Share

Bangkit

Istri Yang Dicampakkan Menjadi Sultan

Bab 2

"Aku nggak apa-apa, Mbak. Mungkin ini memang jalan yang terbaik yang Allah kasih buat aku," tutur Alia, ia menggenggam tangan kakak iparnya yang terlihat menangis. Farida memang sangat menyayangi Alia bahkan melebihi ia menyayangi adiknya sendiri.

"Maafkan Mbak karena Farhan sudah banyak menyakiti kamu, Al," ujar Farida, ia merasa gagal menjadi sosok kakak sekaligus orang tua. Seharusnya ia bisa menahan Farhan agar tidak sampai berpisah dengan Alia. Farida sangat mengerti bagaimana perasaan adik iparnya itu saat ini, tapi ia bahkan tidak bisa melakukan apapun. Meskipun terlihat tegar di depan Farida tapi siapa yang menyangka hati Alia sudah remuk, ia hanya ingin terlihat baik-baik saja di depan orang tersayangnya.

"Mungkin aku kurang baik untuk Bang Farhan," lirih Alia yang membuat tangisan Farida semakin pecah Alia merengkuh tubuh kakak iparnya yang bergetar.

"Maaf, Al. Maafkan Farhan, Farhan memang bodoh karena meninggalkan wanita sebaik kamu, Al." 

Alia tidak bisa lagi menahan sesak di dadanya, akhirnya cairan bening itu lolos melewati pelupuk mata. Setelah resmi bercerai, Alia mengabari Farida yang ternyata tidak tahu apa-apa mengenai keputusan besar yang diambil oleh adiknya itu.

Sulit memang meyakinkan lalat jika bunga lebih indah daripada sampah. Saat ini Farhan tengah dibutakan oleh cinta sesaatnya pada wanita yang bahkan baru saja dikenalnya. Ia akan menyesal nanti saat mengetahui jika wanita pilihannya tidak lebih baik daripada istri yang selalu setia menemaninya bahkan dalam situasi sulit sekalipun. Alia bahkan tidak pernah menuntut hal lebih dari Farhan.

Farhan tahu jika Farida akan memarahinya habis-habisan, karena itu ia memblokir nomor kakak perempuannya itu. Ia tidak ingin Farida merusak kebahagiaannya saat ini. Jika saat ini Farida tidak dalam keadaan hamil mungkin ia sudah mendatangi Farhan yang berada di tanah rantau.

Farida merasa sangat malu pada Alia karena kelakuan Farhan, ia bahkan tidak menyangka jika adiknya yang terlihat baik itu malah menyakiti Alia dengan sangat dalam seperti ini. Farida tahu bagaimana sosok Alia yang sangat luar biasa baik dan sabar, Alia bahkan tidak pernah mengatakan sesuatu yang buruk mengenai Farhan pada Farida. Alia sangat menjaga aib keluarga kecilnya itu, sikap yang tentu sulit di temukan pada wanita pada zaman ini. Karena kebanyakan orang mengumbar masalahnya di sosial media tanpa rasa malu.

"Mbak, tolong jangan memarahi Bang Farhan. Ini semua haknya buat memilih ingin hidup dengan siapa, aku juga sudah ikhlas dengan semua ini," ungkap Alia dengan senyum tulusnya. Alia tidak ingin mengemis cinta dari lelaki yang sudah jelas-jelas tidak menginginkannya lagi.

"Kenapa kamu sebaik ini padahal Farhan sudah menyakiti kamu?"

"Aku marah pun nggak akan mengubah fakta yang ada, Mbak. Apalagi dendam, itu malah membuat hati ini semakin rusak," jelas Alia dengan tegas. Alia sangat mempercayai jika semua perbuatan pasti akan ada balasannya, cepat ataupun lambat.

Karena saat orang berbuat jahat pada orang lain itu yang akan didapatkan di masa depan, begitupun jika kebaikan yang dilakukan itu juga yang akan dituainya.

"Mbak ada di sini buat kamu, Al. Jangan pernah berpikir Mbak orang lain meskipun kamu dan Farhan sudah berpisah, kamu itu adik Mbak," ujar Farida.

Farida tidak akan membiarkan Alia bersedih terlalu lama, ia akan membantu mantan adik iparnya itu untuk bangkit dari keterpurukannya. Dalam kondisi seperti ini Alia memang butuh dukungan dari orang-orang terdekatnya.

Kekecewaan juga terpancar sangat jelas dari sorot mata kedua orang tua Alia. Mereka sangat sedih melihat rumah tangga anak mereka harus berakhir dengan perpisahan. Takdir memang tidak ada yang tahu, padahal di mata Mira dan suaminya sosok Farhan adalah lelaki yang baik dan bertanggung jawab. Hati orang memang mudah sekali berubah, makanya mintalah pada Sang Pemilik Hati untuk menjaga pasangan agar tetap setia karena kita tidak bisa menjaga dan memantaunya setiap saat.

***

"Bu, Aku berangkat dulu ya. Oh ya … nanti siang ada orang yang mau lihat-lihat rumah," ujar Alia.

"Iya, hati-hati, Nak. Biar nanti Bapak kamu yang urus itu," jawab Mira.

