Selepas Jelita pergi, Revan segera bersiap-siap merapikan penampilannya, memantaskan diri di depan cermin. "Ah, masih rapi, nih!" kata Revan membenahi sedikit kerah baju dan kemejanya.Revan meraih kunci mobil, lalu keluar dari kamarnya, pandangannya sekilas melihat meja makan. "Ya ampun aku sampai lupa membereskan meja makan, bisa curiga nanti si Vero!" Revan segera membawa dua piring dan gelas-gelas yang tadi dia pakai bersama Jelita."Aku bersihin dulu deh, Hmmm ... masih ada waktu!" Revan menengok jam tangannya, kemudian mencuci piring dan gelas itu.*****Jelita sampai di kantor jam dua lebih, Hanny melipat tangannya di dada melihat Jelita dengan pandangan yang serius."Jel, aku mau nanya sesuatu sama kamu!!" "Nanya apa, tumben banget muka kamu serius amat, hehehe!" canda Jelita sambil terkekeh."Aku gak lagi bercanda, Jel. Emang aku mau nanya serius. Hmm ... kamu sama Pak Revan barusan dari mana?"Deg! Kekehan Jelita berhenti, dia merasa sedikit panik, rupanya ada orang yang m
Veronika membuka rak atas lemari yang ada di dapur bermaksud mengambil piring dan tempat untuk menyimpan makanan yang tadi Reva beli.Begitu dibuka, aroma ayam rica-rica buatan Jelita menyeruak di hidungnya."Enak banget wanginya, apa ada makanan yah di lemari ini?" gumam Veronika.Veronika mencari asal aroma itu, mengedarkan pandangannya di sekeliling dapur tapi tidak menemukannya, entahlah Revan menyembunyikannya di mana, dia begitu apik menyimpannya, hanya baunya saja yang tercium oleh Veronika."Sayaaaang ... kok lama banget ambil piringnya?" suara Revan terdengar dari ruang makan."Iya, Paaa ... sebentar yah!" Veronika masih sibuk mencari asal wangi enak itu, menyingkirkan beberapa piring, wadah-wadah yang ada di lemari itu, tapi belum sampai membongkar semua isi lemari."Sayaaang ... ini Jessi udah kepengen makan, cepetlah!" Revan kembali berteriak."Ckckck ... aduuuh ... aku masih belum menemukannya, ya sudah nanti saja aku cari lagi!!" dengus Veronika belum juga menemukan asal
Agar Veronika tidak terus curiga, Revan mengajak Veronika dan Jessi berjalan-jalan mengelilingi kota Bandung, berharap Veronika melupakan soal wajan kotor itu.Jessi begitu senang, senyuman manis tak luput dari wajah lucunya, dia bisa menikmati waktu bersama orang tuanya secara utuh.Mereka menghabiskan waktu sore hingga malam berkeliling di salah satu Mall terbesar di kota Bandung, bermain di wahana permainan, belanja mainan, makan-makan bahkan nonton bioskop.Setelah puas dan merasa lelah mereka pun kembali ke apartemen."Jessi sangat senang yah Pa, dia sampai tertidur begitu!" Seulas senyuman terukir dari wajah keduanya."Iya, Ma ... aku juga seneng liat dia daritadi kelihatannya sangat ceria!!"Revan memang sudah lama tak pernah mengajak Jessi berjalan-jalan semenjak dia dipindahkan ke Bandung.Veronika pun semenjak bertemu kembali dengan Mark jadi sibuk sendiri sibuk menyenangkan dirinya sendiri, tanpa mengajak putrinya.Setelah sampai di apartemen, Revan menggendong Jessi hingga
"Sayang ... ayo kita sarapan dulu!" panggil Revan."Iya, iya!!" Veronika segera membereskan sampah itu, dia masukkan kembali ke tempat sampah."Ma, maaf yah nanti kita jalan-jalannya agak sorean yah, aku harus ke kantor tadi Pak Harun nelepon aku, ada dokumen yang harus aku tandatangani, tapi kalau selesainya cepet, kayaknya siangan juga pulang deh!" kata Revan di sela-sela sarapannya."Ya udah, kalau gitu kita makan siang bareng aja yah, nanti aku susul Papa ke kantor yah!""Oke, Ma!"*****Ternyata bukan hanya Revan yang ke kantor, Jelita pun masuk kerja, kata Mila dia kemarin malam salah menghitung uang pendapatan kasir, jadi laporan mingguannya harus dia rubah semuanya."Mas, aku ke kantor sebentar yah!""Mau aku anter, Sayang?""Gak usah, aku sebentar kok!""Nanti kita makan siang di luar yah, Sayang!""Iya."*****"Mila, kenapa dia bisa salah begini sih!" gerutu Jelita, rasanya tak rela waktu liburnya terganggu."Waduuuh ... mana salahnya banyak lagi, heh!" Jelita menghitung sem
