"Hei Ar, gimana nih kabar penganten baru kita, hehehe ... Masih hot kayaknya yah!" goda Reno teman satu divisinya, saat Arman baru masuk kerja."Yaaah ... Gak tahu deh, Ren!" jawab Arman terlihat lesu."Kok jawabnya gak semangat gitu sih, Man?" Reno heran mendengar jawaban Arman."Aku mau curhat sama kamu, tapi kamu jangan berisik yah!" ucap Arman sambil berbisik di telinga Reno."Aku belum nyentuh istriku sama sekali, Ren!""Apaaaa ...! Kamu belum ..." mulut Reno langsung dibekap oleh Arman karena terlalu keras berbicara."Kamu jangan teriak! Nanti kedengeran orang lain, aku malu!" bisiknya belum melepas bekapan tangannya.Reno hanya menganggukkan kepalanya, karena mulutnya tak dapat bicara.Perlahan Arman melepaskan tangannya dari mulut Reno."Aku ... sampai saat ini, belum menikmati indahnya surga dunia," jawabnya lemas."Loooh ... kenapa? Kalian kan udah menikah hampir dua bulan, masa iya kamu belum ehem ehem ...!" Reno terkesiap rasanya tak percaya."Beneran Ren, mungkin karena
Jelita baru saja menyelesaikan kerjaannya, lalu mendengar ponselnya berdering. 'Mas Arman? Tumben dia chat aku!' Jelita pun membuka pesan dari suaminya itu."Istriku, kita makan siang bareng yuk! Aku udah otw ke kantor kamu nih!"'Mas Arman tumben ngajak makan siang bareng, mana pake kata istriku segala lagi, sweet banget, hehehe!' Jelita mesem-mesem sendiri."Iya, aku tunggu!" jawab Jelita.Jelita keluar dari ruangannya, melewati ruangan manager, sempat berhenti sesaat. "Aaah ... Nanti saja aku lihat dia!" Jelita pun kembali melenggang melewatinya.Ceklek! Pintu terbuka Revan keluar dari ruangannya, dia memperhatikan tubuh Jelita dari belakang yang makin menjauh.'Siapa perempuan itu, apa itu yah bagian keuangan kasir itu yah, dari belakang sih kelihatannya orangnya cantik, heee ...! Aduuuh ... apaan sih aku, maafkan aku Mom!' batin Revan teringat akan istrinya.Revan pun keluar dari ruangannya, meninggalkan supermarket untuk mencari tempat makan.******Arman mengikuti saran dari
Pagi ini Jelita bangun lebih pagi, dia sudah tak sabar ingin segera pergi ke supermarket tempatnya bekerja.Jelita sangat bersemangat hari ini, bahkan wajahnya begitu cerah hari ini, 'Rasanya aku ingin cepat-cepat pergi ke kantor, hehehe ...!'"Tumben, kamu bangunnya pagian?" tanya Arman melihat Jelita sudah mandi dan bersiap dengan baju kerjanya."Au gak enak sama Ibu, Mas. Tiap hari aku bangun siang, kamunya udah berangkat kerja," kilah Jelita beranjak ke lantai bawah."Mau ke mana?""Yaaah ... nyiapin sarapanlah!" Jelita meninggalkan suaminya yang masih bengong dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba saja menjadi rajin, biasanya dia paling malas bangun pagi, memilih bangun lebih siang seperti sedang menghindari Atikah, mertuanya.'Tumben ... apa gara-gara aku ajakin makan siang kemarin yah, dia jadi rajin begitu?' gumam Arman.Jelita masuk ke dapur dan membuat nasi goreng untuk menu sarapannya, memang selama ini dia tidak pernah memasak untuk Arm
Pegawai mulai berdatangan, mereka memulai pekerjaan mereka dengan membereskan barang-barang yang berantakan tidak pada tempatnya, membersihkan lantai yang kotor, menyusun barang-barang sesuai tanggal kadaluarsa."Waduuh ... kita telat 10 menit nih, Jay gimana?" ucap Fajar yang baru datang melihat jam di tempat absen."Iya, mana manager yang baru kayaknya galak lagi!" timpal Jaya.Fajar dan jaya segera menyimpan tas dan bersiap ke area supermarket untuk memulai aktivitas.Revan yang kebetulan sedang berada di sana melihat kedatangan mereka, langsung menghampiri mereka."Heeeei ... kenapa kalian baru datang?" tanya Revan dengan tatapan tajam."Ma-maaf Pak, tadi kami terjebak macet." Fajar terlihat sangat gugup."Kamu?" Revan menatap Jaya."Sama Pak, macet juga," jawab jaya tak berani menatap wajah Revan yang sedang marah."Gak ada alasan macet segala yah, macet itu sudah biasa, lihat teman-teman kalian bisa datang tepat waktu! Makanya berangkat lebih pagi!" geram Revan, dia paling tidak
