Agar Veronika tidak terus curiga, Revan mengajak Veronika dan Jessi berjalan-jalan mengelilingi kota Bandung, berharap Veronika melupakan soal wajan kotor itu.Jessi begitu senang, senyuman manis tak luput dari wajah lucunya, dia bisa menikmati waktu bersama orang tuanya secara utuh.Mereka menghabiskan waktu sore hingga malam berkeliling di salah satu Mall terbesar di kota Bandung, bermain di wahana permainan, belanja mainan, makan-makan bahkan nonton bioskop.Setelah puas dan merasa lelah mereka pun kembali ke apartemen."Jessi sangat senang yah Pa, dia sampai tertidur begitu!" Seulas senyuman terukir dari wajah keduanya."Iya, Ma ... aku juga seneng liat dia daritadi kelihatannya sangat ceria!!"Revan memang sudah lama tak pernah mengajak Jessi berjalan-jalan semenjak dia dipindahkan ke Bandung.Veronika pun semenjak bertemu kembali dengan Mark jadi sibuk sendiri sibuk menyenangkan dirinya sendiri, tanpa mengajak putrinya.Setelah sampai di apartemen, Revan menggendong Jessi hingga
"Sayang ... ayo kita sarapan dulu!" panggil Revan."Iya, iya!!" Veronika segera membereskan sampah itu, dia masukkan kembali ke tempat sampah."Ma, maaf yah nanti kita jalan-jalannya agak sorean yah, aku harus ke kantor tadi Pak Harun nelepon aku, ada dokumen yang harus aku tandatangani, tapi kalau selesainya cepet, kayaknya siangan juga pulang deh!" kata Revan di sela-sela sarapannya."Ya udah, kalau gitu kita makan siang bareng aja yah, nanti aku susul Papa ke kantor yah!""Oke, Ma!"*****Ternyata bukan hanya Revan yang ke kantor, Jelita pun masuk kerja, kata Mila dia kemarin malam salah menghitung uang pendapatan kasir, jadi laporan mingguannya harus dia rubah semuanya."Mas, aku ke kantor sebentar yah!""Mau aku anter, Sayang?""Gak usah, aku sebentar kok!""Nanti kita makan siang di luar yah, Sayang!""Iya."*****"Mila, kenapa dia bisa salah begini sih!" gerutu Jelita, rasanya tak rela waktu liburnya terganggu."Waduuuh ... mana salahnya banyak lagi, heh!" Jelita menghitung sem
"Jessi Sayang, ayo kita makan siang!" ajak Revan sambil memangkunya."Yuk, Pa. Mama mana?" tanya Jessi."Ada di belakang, bentar lagi juga ke sini," jawab Revan sambil menurunkan Jessi dari gendongannya.Betul saja Veronika berjalan dengan langkah malas ke arahnya, wajahnya datar tak ada kesan bahagia yang dari kemarin dia tampakkan saat datang ke apartemen Revan."Ma, Pa katanya mau makan siang, kok Mama kayaknya lagi kesel gitu?" tanya sang anak bisa melihat perubahan wajah Veronika."Tuh Ma, ditanyain anak kamu, kenapa katanya bermuram durja gitu sih?" goda Revan sambil mencolek pipi dengan rona sedikit merah itu."Gak apa-apa kok, Sayang... ayo kita makan siang, Pa ayo jalan!" Veronika tidak mau memperlihatkan pada Jessi kalau dirinya sedang kesal pada Revan dia pun memasang senyum di wajahnya.Revan melingkarkan tangannya di pinggang Veronika sementara tangan satunya menggandeng tangan Jessi.Mereka berjalan melewati para pegawainya yang masih sibuk bekerja, beberapa karyawan mem
"Mas, kita pulang yuk! Aku udah beres!" ajak Jelita."Oke, bentar yah aku panggil waiternya!"Waiternya datang dan menyerahkan bill di atas nampan."Makasih yah, ini tips buat kamu!"Arman menyerahkan sejumlah uang yang dia tambahkan dari nominal di struk yang dibawa waiternya."Makasih Tuan." Waiter itu membungkukkan badannya sedikit untuk menghormati Arman."Yuk Jel."Tanpa dipinta, Jelita menggelayut manja di lengan kekar Arman, Arman hanya tersenyum melihat perlakuan sang istri.Padahal dia melakukannya karena Veronika melihat ke arahnya saat dia akan meninggalkan restoran itu."Hmmm ... Pa, kamu enggak liat barusan ada pegawai kamu makan di sini?" tanya Veronika mengetes suaminya apa tadi dia memperhatikan keberadaan Jelita."Masa? Ada pegawai aku yang makan di tempat semewah ini?" Revan bertanya balik tak percaya rasanya ada pegawainya yang mau makan di tempat semewah ini, mereka mungkin mikir dua kali, sayang karena makanan di sini lumayan mahal."Iya Pa, tadi ada lho Pa. Itu p
