Share

Bertemu Setelah Berbeda Status
Bertemu Setelah Berbeda Status
Penulis: Quin Attariz

Pernikahan

"Saya terima nikah dan kawinnya Jelita Az-Zahra binti Rudi Ridwansyah dengan mas kawin lima puluh gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar kontan." Bacaan kabul dari Arman itu telah meruntuhkan semua dunia Jelita, menghancurkan semua mimpi-mimpinya, kini hidupnya tidak akan seindah dulu, dia akan terkekang dalam ikatan yang bernama pernikahan.

Jelita telah sah menjadi istri dari Arman, pria yang tidak pernah dia cintai, bahkan baru dia temui sekali, Jelita tidak menyangka orang tuanya akan memaksanya untuk menikah dengan pria itu, hanya karena umurnya yang sudah menginjak 30 tahun.

"Kapan lagi kamu mau menikah, Jelita?" desak Rima, ibunya Jelita.

"Aku masih belum mau menikah Mah, biarin aku berkarier dulu!" Jelita beralasan.

Sayangnya, Rima tidak mau mendengarkan semua alasannya, apalagi sang ayah yang sengaja telah memilihkannya calon yang terbaik untuk putri tercintanya.

"Sudahlah, Jelita kamu terima saja, Arman pria yang baik, dan dia sangat giat bekerja, kinerjanya sangat bagus di kantor."

"Tapi Pah, aku gak mau Pah," rengek Jelita.

"Mau sampai kapan kamu hidup menyendiri begini hah, nunggu sampai kamu jadi perawan tua!" bentak sang ayah.

Jelita tak menyangka pertemuannya siang itu menjadi awal kisah dengan Arman yang berlanjut ke jenjang pernikahan yang tidak pernah dia inginkan.

"Haaaa ...!" Jelita hanya bisa menghela napas panjangnya, mengingat desakan orang tuanya itu.

Tak ada sedikitpun senyuman dari wajahnya, dia sangat malas membalas semua tamu-tamu yang mengucapkan selamat padanya.

Setelah pesta pernikahan berakhir, Jelita meninggalkan Arman begitu saja, dia pergi ke kamarnya sendirian. Segera mengganti baju dan membersihkan diri, merebahkan dirinya di atas tempat tidur, rasa lelah mendera dirinya setelah seharian berdiri di pelaminan.

Tap! Tap! suara langkah seseorang terdengar memasuki kamarnya.

'Itu pasti dia dan malam ini adalah malam pertamaku, aku gak sudi harus melepaskan kesucianku pada orang yang sama sekali tidak aku cinta, bahkan tidak aku kenal sama sekali!' batin Jelita.

Malam ini adalah malam pertamanya dan dia belum siap untuk menyerahkan kesuciannya pada sang suaminya.

Jelita pun segera menyimpan skincare nya, padahal perawatannya belum selesai, dia takut Arman akan menerkamnya malam ini. Dia panik, dan bergegas menuju tempat tidur dan berpura-pura tertidur, saat Arman memasuki kamar mereka.

Setelah mengganti bajunya dengan piyama, Arman menatap wajah Jelita yang kini menjadi istrinya.

'Akhirnya aku bisa menikah dengan kamu, walaupun aku baru sekali bertemu kamu, entah kenapa aku tidak bisa menolak saat Pak Rudi memintaku untuk menikahi kamu, apakah ini yang namanya cinta pada pandangan pertama?' gumamnya, ingin dia menyentuh wajah cantik itu, tapi dia urungkan takut membuat Jelita terbangun, walaupun dia tahu kalau Jelita sebenarnya hanya berpura-pura tertidur, dia sempat melihat dari celah kamar yang tidak terkunci dengan rapat bagaimana dia langsung berbaring saat dia akan memasuki kamar.

"Selamat mimpi indah, istriku!" ucapnya setengah berbisik, lalu dia pun merebahkan dirinya di sebelah wanita yang kini menjadi istrinya.