"Jessi Sayang, ayo kita makan siang!" ajak Revan sambil memangkunya."Yuk, Pa. Mama mana?" tanya Jessi."Ada di belakang, bentar lagi juga ke sini," jawab Revan sambil menurunkan Jessi dari gendongannya.Betul saja Veronika berjalan dengan langkah malas ke arahnya, wajahnya datar tak ada kesan bahagia yang dari kemarin dia tampakkan saat datang ke apartemen Revan."Ma, Pa katanya mau makan siang, kok Mama kayaknya lagi kesel gitu?" tanya sang anak bisa melihat perubahan wajah Veronika."Tuh Ma, ditanyain anak kamu, kenapa katanya bermuram durja gitu sih?" goda Revan sambil mencolek pipi dengan rona sedikit merah itu."Gak apa-apa kok, Sayang... ayo kita makan siang, Pa ayo jalan!" Veronika tidak mau memperlihatkan pada Jessi kalau dirinya sedang kesal pada Revan dia pun memasang senyum di wajahnya.Revan melingkarkan tangannya di pinggang Veronika sementara tangan satunya menggandeng tangan Jessi.Mereka berjalan melewati para pegawainya yang masih sibuk bekerja, beberapa karyawan mem
"Mas, kita pulang yuk! Aku udah beres!" ajak Jelita."Oke, bentar yah aku panggil waiternya!"Waiternya datang dan menyerahkan bill di atas nampan."Makasih yah, ini tips buat kamu!"Arman menyerahkan sejumlah uang yang dia tambahkan dari nominal di struk yang dibawa waiternya."Makasih Tuan." Waiter itu membungkukkan badannya sedikit untuk menghormati Arman."Yuk Jel."Tanpa dipinta, Jelita menggelayut manja di lengan kekar Arman, Arman hanya tersenyum melihat perlakuan sang istri.Padahal dia melakukannya karena Veronika melihat ke arahnya saat dia akan meninggalkan restoran itu."Hmmm ... Pa, kamu enggak liat barusan ada pegawai kamu makan di sini?" tanya Veronika mengetes suaminya apa tadi dia memperhatikan keberadaan Jelita."Masa? Ada pegawai aku yang makan di tempat semewah ini?" Revan bertanya balik tak percaya rasanya ada pegawainya yang mau makan di tempat semewah ini, mereka mungkin mikir dua kali, sayang karena makanan di sini lumayan mahal."Iya Pa, tadi ada lho Pa. Itu p
Dua hari kemudian..."Paaa ... aku pulang yah, kamu mau antar aku ke bandara?" ujar Veronika saat di kantor Revan."Jadi juga pulang, aku kira masih satu dua hari lagi!" Jessi sangat senang tinggal bersama Revan, dia sampai tidak mau pulang, bahkan Revan bela-belain masuk setengah hari karena Jessi merengek ingin diajak jalan-jalan olehnya."Kasihan masa Jessi gak sekolah terus, udah dua hari dia udah bolos, ini juga aku bujukin dia gak mau pulang terus!""Iya juga sih, ya udah ayo aku antar. Kamu duluan aja ke depan yah, aku beresin meja dulu.""Iya, Pa." Veronika keluar dari ruangan Revan, hendak menemui Jessi yang seperti biasa dia titipkan di bagian mainan, tapi begitu mendengar suara Jelita yang sedang mengobrol langkahnya terhenti sejenak, dia masih penasaran dengan sosok pegawai cantik yang masih dia curigai ada affair dengan suaminya itu."Jel, gimana ayam rica-rica buatan aku enak gak?" tanya Hanny yang sedang memamerkan masakannya karena jarang-jarang dia ada waktu untuk mem
Rima sibuk berbelanja di Mall katanya untuk keperluan Jelita bulan madu nanti, dia juga membelikan koper baru."Maaa ... dari mana, kok jam segini baru pulang?" tanya Rudi melihat Rima baru turun dari mobilnya."Hmm ... Papa gak lihat yang ada di tangan aku?" Rima memperlihatkan tangannya penuh dengan barang belanjaan."Waduuuh ... tumben banget Mama belanja sebanyak itu?""Ini untuk anak dan menantu kita Ma, bentar lagi kan mereka mau pergi bulan madu.""Memangnya Mama beliin apa buat mereka, semangat amat belanjanya!""Nanti kita bongkar di dalem, sekarang Papa bantuin Mama dulu bawa belanjaan Mama yang masih ada di mobil."Rudi menengok ke dalam bagasi mobil Rima, dia melihat koper berjumlah dua dengan ukuran dan model yang sama.'Buat apa coba beli dua-dua gini, mana sama persis model warnanya juga lagi! Ada-ada aja istriku ini!' Rudi berdecak sambil mengambil dua koper itu dan membawanya ke dalam ruang keluarga."Maaaa ... ini buat apaan sih pake beli koper segala?""Buat Jelita.