Setelah menandatangani surat cerai itu Alia memang langsung pindah ke rumah orangtuanya, ia sudah memasang plang di depan rumah itu agar orang tahu jika rumah itu di jual. Alia mencoba menebalkan telinganya karena bisik-bisik tetangga yang setiap hari di dengarnya, meskipun telinganya panas tapi Alia tidak berniat untuk membungkam mulut mereka. Karena mereka akan berhenti sendiri jika sudah lelah membicarakan orang lain dan memiliki topik baru.

Saat ini Alia berniat mencari pekerjaan karena setelah Farhan bekerja ia memang berhenti berjualan di pasar. Salah satu temannya menawarkan Alia untuk menjadi seorangi asisten pribadi Alia tidak akan memilih-milih pekerjaan karena ia memang membutuhkan pemasukan ia juga hanya memiliki ijazah sekolah menengah atas. Ia juga tidak ingin terus tinggal bersama kedua orangtuanya. 

Hanya membutuhkan waktu dua puluh menit untuk sampai di tempat tujuan. Sebuah gedung pencakar langit terlihat menjulang tinggi, Alia terlihat menarik nafas dalam mencoba menetralkan perasaannya yang gugup. 

"Cari siapa, Mbak?" tanya seorang resepsionis pada Alia.

"Saya ingin bertemu dengan Dinda, Mbak," jawab Alia.

"Oh, Mbak Dinda managernya Mbak Monika ya?" 

Alia membalasnya dengan anggukan kecil, setelah itu ia diarahkan untuk ke lantai atas. Alia juga menghubungi Dinda, mengatakan jika ia sudah berada di lobby dan akan menuju lantai atas.

JK Entertainment salah satu tempat di mana artis dan model papan atas bernaung. Siapa yang tidak kenal JK Entertainment, bahkan banyak orang yang berlomba untuk masuk ke perusahaan itu. Alia merasa beruntung karena teman baiknya bisa membantu Alia untuk bekerja.

"Al, sini!" 

Alia menoleh dan mendapati Dinda yang melambai ke arahnya, dengan senyum cerah Alia berjalan mendekati Dinda yang berada di ambang pintu sebuah ruangan. Alia tidak terlalu gugup karena Dinda langsung yang melakukan interview padanya. 

Dinda memang mencari asisten pribadi untuk modelnya, karena asisten sebelumnya berhenti tiba-tiba karena tidak tahan dengan watak Monika yang sangat keras kepala dan pemarah. Beda sekali dengan yang orang-orang ketahui, karena seorang publik figur harus terlihat baik dimata semua orang.

"Gimana, kamu sanggup, nggak?" tanya Dinda.

"Insya Allah aku sanggup, Din!" jawab Alia dengan tegas.

"Langsung kerja, ya. Soalnya hari ini jadwal Monika padet banget, aku juga sibuk urusin skandalnya dia," tutur Dinda.

Brak!

Pintu itu terbuka dengan kerasnya menampakkan wanita cantik dengan tubuh tinggi semampai, raut wajahnya memerah ia bahkan mengumpat lalu menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa yang tidak jauh dari posisi Alia saat ini.

"Din, kok lo nggak kasih tau kalau model cowoknya diganti sih? Gue nggak mau ya satu projek sama cowok sialan itu!" seru Monika dengan suara yang lantang. 

Dinda terlihat menghela nafas berat, ia sebenarnya sudah lelah menjadi manager Monika tapi kontrak kerja yang menahannya untuk tetap kuat menghadapi sosok Monika. Wanita itu selalu seenaknya, seperti saat ini. Ia tidak ingin melakukan pemotretan hanya karena model yang akan menjadi pasangannya ternyata mantan kekasihnya.

Pergantian model ini memang mendadak karena model utamanya tiba-tiba sakit dan tidak bisa datang. Dinda memang salah karena ia tidak memberitahu Monika sebelum menyetujuinya.

"Profesional dikit lah, Nik. Pemotretan ini nggak lama kok, cuman beberapa sesi doang," bujuk Dinda.

"Sekali gue bilang nggak … ya nggak! Suruh aja tuh cewek gantiin gue." Monika menunjuk pada Alia yang masih setia diam membisu.

"Jangan gila lo, Nik. Mana bisa kayak gitu!"

"Itu urusan lo, udah gue pokoknya nggak mau!" Monika tetap kekeh.

Dinda kini beralih pada Alia yang juga menatapnya. Dinda memperhatikan Alia dari ujung ke ujung, Alia bukanlah wanita yang tidak cantik. Ia hanya tidak pernah merias diri saja, hidungnya yang bangir, netra hazlenya bulat seperti memakai softlens, rahangnya juga terlihat sempurna dan akan lebih jika dipoles sedikit, Alia hanya butuh perawatan saja untuk menjadi lebih cantik. Tubuh wanita itu juga ideal bak jam pasir, ia hanya saja tidak pernah diekspos dengan memakai baju yang terbuka.

Tanpa bertanya pada Alia, Dinda menarik tangan wanita itu menuju tempat pemotretan. Alia mencoba menolak tapi Dinda beberapa kali memohon pada Alia. Tidak tega melihat Dinda yang sudah terlihat pusing, akhirnya Alia pasrah.

Bersambung ….

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ola Latuhihin
asyik membacanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status