukan lagi oleh wanita itu yang berdiri di pinggir jalan. Suara bising dari kendaraan seolah-olah lenyap seketika, hanya perkataan Farhan yang terngiang di telinganya. Lututnya melemas seketika, tidak percaya jika lelaki yang sudah lima tahun menjadi suaminya itu tanpa diduga menceraikannya. Alia bahkan merasa tidak melakukan kesalahan apapun pada Farhan.
"Aku akan mengirimkan surat cerai ke rumahmu secepatnya," ujar Farhan sebelum memutus sambungan telepon itu.
Hati wanita mana yang tidak hancur jika tiba-tiba ditinggalkan oleh orang yang dicintainya Saat ini Farhan berada di puncak karirnya, mendapatkan penghasilan yang lumayan besar setiap bulannya. Ia merantau dan harus berjauhan dengan sang istri, belum sampai satu tahun lelaki itu sudah bertingkah dan dengan mudahnya meninggalkan wanita yang telah menemaninya dari nol, menamaninya di saat ia tidak memiliki apapun. Bahkan Alia menutupi kekurangan Farhan dari keluarga besar mereka. Tapi ini balasan yang didapatkan oleh Alia dari lelaki yang tidak tahu diri itu.
Selama Farhan tidak bekerja, Alia memilih untuk berjualan dipasar untuk menyambung hidup, meskipun mendapat untung yang tidak seberapa. Keberuntungan ada di pihak mereka saat Farhan mendapat tawaran dari temannya untuk pekerjaan yang bagus jelas Farhan tidak bisa menolak karena gaji yang dijanjikan tidaklah sedikit, meskipun ia harus mengorbankan waktunya bersama sang istri.
"Astagfirullah ...."
Alia mencoba menenangkan hatinya yang baru saja terkena badai hebat. Ia menyeka sudut mata yang sudah basah, tidak ingin menjadi tontonan banyak orang jika menangis meraung. Ia dengan berat melangkah masuk ke dalam angkutan umum yang berhenti di depannya. Selama perjalanan pulang ke rumah, pikirannya berkecamuk memikirkan perkataan sang suami.
Hati kecilnya berharap jika semua yang didengarnya itu bukanlah kenyataan tapi hanya mimpi buruk semata. Alia yang baru saja sampai di rumahnya merasa kaget karena ibunya langsung menyambut dengan pelukan dan tangisan.
"Malang sekali nasibmu, Nak," racau wanita berjilbab hitam itu sambil memeluk erat Alia.
"Ibu kenapa? Apa yang membuat Ibu menangis begini?" tanya Alia heran. Mira membawa anaknya itu masuk. Alia yang sudah mengerti dengan perkataan ibunya hanya tersenyum miris, semua angan-angannya yang berharap jika yang dikatakan Farhan itu hanya candaan kini hancur seketika.
Ternyata Farhan sudah mengatakan hal pahit itu pada Mira. Itu menjadi alasan wanita paruh baya itu langsung mendatangi anaknya, ia bahkan belum mengatakan ini pada suaminya.
Tidak tega melihat ibunya menangis, Alia mengatakan pada Mira jika ia baik-baik saja dan keputusan yang diambil atas kesepakatan berdua. Jika bukan karena terpaksa Alia tidak mungkin membohongi ibunya seperti ini. Seorang ibu akan merasakan hal yang lebih sakit dari apa yang dirasakan anaknya.
"Bu, tolong hargai keputusan kami. Mungkin ini yang terbaik," ujar Alia, sekuat mungkin ia mencoba menahan tangis agar tidak pecah. Ia beranjak dan masuk ke dalam kamarnya, tangisnya tidak bisa tertahan lagi saat pintu kamarnya ditutup rapat.
Wanita itu menggigit bibir bawahnya untuk menahan agar suara isakannya tidak lolos, tangan kanannya menekan kuat dada yang terasa sesak menyiksa. Bahkan malam harinya Alia tidak bisa tidur, ia bahkan menolak ajakan ibunya untuk makan malam. Untuk saat ini Alia merasakan dunianya runtuh, jika saja Mira tidak menamaninya di rumah entah apa yang akan terjadi pada Alia. Mira tinggal tidak jauh dari rumah Alia dan ia memilih untuk menemani anaknya yang sedang dirundung lara.
Alia masih menunggu Farhan menghubunginya tapi setelah seminggu berlalu hanya surat cerai yang didapatkannya, persisi seperti apa yang dikatakan Farhan tempo hari, lelaki itu memang tidak main-main dengan ucapannya.