Jelita tersenyum lega, saat melihat Arman langsung memejamkan matanya.

"Uuuh ... selamat aku!"

******

Jelita tak pernah menyangka dia akan menjalani hidup dengan pria yang sama sekali dia kenal.

Begitu bangun dari tidurnya, rasanya seperti mimpi, tapi mimpi buruk baginya.

"Aku harus segera mandi dan bersiap, aku gak mau sampai dia melihatku pergi."

Jelita sudah siap dengan baju kerjanya, sementara Arman masih terlena dalam mimpi indahnya di tempat tidur.

Jelita bahkan sengaja tidak membangunkannya. "Biarlah dia tidur, aku juga gak mau malas kalau bertemu dia!" Jelita menutup pintunya perlahan, agar tidak membangunkan Arman.

"Loh, kamu kamu mau ke mana?" tanya Rima melihat Jelita sudah berpakaian rapih dengan setelan kerja.

"Kerjalah, apalagi biasanya juga gitu."

"Masa mau kerja lagi?"

"Ya, emangnya kenapa Mah? Aku kan memang gak minta cuti, aku hanya minta libur tiga hari sebelum hari pernikahan dan sekarang aku mau kerja, ada yang salah?"

"Kamu ini gimana, baru nikah kemarin sekarang udah masuk kerja?" ketus Rima.

"Yah, gak apa-apalah Mah, di rumah juga mau ngapain sih," jawabnya dengan cuek sambil meninggalkan Rima.

'Aduuuh ... anak itu! Tapi yah sudahlah mungkin dia belum terbiasa dengan statusnya sekarang.'

******

Arman mengerjapkan matanya, "Ini udah jam berapa yah?" Arman memperhatikan jam dinding yang menempel di dinding kamar Jelita.

"Jam tujuh!! Ya ampun, aku harus kerja nih!" Arman pun beranjak, tapi begitu mengedarkan pandangannya, dia baru tersadar ini bukan kamarnya.

"Tungguuu ... ini bukan kamarku, ini kamar Jelita, Iya aku baru sadar kalau aku sudah menikah. Akhirnya dia jadi istriku!" Wajah Arman menjadi berseri, dia teringat semalam memandangi wajah wanita yang telah jadi istrinya itu hingga dia terlelap.

"Dia sedang apa yah, apa dia sedang menyiapkan sarapan untukku, hehehe!" pikir Arman, dia pun bersiap ke kamar mandi, setelah segar dia turun ke bawah mencari istrinya.

"Mah, Jelita mana?" Arman celingukan tak ada sosok cantik yang sedang dicarinya.

"Loh, memangnya dia gak izin dulu sama kamu, Ar?"

'Kerja! Aku gak percaya dia pergi kerja setelah satu hari menikah denganku!' wajahnya berubah sendu.

"Eeeh ... i-iya tadi dia bilang mungkin tadi aku masih tidur jadi gak begitu ngeh dia bilang apa, hehe!" jawab Arman berdusta, dia tak ingin Ibu mertuanya itu menganggap Jelita tidak menghormatinya sebagai suaminya.

"Oh gitu yah, ya udah kamu sarapan sana, Mamah udah siapin di meja makan."

"Iya Mah." Arman rasanya tidak terlalu berselera begitu tahu istrinya sudah meninggalkan tanpa izin padanya.

Dia hanya mengambil selembar roti diolesi selai strawberry dikunyahnya dengan malas.

******

"Jelita, gila kamu baru kemarin nikah, sekarang udah masuk kerja lagi!" ujar Hanny temannya, kepala kasir di supermarket tempatnya bekerja.

"Ada larangan emangnya kalau kemarinnya nikah terus gak boleh kerja gitu!" jawab Jelita ketus.

"Yah, enggak sih hanya saja aneh gitu lho, biasanya kan pengantin baru pengennya berdua mulu gitu."

"Soalnya aku bukan penganten biasa Han, hahaha ...!" Jelita berusaha mengelak.