Dua hari kemudian..."Paaa ... aku pulang yah, kamu mau antar aku ke bandara?" ujar Veronika saat di kantor Revan."Jadi juga pulang, aku kira masih satu dua hari lagi!" Jessi sangat senang tinggal bersama Revan, dia sampai tidak mau pulang, bahkan Revan bela-belain masuk setengah hari karena Jessi merengek ingin diajak jalan-jalan olehnya."Kasihan masa Jessi gak sekolah terus, udah dua hari dia udah bolos, ini juga aku bujukin dia gak mau pulang terus!""Iya juga sih, ya udah ayo aku antar. Kamu duluan aja ke depan yah, aku beresin meja dulu.""Iya, Pa." Veronika keluar dari ruangan Revan, hendak menemui Jessi yang seperti biasa dia titipkan di bagian mainan, tapi begitu mendengar suara Jelita yang sedang mengobrol langkahnya terhenti sejenak, dia masih penasaran dengan sosok pegawai cantik yang masih dia curigai ada affair dengan suaminya itu."Jel, gimana ayam rica-rica buatan aku enak gak?" tanya Hanny yang sedang memamerkan masakannya karena jarang-jarang dia ada waktu untuk mem
Rima sibuk berbelanja di Mall katanya untuk keperluan Jelita bulan madu nanti, dia juga membelikan koper baru."Maaa ... dari mana, kok jam segini baru pulang?" tanya Rudi melihat Rima baru turun dari mobilnya."Hmm ... Papa gak lihat yang ada di tangan aku?" Rima memperlihatkan tangannya penuh dengan barang belanjaan."Waduuuh ... tumben banget Mama belanja sebanyak itu?""Ini untuk anak dan menantu kita Ma, bentar lagi kan mereka mau pergi bulan madu.""Memangnya Mama beliin apa buat mereka, semangat amat belanjanya!""Nanti kita bongkar di dalem, sekarang Papa bantuin Mama dulu bawa belanjaan Mama yang masih ada di mobil."Rudi menengok ke dalam bagasi mobil Rima, dia melihat koper berjumlah dua dengan ukuran dan model yang sama.'Buat apa coba beli dua-dua gini, mana sama persis model warnanya juga lagi! Ada-ada aja istriku ini!' Rudi berdecak sambil mengambil dua koper itu dan membawanya ke dalam ruang keluarga."Maaaa ... ini buat apaan sih pake beli koper segala?""Buat Jelita.
"Mas, itu apa?" tanya Jelita saat Arman membawa bungkusan plastik dan menyimpannya di meja makan."Ini dari Mama kamu, Sayang. Ini buat kamu.""Ini apaan?" Jelita memegang botol berisi obat-obatan."Katanya itu Vitamin, biar kamu sehat kan sebentar lagi kita akan bulan madu, Sayang.""Kenapa memangnya, aku kan memang sehat, cuma jalan-jalan ke Bali kan?""Iiih ... siapa bilang kita hanya jalan-jalan, kamu kan akan melepas eeeeuhhmmm ... untuk pertama kalinya, biar kamu kuat." Arman menarik alisnya ke atas ke bawah seperti sedang menggoda Jelita.Glek!'Maksud dia melepaskan keperawananku gitu, aduuuh ... kok aku jadi takut, memang sehoror itukah, sampai Mama kasih aku vitamin segala. Kayaknya aku harus tanya-tanya sama yang udah pengalaman nih!' gumam Jelita."Hmmm ... Sayang, aku juga dikasih ini sama Mama kamu." Arman memperlihatkan dua botol berisi minuman yang asing di mata Jelita."Itu apaan Mas?""Sebenernya aku juga gak tahu, tapi kata temenku itu jamu katanya, perkiraan dia in
"Apaaaa ...! Malam Pertama? Sakit?!" tanya Hanny menatap bingung sahabatnya itu. Sementara, Jelita hanya menunduk malu, dia tahu mungkin pertanyaannya sangat aneh dan mengundang tanda tanya yang sangat besar dari sahabatnya itu."Maksud kamu, gimana Jel? Aku masih belum mengerti?" Hanny mengerutkan dahinya sepertinya otaknya masih mencerna ucapan dari Jelita."Hmmm ... akuuu ... tahu kamu masih bingung, aku hanya ingin tahu bagaimana rasanya malam pertama itu, Han. Apa itu sangat sakit?" Jelita mengulang kembali pertanyaannya."Apaaa ...!! Haaaa ... Kamu itu udah hampir tujuh bulan menikah, Jel. Masa masih menanyakan malam pertama?"Wajah Jelita makin memucat, sungguh malu sangat malu memaksakan tersenyum untuk menutupi rasa groginya."Apa jangan-jangan ... jangan katakan kalau yang aku pikirkan itu benar, Jel?!" Hanny menatap tajam Jelita meminta jawaban secepatnya."Iya, Han." Jelita menggangguk pelan, sungguh malu Jelita sampai tak berani menatap wajah Hanny lama-lama."Ya ampun Je