"Apa aku kurang baik untukmu, Bang?" gumam Alia dengan menatap nanar selembar kertas yang akan memutuskan hubungan dirinya dan Farhan untuk selamanya.
Ia menarik nafas panjang, meraih bolpoin untuk membubuhkan tanda tangan meskipun dengan jemari yang gemetar.
Ting!
Suara dentingan terdengar dari ponsel milik Alia. Pesan masuk dari Farhan membuat jantung Alia berdetak tak karuan.
[Jangan mempersulit, Al. Tanda tangan surat itu dan biarkan aku bahagia bersama wanita pilihanku dan jual rumah itu agar kita bisa membagi harta gono-gini.]
Alia tersenyum miris setelah membaca pesan itu. Ia merasa menjadi wanita yang tidak pernah dihargai. Dengan mudahnya Farhan meninggalkan Alia begitu saja hanya karena lelaki itu mendapatkan wanita yang di matanya lebih indah daripada Alia. Bukankah lelaki memang seperti itu, kesetiaannya diuji saat ia berada dipuncak kesuksesan. Sudah sangat jelas jika Farhan tidak bisa melewati ujian itu.
"Kebahagiaan yang kamu bangun di atas penderitaan aku itu nggak akan bertahan lama, Bang!" lirih Alia.
Ucapan orang yang terzalimi bisa saja menjadi doa yang mustajab. Hati Alia sudah terlanjur luka, ia bahkan merasa air matanya mengering karena beberapa hari terakhir Alia menghabiskan waktunya dengan menangis, mengeluarkan semua gundah di hatinya. Beruntung karena Mira sudah pulang kemarin karena ia harus mengurus anak dan suaminya yang tidak bisa ditinggalkan lama-lama.
***
"Aku nggak apa-apa, Mbak. Mungkin ini memang jalan yang terbaik yang Allah kasih buat aku," tutur Alia, ia menggenggam tangan kakak iparnya yang terlihat menangis. Farida memang sangat menyayangi Alia bahkan melebihi ia menyayangi adiknya sendiri.
"Maafkan Mbak karena Farhan sudah banyak menyakiti kamu, Al," ujar Farida, ia merasa gagal menjadi sosok kakak sekaligus orang tua. Seharusnya ia bisa menahan Farhan agar tidak sampai berpisah dengan Alia. Farida sangat mengerti bagaimana perasaan adik iparnya itu saat ini, tapi ia bahkan tidak bisa melakukan apapun. Meskipun terlihat tegar di depan Farida tapi siapa yang menyangka hati Alia sudah remuk, ia hanya ingin terlihat baik-baik saja di depan orang tersayangnya.
"Mungkin aku kurang baik untuk Bang Farhan," lirih Alia yang membuat tangisan Farida semakin pecah Alia merengkuh tubuh kakak iparnya yang bergetar.
"Maaf, Al. Maafkan Farhan, Farhan memang bodoh karena meninggalkan wanita sebaik kamu, Al."
Alia tidak bisa lagi menahan sesak di dadanya, akhirnya cairan bening itu lolos melewati pelupuk mata. Setelah resmi bercerai, Alia mengabari Farida yang ternyata tidak tahu apa-apa mengenai keputusan besar yang diambil oleh adiknya itu.
Sulit memang meyakinkan lalat jika bunga lebih indah daripada sampah. Saat ini Farhan tengah dibutakan oleh cinta sesaatnya pada wanita yang bahkan baru saja dikenalnya. Ia akan menyesal nanti saat mengetahui jika wanita pilihannya tidak lebih baik daripada istri yang selalu setia menemaninya bahkan dalam situasi sulit sekalipun. Alia bahkan tidak pernah menuntut hal lebih dari Farhan.
Bersambung ….