"Ada-ada aja kamu, Jelita, Jelita... udah ah, aku mau kerja dulu!"

Hanny pun pergi ke area supermarket untuk melihat dan mengawasi para kasir, sedangkan Jelita memasuki kantor melakukan pekerjaannya sebagai staf keuangan kasir.

"Udah jam empat, males banget aku mau pulang pasti ketemu dia!"

Mila lawan shiftnya merasa heran melihat Jelita, kenapa dia belum pulang juga.

"Jel, kenapa masih di sini, noh udah jam empat lebih!"

"Hmmm ... ini kerjaanku belum selesai," jawab Jelita, sebenarnya dia malas pulang.

"Biar aku saja yang nerusin, kamu pulang aja sana, kasihan tuh suami kamu pasti udah nungguin di rumah, masa penganten baru udah mau lembur aja." Mila memang orangnya sangat baik, dia sudah berpartner shift dengan Jelita selama empat tahun ini.

"Hehehe ... iya deh, nih ... tinggal beberapa pendapatan kasir lagi yang belum aku masukin ke pembukuan." Lebih baik Jelita mengalah, dia juga merasa tidak enak bila ketahuan dia sedang malas pulang.

*****

Jelita merasa berat melangkah saat memasuki rumah orang tuanya, "Selamat datang istriku yang cantik, pasti kamu cape yah?" tanya Arman yang sedang duduk di ruang depan, dia sengaja ingin menyambut kepulangan pertama Jelita sebagai istrinya.

"Iya, Mas, namanya juga kerja." Jelita menjawabnya dengan datar, tak ada kebanggaan sedikitpun baginya disambut hangat seperti itu.

Arman hanya melongo melihat Jelita yang meninggalkannya begitu saja, dia langsung melengos ke kamarnya, tadinya dia mau menawarinya teh hangat yang telah dia buat.

"Ya sudahlah, aku minum sendiri saja," Arman merasa sedikit kecewa, rencananya ingin membuat istrinya berkesan, tapi gagal.

*****

"Jelita, Arman! Ayo makan!" teriak Rima dari lantai bawah.

"Iya Mah,"

"Ayo, Jelita kita ke bawah."

"Iya." Kebetulan perut Jelita memang sudah keroncongan.

"Ar, ayo kita makan, Mamahnya Jelita ini memang jago masak, semua masakannya enak semua!" ucap Rudi memuji sang istri.

"Papah bisa saja,"

"Tapi memang enak kok Mah, masakan Mamah endol surendol hahaha!" timpal Arman.

"Makasih lho, masakan Mamah kamu puji, Ar." Rima merasa tersanjung dengan pujian sang menantu.

"Jel, diisiin dong piring Arman,"

"Haaa ...!" Jelita baru saja mau melahap makananya yang sudah ada di piringnya, sementara dia melirik piring suaminya masih kosong.

"Hehe ... maaf, yah Mas. Aku belum terbiasa." Jelita segera mengambilkan nasi dan lauk pauknya untuk Arman.

"Ini Mas."

"Makasih, Jel." Arman merasa senang, ini kali pertamanya dia dilayani oleh Jelita.

Orang tua Jelita merasa senang, melihat Jelita melayani sang suami walaupun masih terlihat kaku bersikap pada Arman.

Setelah makan malam selesai, Arman berbincang sebentar dengan orang tuanya Jelita. Setelah itu Arman menyusul Jelita yang sudah pergi ke kamar duluan.

Sayangnya begitu dia sampai ke kamar, Jelita sudah tertidur, rapat dengan selimut menutupi tubuh indahnya, dia kembali berpura-pura tertidur, tanpa mempedulikan Arman yang ingin merasakan belaian sang istri.

'Hmmm ... nasib, nasib! Kalau begini, kapan aku bisa belah durennya!' Arman mengalah dia pun berbaring dan mencoba memejamkan matanya.

-Bersambung-

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status