Share

Memori Masa Lalu

Bab 6

Memori Masa Lalu

PoV Najwa Natasiya

Mas Beni kembali, aku memasukkan ponsel ke dalam saku piyama yang kukenakan. Setelah tadi ku pasti kan menyimpan video rekaman itu.

"Najwa, kita ke kamar," ajak Mas Beni.

Aku menuruti ucapannya. Kami berdua masuk ke dalam kamar, ia memintaku untuk duduk di tepian ranjang. Mas Beni menepuk tempat di sebelahnya, agar aku duduk.

Aku mengikuti kemauan Mas Beni dan menatap ke depan. Rasanya enggan, untuk menoleh padanya.

"Najwa, Mas mohon banget! Tolong kamu kembalikan uang itu, karena uang itu mau Mas pakai modal untuk-"

"Untuk kawin lagi!" selaku. Mas Beni belum mengetahui jika aku sudah tahu semua rencananya, dan berniat menikah lagi.

"Apa yang kamu katakan sih, Najwa!" tukas Mas Beni menatapku suaranya menjadi kesal.

"Terus, untuk modal apa?" tanyaku masih pura-pura belum tahu rencana Mas Beni.

Rahang Mas Beni mengeras, dan menaikan sebelah alisnya. "Untuk modal usaha, jangan banyak tanya. Kamu juga akan tahu," ujar Mas Beni.

"Aku tidak mau, Mas. Ini sudah menjadi uangku! Jika kamu tidak terima, silahkan pergi dari rumahku ini!"

"Arrrgghh...! Kamu emang istri yang licik dan culas. Jika aku sudah naik jabatan nanti, aku akan mendapatkan rumah dan mobil. Tidak butuh aku tinggal bersamamu!" ujar Mas Beni kemudian ia berdiri dan keluar dari kamar.

Brakkk...! Mas Beni membanting pintu dengan kasar.

Rumah, mobil? Tak semudah itu Pulgoso! Aku mencebik membayangkan cita-cita Mas Beni yang akan kugagalkan satu persatu.

Tidak peduli Mas Beni menginap di mana, aku bisa tidur nyenyak untuk malam ini. Sebelum besok bertemu Delia saat, bidadari Mas Beni.

Walaupun pagi ini aku harus berangkat kerja, namun malam nanti adalah yang paling kutunggu. Untuk membongkar kedok buaya suamiku sendiri, apakah Delia akan ilfil dan langsung membatalkan ta'aruf mereka.

Mas Beni tidak ada di rumah, mungkin dia

menginap di rumah Ibu. Setalah ku usir semalam.

Drrtt.... Pesan dari Kak Marwah.

[Kamu fokus saja dulu dengan ta'aruf nanti malam, soal uang besok kita cari solusi nya bersama. Dan memberi pelajaran pada Najwa yang song*ng itu.] pesan dari Ibu.

[Gak sabar deh Beni sama Delia. Semoga dia baik ya.] timpal Mbak Husna.

Di bawah itu, Mbak Husna mengirimkan foto sosial media Delia dan beberapa foto nya sedang liburan di luar negeri.

[Calon mantu Ibu, sosialita kelas atas dan cantik.] puji Ibu.

[Jika Beni menikah sama Delia, pasti mewah banget resepsinya!] balas Mbak Husna kembali.

Aku tersenyum kecut, melihat pesan dari manusia munafik ini.

Terbesit untuk mencari sosial media Delia dan ketemu. Dia sering menampakkan kehidupan mewah, liburan. Barang yang ia kenakan juga branded. Hidupnya seperti anak seorang sultan.

Sore ini sebelum pulang aku mampir ke toko kue, rasanya ingin makan yang manis untuk menaikan mood.

Aku membawa nampan kecil sembari memilih kue yang aku inginkan.

"Ini mau, Ma." ucap wanita di sebelahku. Entah kenapa aku reflek menoleh tatapanku terpaku karena wajah wanita itu sangat mirip Delia. Yang sebelumnya aku lihat melalui foto.

Tidak salah lagi dia Delia, bersama seorang wanita yang sudah berumur mungkin sekitar 45 tahun.

"Mama mau ini!" tunjuk wanita itu, ternyata itu Mamanya. Wajah Mama Delia tak asing bagiku.

Memoriku mengingatkan pada 12 tahun silam, saat aku masih berusia 13 tahun dan tinggal bersama nenek, Tante Ratu dan Om Firman.

Apakah dia Tante Ratu yang telah meninggalkanku di depan panti asuhan seorang diri, di kala malam yang mencekam bagiku.

Flashback on.

"Turun kamu!" Tante Ratu menarik tanganku dengan kasar, untuk keluar dari dalam mobil.

"Gak mau Tante, aku mau di bawa kemana?" aku menangis dan memohon padanya agar tidak di turunkan.

"Kamu tarik saja!" perintah Om Firman.

Tante Ratu menarikku hingga aku hampir terjatuh ke jalanan yang beraspal.

"Itu panti asuhan, kamu masuk saja kesana!" tunjuk Tante Ratu dan kembali masuk ke dalam mobil.

Flashback off.

Sejak itulah aku tumbuh di panti asuhan, karena dia wanita jahat.

Tapi seingatku Tante Ratu dan Om Firman tak mempunyai anak.

Mereka ternyata sadar kuperhatikan, dan kemudian menjauh mungkin merasa risih dengan tatapanku.

Semangatku semakin membara untuk bisa ikut dengan Mas Beni nanti malam, aku harus mengikutinya. Karena aku juga ingin tahu di mana rumah Tante Ratu sekarang. Selama ini dia hidup tenang dan bergelimang kekayaan, sedangkan aku harus berjuang menghadapi asam garam kehidupan. Hingga mendapatkan semua yang kumiliki sekarang dari hasil kerja keras.

Apakah nenekku masih bersama mereka, rasanya tak sabar. Aku menuju ke kasir, dan membayar semua.

Saat diparkiran kami kembali bertemu. Namun wajah Tante Ratu ketus dan langsung masuk kedalam mobil, pasti dia risih, namun dia belum mengetahui siapa aku. Jika tahu aku berada di dekatnya pasti dia sudah panik, karena sekarang aku sudah dewasa dan bisa menuntut hak yang seharusnya menjadi milikku.

Jelas hidupnya tampak makmur, mobilnya saja mewah. Apakah semua yang dimiliki Delia sekarang itu punyaku, mereka telah merampas segalanya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Isabella
wah Tante ratu berarti musuh najwa
goodnovel comment avatar
Nuniee
waduhhh klo gitu bisa jdi harta yg dinikmati Tante Ratu dan Delia itu milik Najwa... makin panas sekali ini jalan ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status