Istri Yang Dicampakkan Menjadi SultanBab 2"Aku nggak apa-apa, Mbak. Mungkin ini memang jalan yang terbaik yang Allah kasih buat aku," tutur Alia, ia menggenggam tangan kakak iparnya yang terlihat menangis. Farida memang sangat menyayangi Alia bahkan melebihi ia menyayangi adiknya sendiri."Maafkan Mbak karena Farhan sudah banyak menyakiti kamu, Al," ujar Farida, ia merasa gagal menjadi sosok kakak sekaligus orang tua. Seharusnya ia bisa menahan Farhan agar tidak sampai berpisah dengan Alia. Farida sangat mengerti bagaimana perasaan adik iparnya itu saat ini, tapi ia bahkan tidak bisa melakukan apapun. Meskipun terlihat tegar di depan Farida tapi siapa yang menyangka hati Alia sudah remuk, ia hanya ingin terlihat baik-baik saja di depan orang tersayangnya."Mungkin aku kurang baik untuk Bang Farhan," lirih Alia yang membuat tangisan Farida semakin pecah Alia merengkuh tubuh kakak iparnya yang bergetar."Maaf, Al. Maafkan Farhan, Farhan memang bodoh karena meninggalkan wanita sebaik k
Istri Yang Dicampakkan Menjadi SultanBab 3Alia membelalak saat melihat pantulan dirinya di cermin, ia bahkan tidak menyangka jika dirinya bisa secantik ini jika dipoles oleh tangan dingin seorang MUA. Gaun diatas lutut berwarna gading terlihat cocok dipakai oleh Alia seolah memang gaun itu dibuat untuknya.Melihat penampilan Alia yang beda dari biasanya membuat Dinda berdecak kagum. Seseorang yang tidak pernah memakai riasan tentu akan terlihat sangat cantik saat wajahnya dirias sebegitu apiknya. Model riasan pada Alia memang dibuat semirip mungkin dengan Monika. Bahkan Alia terlihat lebih cantik dari model aslinya. Setelah beberapa menit menunggu, pemotretan itu akhirnya dimulai. "Din, modelnya di ganti?" tanya lelaki berlesung pipi itu pada Dinda."Lo kayak nggak tahu Ibu Ratu aja, Jod," balas Dinda pada lelaki bernama Jodi itu."Tapi nggak pa-pa sih. Cewek ini lebih cantik daripada Monika," puji Jodi membuat Alia yang mendengar kini wajahnya merona karena malu.Beberapa kali sa
Istri Yang Dicampakkan Menjadi SultanBab 4Satu bulan sudah Alia bekerja menjadi asisten pribadi seorang Monika. Alia benar merasakan jika kesabarannya selalu diuji saat menghadapi Monika tapi Alia tidak memiliki pilihan lain selain menjalani pekerjaannya saat ini. Alia bahkan diminta untuk tinggal di apartemen bersama Monika.Tidak hanya ke luar kota, Monika adalah seorang model internasional yang sering ke luar negeri untuk melakukan pemotretan. Ia juga salah satu model yang di kontrak sebuah produk pakaian dunia yang terkenal harganya menguras kantong."Al, sebenernya aku lama udah mau ngomong ini. Tapi, takut kamu nggak mau," ungkap Dinda.Alia yang sedang menyiapkan pakaian milik Monika kini meninggalkannya sebentar dan menghampiri Dinda yang duduk sambil menikmati teh hangatnya."Apa, Din? Ngomong aja," tutur Alia.Meskipun terlihat ragu tapi Dinda mengatakan hal penting yang sudah dua minggu ini disembunyikannya dari Alia."Kami dapat tawaran buat jadi model, Al."Alia yang se
Istri Yang Dicampakkan Menjadi SultanBab 5"Nunggu di dalam aja, Nak," tawar Mira."Nggak usah, Bu. Saya nunggu di luar aja," balas Farhan. Ia memilih untuk berdiri di depan rumah. Saat Farhan datang hanya Mira yang berada di rumah, suaminya belum pulang dari tempat kerja. Melihat kedatangan mantan menantunya Mira tentu kaget karena ia merasa jika anaknya tidak ada masalah apapun lagi dengan Farhan. Hanya persoalan rumah saja yang biasa dibicarakan oleh Alia dan Farhan.Beberapa menit menunggu Alia datang menggunakan ojek online, ia terlihat menatap tidak suka pada Farhan. Meskipun dalam hati kecilnya ia merasakan rindu yang tidak bisa pantas untuk diungkapkan.Alia dan Farhan memilih untuk berbicara di rumah mereka yang sudah lama tidak ditempati. Mereka berbicara dengan pintu rumah yang sengaja dibuka agar tidak timbul fitnah karena mereka bukan lagi pasangan halal."Ada perlu apa kamu ke rumah, Bang?" tanya Alia tanpa basa-basi."Gara-gara kamu hubungan aku dan Mbak Farida jadi r