Arman terus tersenyum mengingat malam Minggu pertamanya yang dia habiskan dengan sang istri.Dia mengingat betapa bagaimana Jelita tertawa lepas saat adegan lucu tersaji dalam film komedi yang mereka tonton malam itu, 'Menggemaskan sekali melihatmu tertawa lepas seperti itu, rasanya hatiku sangat senang bisa membuatmu sebahagia itu, Jelita!'Yang paling dia ingat malam itu adalah saat Jelita mengecup pipinya, setelah mengucapkan terimakasih telah mengajaknya menonton film."Mas, makasih yah sudah mengajakku nonton, rasanya semua beban di hatiku mendadak hilang, Muuuuaaaah ...!" ucap Jelita pada saat itu.Arman memegang pipinya, rasanya bibir Jelita masih terasa di sana, dia senyum-senyum sendiri hatinya merasa berbunga-bunga.'Ya ampun, baru dicium pipi aja rasanya sudah bahagia seperti ini, apalagi lebih dari ini... Jelita, Jelita ... aku cinta sama kamu, istriku!' gumamnya sambil menatap wajah istrinya yang tengah terlelap.******Minggu ini Jelita masuk shift siang, setelah weekend
Rupanya Jelita mendengar saat sang mertua bersikap sinis pada Arman saat dia menyiapkan makan malam untuknya.'Dasar Nenek-nenek usil, anaknya mau manjain istrinya malah dia nyinyirin!' gerutu Jelita saat akan melangkah menuju dapur, tadinya dia berniat mau membantu Arman menyiapkan makan malam, tapi setelah mendengar ucapan sang mertua dia pun mengurungkan niatnya dan kembali ke kamar berpura-pura tidak mendengar ucapan Atikah."Jelitaaa ... ayo kita makan!" panggil Arman sambil mengetuk pintu kamar."Iya Mas, ayo!" jawab Jelita setelah membuka pintu."Waaaw ... ini kamu yang siapin Mas?" tanya Jelita takjub berbagai makanan tersaji di meja makan, dan ditata dengan apik, belum lagi ada lilin-lilin yang menghiasi meja makan sepertinya Arman ingin menampilkan suasana romantis."Iyaaa ... Hmmm ... tapi aku gak masak ini, aku pesan di restoran." Arman berusaha jujur, memang dia sama sekali tidak bisa memasak."Gak apa-apa, Mas. Aku gak mandang soal itu kok, tapi usahanya Mas Arman untuk
'Mata kamu tidak bisa berbohong, Li... Kamu masih menyimpan perasaan cinta buatku, hahaha ....!' gumam Revan, sambil menyeringai.*****Jelita tiba di rumah sambil memegang dadanya yang masih terasa berdebar, 'Ya Tuhaaan ... kenapa dia begitu nekat, hampir saja dia melakukannya!''Revaaaan ... kamu membuatku kembali membangkitkan memoriku tentang kita, kenapa Revaaan ... kamu harus kembali hadir di hidupku!'Jelita berguling di tempat tidur, dia merasa resah dengan kejadian semalam, dan malam sebelumnya bayangan Revan kembali mengganggu pikirannya.******Sementara itu di tempat lain, tidak jauh berbeda dengan Jelita, Revan pun merasakan apa yang dirasakan Jelita, dia pun teringat akan kejadian tadi di kantor.'Lili ... bisa kulihat jelas masih ada cinta di mata kamu, aku yakin itu!' Revan tersenyum bahagia dia sangat yakin dengan pendapatnya, Jelita masih menyimpan cinta untuknya.'Aku tahu aku salah, mendekati kamu, meskipun aku tahu, kamu sudah menikah.' 'Li ... bahkan sampai saat
Drrrt ... drrrt ... drrrt! Suara ponsel Jelita bergetar. "Bisa kamu lepaskan tanganmu, Van? Ponselku berbunyi.""Enggak, aku gak akan lepaskan, Li ...!" Tangan Revan masih melingkar di pinggang Jelita, wajah Revan menempel rapat di leher Jelita menyesap wanginya aroma parfum dari tubuh Jelita."Lepaskan Van, aku takut yang menelpon itu, suamiku!" Jelita meronta, ingin melepaskan dekapan tangan Revan."Akan aku lepaskan, asal kamu bersedia menjadi kekasihku!""Gila kamu, Van! Kita bukan single lagi, kita sudah punya pasangan masing-masing!" tolak jelita mentah-mentah menanggapi permintaan Revan."Iya, aku gila karena terlalu mencintai kamu, Jelita!" Revan tambah mengeratkan dekapan tangannya di pinggang langsing Jelita, sementara ponsel Jelita terus bergetar ingin segera diangkat sang pemiliknya."Vaaan ... please, biarkan aku mengangkat telepon itu, kasihan Mas Arman, pasti dia sudah risau menungguku," pinta Jelita."No, kamu harus jawab dulu permintaan aku, Li." Revan tetap menolak me