Istri Yang Dicampakkan Menjadi SultanBab 6Alia pulang ke rumahnya dengan perasaan bahagia, tapi kebahagiaan itu langsung menguap saat melihat Farhan yang berdiri di depan rumahnya. Entah apa lagi yang akan lelaki itu lakukan. Meskipun enggan tapi Alia harus menghadapi Farhan."Kamu udah ngomong sama Mbak Farida?" tanya Farhan. Alia mengerti arah pembicaraan lelaki itu."Ngomong apa?" Alia balik bertanya, ia hanya pura-pura tidak tahu.Beberapa orang tetangga yang lewat terlihat memperhatikan mereka sambil berbisik-bisik membuat Alia menjadi risih. Akhirnya ia mengajak Farhan untuk bicara di tempat lain, ia juga tidak mungkin mengajak Farhan ke rumahnya karena pasti orangtua Alia ada di dalam. Alia hanya tidak ingin orang tuanya terlalu terbebani dengan masalahnya.Sebuah kafe yang tidak jauh dari situ menjadi pilihan. Tempatnya yang tenang bisa membuat mereka berbicara lebih santai meskipun Alia sebenarnya tidak ingin berlama-lama berada di dekat Farhan."Kamu harus bujuk Mbak Farid
Istri Yang Dicampakkan Menjadi SultanBab 7"Udah nggak usah cemberut gitu, nanti cantiknya hilang lagi," rayu Farhan."Transfer dulu dong, Mas. Aku mau belanja, skincare aku udah pada habis soalnya.""Iya, nanti Mas transfer ya. Soalnya ini lagi ada urusan penting," ujar Farhan.Sambungan panggilan video itu terputus saat seseorang yang ditunggu Farhan sudah datang. Wanita berumur empat puluhan itu menarik kursi dan duduk di hadapan Farhan dan langsung memesan makanan dan minuman. Farhan memang ingin meminta bantuan pada adik dari almarhum ayahnya untuk bisa membujuk Farida. Mereka memang tidak dekat tapi setidaknya jika orang yang dituakan berbicara, Farida tidak mungkin bisa mengelak."Tante Sinta bisa 'kan bantu Farhan?""Kamu juga beg* banget sih, udah tahu Farida itu sayang banget sama Alia. Kalau mau Farida maafin kamu salah satu caranya ya kamu balikan sama Alia," saran Sinta."Nggak mungkin lah kalau Farhan balikan sama Alia," seru Farhan. Farhan memang tidak mengatakan pada
Istri Yang Dicampakkan Menjadi SultanBab 8"Doain aku ya, Bu. Semoga kerjaan di sana lancar," ujar Alia sebelum berangkat, hari ini jadwal keberangkatan Alia."Ibu selalu doain kamu, Nak. Jaga diri baik-baik disana, jangan lupa kabarin kalau udah sampai," pesan Mira."Iya, Bu. Sekarang Ibu sama Bapak akan tenang tinggal disini, Bang Farhan nggak bakalan tahu tempat ini."Alia memang meminta kedua orangtuanya untuk pindah agar bisa tenang tanpa gangguan Farhan. Rumah mereka dikosongkan dan saat ini menempati rumah yang jaraknya jauh dari tempat mereka dulu. Alia memilih tempat yang tidak jauh dari kampus Amanda, adik perempuannya yang kini sedang menimba ilmu di semester dua. Selain untuk dirinya sendiri, Alia juga ingin keluarga dan adiknya lebih maju dan sukses, ia harus rela berkorban untuk kebahagiaan keluarganya. Alia juga sangat ingin membuktikan jika ia bisa hidup tanpa Farhan."Kak, ajak aku juga kesana dong," ujar Amanda yang baru keluar dari kamarnya."Kamu tuh fokus aja bel
Istri Yang Dicampakkan Menjadi SultanBab 9Belum menjadi istri saja Marissa sudah pintar menguras uang Farhan apalagi saat wanita itu menjadi istri Farhan. Ia bahkan seperti menjadikan Farhan ATM berjalan untuknya, setiap saat meminta uang dan meminta dibelikan ini dan itu. Farhan bahkan mengirimkan uang nafkah pada Alia hanya dua puluh persen dari gajinya saat itu. Selebihnya ia pakai untuk kebutuhan sendiri dan juga untuk memanjakan Marissa."Semoga aja setelah nikah dia nggak seboros ini," gumam Farhan setelah selesai berbicara dengan Marissa lewat telepon tadi.Lelaki itu bangkit untuk membersihkan tubuhnya yang terasa gerah. Rencananya yang akan langsung tidur setelah mandi diurungkannya. Farhan berniat untuk kembali menemui Alia, ia merasa kesal karena akhir-akhir ini Alia tidak merespon pesan apalagi mengangkat telepon darinya. Jam menunjukkan pukul delapan malam, Farhan merasa masih wajar ia bertamu pada jam seperti ini. Ia bukan bertemu orang lain tapi mantan istrinya sendir